Mohon tunggu...
I Ketut Merta Mupu
I Ketut Merta Mupu Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Alumni UNHI. Lelaki sederhana dan blak-blakan. Youtube : Merta Mupu Ngoceh https://youtube.com/@Merta_Mupu_Ngoceh

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Buntut Memprotes Tuhan

21 Februari 2019   12:28 Diperbarui: 22 Februari 2019   17:40 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rei terbaring di kamarnya, membulak-balikkan badannya. Ia gelisah memikirkan pujaan hatinya. Memang Rei bukan lelaki beruntung dalam hal asmara. Sudah setahun lamanya memperjuangkan cintanya namun tiada terbalaskan, bertepuk sebelah tangan. Semua foto bidadari hatinya yang ia pajang di HP androidnya, dihapusnya begitu saja. Sepertinya Rei benci dengan gadis dambaan hatinya itu. Pokoknya dia ingin menghapus segala hal tentang Rina gadis kembang desa yang sedang mekarnya. Klip video bikinannya pun dihapus, meski dibuat dengan susah-susah.

Disaat seperti itu, ia kehilangan harapan, putus asa. "Suud suba bli ngenemin kamu, tusing ada harapan. Amento makelone bli suba sayang ken kamu, nanging adi tusing taen peduli teken bli. Bahkan kamu tusing taen nyapatin bli yen ketemu di jalan. Sebet gati keneh bline, Na. Mecacap yeh peningalan beline, inget teken pedewekan lacur. Bli mula nak muani tiwas ring berana, tuna ring goba. Bli sadar diri!" Keluh kesahnya pada Rina, meski hanya bayangan menemani dalam pikirannya, seolah Rei berhadapan dengan Rina.

"Sujatine tuah adi ane arepang bli..." Gerutunya dalam hati. Tiada tertahankan rintik-rintik air matanya berjatuhan, membasahi bajunya. Rei sebenarnya memiliki gadis lain, tetapi ia tidak begitu mencintainya, bahkan dianggapnya sahabat. Hatinya begitu menyayangi Rina meski pujaan hatinya sudah ada yang punya, meski walau sebatas pacar. Semasih janur kuning belum melengkung, Rei ingin meluluhkan hati Rina. Tampaknya Rina bergeming. Ia tetap pada pendiriannya, bertahan mencintai pasangannya.

Hingga malam hari Rei tetap terbaring di tempat tidur, ia lupa makan. Barangkali nafsu makannya tiada terasa. Saking sedihnya, Rei memprotes Tuhan. "Tuanku, kenapa aku sering jatuh cinta pada gadis yang sudah memiliki pacar? Bukankah Rina yang akan engkau hadirkan dalam setiap langkahku di masa depan, yang akan jadi ibu dari anak-anakku? Kalau begini terus selalu menderita karena cinta, kadang aku tak percaya dengan keberadaan-Mu, Tuanku."

Ketika Rei tertidur, ia bermimpi. Tampaknya Tuhan berkenan menjawab keluh kesahnya. Dalam mimpinya ia berada di rumah neneknya, sibuk mau membuat banten caru. Lalu datanglah temannya, Widi Asih namanya. Katanya, beberapa hari kedepan akan diadakan upacara penting di suatu instansi pemerintahan. Rei diminta untuk memimpin paduan suara Hymne Guru. Untuk itu, Rei diminta untuk latihan.

Rei teringat dengan lirik awal lagu tersebut: dari yakin kuteguh. Sebelum menyanggupi permintaan temannya, Rei minta ijin untuk mengambil sejumput nasi 'ambua' (nasi yang ada di dasar periuk yang agak gosong), supaya sakit magnya tidak kambuh. Itu merupakan cara tradisional mencegah kambuhnya sakit mag. Setelah itu ia mau melanjutkan membuat banten, sambil lalu membawa seekor ayam (siap), mau dipakai melengkapi banten gelar sanga. Rei pun akhirnya tersadar dari mimpi.

