[caption id="attachment_194924" align="aligncenter" width="544" caption="Jenis Kain Kotak-Kotak di Bali (www.megenep.com)"][/caption]
Dalam Pilkada DKI Jakarta 2012 kali ini ada satu pasangan calon yang terkenal lewat baju kotak-kotaknya. Mereka adalah calon Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, dan Wakil Gubernur, Basuki Tjahaja Purnama. Tampaknya penggunaan baju kotak-kotak ini juga dilakukan oleh kader demokrat Bali menjelang pilgub Bali nanti.
Tulisan ini dibuat sebagai bantahan atas tuduhan Rosmerry S dalam tulisan yang berjudulBaju "Kotak-kotak" Ala Partai Demokrat Bali di Pilgub . Dari isi tulisan tersebut dapat disimpulkan bahwa orang Bali khususnya kader partai Demokrat Bali yang hendak mencalonkan diri pada pilkada nanti mencomot mentah-mentah model pakaian Jokowi Ahok alias menjiplak begitu saja model pakaian kotak-kotak yang lagi ngetrend.
Belum ada yang tahu pasti asal - usul baju kotak-kotak tersebut, namun "Ahok menjelaskan bahwa mereka memilih baju kotak-kotak karena ingin menunjukkan kesiapan mereka dalam bersaing. Menurut Ahok juga kemeja kotak-kotak memang sudah ngetrend jauh sebelum Jokowi menggunakan kemeja kotak-kotak". Seperti dilansir dari situs ciricara.com .
Perlu diketahui di Bali pakaian kotak-kotak telah ada sejak masa lampau. Padamulanya pakaian kotak-kotak tersebut digunakan untuk pakaian pohon dan patung-patung penjaga rumah maupun patung-patung penjaga pura.
Terkait dengan pakaian pohon hal itu bukan kearifan local sebab hal tersebut tersirat didalam kitab suci . Didalam Sarasamuscaya dinyatakan bahwa bila menghendaki hidup bahagia hal pertama yang harus dilakukan adalah buta hita , buta hita artinya membahagiakan mahkluk hidup lainnya seperti pohon , hewan , binatang dan lain sebagainya. Dalam Rg. Veda X.191. 3-4 menyatakan bahwa pada hakekatnya semua manusia adalah bersaudara. Vasudaiva Kutumbakam, semua mahluk adalah bersaudara. Persaudaraan umat manusia ini disebabkan oleh satu asal dan kembalinya bagi setiap mahluk dan alam semesta, sama-sama menikmati kehidupan di karibaan bumi, oleh karena itu Tuhan Yang Mahaesa, Sang Hyang Widhi mengamanatkan kepada kita untuk hidup dalam suasana damai penuh kebahagiaan dalam persaudaraan yang sejati.
Implementasi dari petunjuk tersebut di bali dibuktikan dengan memperlakukan pohon seperti saudara , khususnya pohon beringin . didalam Bhagavad Gita Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda "diantara pohon Akulah pohon beringin", oleh karena itu pohon beringin mendapat perlakuan paling special diantara semua pohon. Teks sastra lain menyatakan bahwa dengan melingkarkan benang pada pohon suci masyarakat akan hidup bahagia , praktek di bali bukan dilingkari dengan benang melainkan dengan kain atau selimut.
Kemudian dalam perkembangannya pakaian kotak-kotak digunakan sebagai pakaian penari dan pakaian prajurit kerajaan tempo dulu. Di era modern di Bali pakaian tersebut digunakan oleh polisi adat yang disebut pecalang .
Pakaian kotak-kotak ini memiliki filosofi yang tinggi dimana kotak hitam putih melambangkan konsep ajaran Rwa Bhineda Di China konsep ini disebut Yin - Yang. "Rwa Bhineda terdiri dari dua kata Rwa dan Bhineda. Rwa artinya dua sedangkan Bhineda artinya perbedaan, Rwa Bhineda mengandung arti dua hal yang berbeda dalam kesatuan yang saling membutuhkan" (Sudarmayasa , 2012). Contohnya ; perempuan-laki, siang malam, bumi - langit , baik-buruk, hitam-pitih dan lain sebagainya.
Asal usul saput poleng atau belang, ada yang menyatakan berasal dari cerita Mahabharata . seperti penggalan percakapan berikut; "Suamiku, jika Kanda mampu membuatkan seorang putra untukku yang tumbuh menjadi dewasa dalam satu hari, maka aku akan membuatkan kain poleng sepanjang 1600 depa buat Kakanda........." Nah, itu penggalan kisah Mahabarata, saat Arimbi, istri Bima menyebutkan permintaannya. Maka jadilah asal usul kain Poleng.