"Yakinlah bahwa Hyang Widhi mengasihimu (Widine asih, makna nama widi asih). Teguhkan imanmu pada Bhatara Hyang Guru (Makna Himne Guru). Nyanyikanlah selalu nama-Nya (makna bernyanyi). Dan bersiap untuk mempraktekannya! (Siap gelarang sanga)" Begitulah Rei menterjemahkan mimpinya setelah tersadar dari mimpi.

***

Buntut memprotes Tuhan beberapa hari lalu, Rei kembali diceramahi Tuhan lewat mimpinya. Kali ini Tuhan menyamar sebagai seorang sahabat. Apa yang beliau ajarkan kepada Rei? Simak kisah singkat mimpinya:

Dikisahkan Rei sedang berada di timur laut rumahnya, berjalan menuju ke arah timur laut. Tak lama berselang didatangi dua sahabat lamanya, tetapi tidak diketahui namanya. Keduanya masih gadis. Mereka datang dari arah yang berlawanan: ada yang mendekati dari arah belakang (Gadis A), ada yang datang dari arah depan (Gadis B).

"Kenapa kamu belum menemukan jodoh?" Tanya gadis A, diikuti oleh pertanyaan gadis B, "Kenapa kamu belum menikah?"

Diberondong dua pertanyaam sekaligus, Rei memikirkan pertanyaan sahabatnya dengan santai sambil duduk di meja makan yang berbentuk lingkaran, sedangkan kedua sahabatnya itu duduk menghadap Rei. Sebelum menjawab pertanyaan itu, terbesit dalam pikirannya bahwa Rei pernah mencintai seorang gadis yang begitu disayanginya, namun miris gadis itu malah mencintai lelaki lain.

"Begini..." ujar Rei mengambil ancang-ancang untuk menjawab pertanyaan sahabatnya. "Dahulu aku pernah menonton film pendek. Ada seorang lelaki jatuh cinta pada seorang gadis (wanita 1), gadis itu sangat disayanginya. 

Baginya wanita inilah yang terbaik dalam hidupnya. Namun sayangnya cintanya diabaikan. Wanita itu justeru memilih lelaki lain, yang dianggap lelaki terbaik dalam hidupnya dan menikah kemudian. Sedangkan lelaki yang ditinggal, menikah dengan gadis (wanita 2) yang dianggapnya biasa saja. 

Beberapa tahun kemudian, wanita itu (wanita 1) merasa mencintai lelaki yang salah, merasa menyesal. Sedangkan lelaki (yang ditinggal menikah), merasa mencintai wanita yang tepat, hidupnya penuh suka cita dengan kehadiran isterinya (wanita 2) yang awalnya dulu dianggap biasa saja. Melihat kenyataan itu, lelaki tersebut sangat bersyukur kepada Tuhan. "Tuhan Maha Baik." Ujarnya sembari mengelus dada, penuh syukur.

"Tuhan Maha Baik" ujar Rei kepada kedua sahabatnya setelah usai bercerita, seolah akan merasakan hal yang sama dengan apa yang ia ceritakan kepada temannya.

"Jangan-jangan kamu yang akan jadi jodohku." Gumamnya dalam hati saat melihat gadis A, gadis yang datang dari belakang itu.

Bila dimaknai, bahwa belakangan Rei akan menemukan jodoh yang lebih baik berdasarkan kehendak Tuhan yang Maha Baik. Orang itu sudah dikenalnya. Jangan bersedih bila kita belum menemukan jodoh, karena Tuhan sudah menyediakan orang yang pantas sesuai karma kita. 

Kita hanya bisa melihat seseorang saat ini yang kita anggap terbaik, tetapi belum tentu baik bagi kita di masa depan. Sedangkan Tuhan akan mempertemukan kita yang terlihat biasa saat ini, tetapi menjadi yang terbaik di masa depan.

*Mimpi di atas bukaan rekaan atau karangan, melainkan itu asli sebagaimana yang penulis alami saat tidur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun