Hal menarik dari mimpi di atas adalah perbedaan cara berpikir saya antara dalam dunia mimpi dengan dunia nyata, meski esensinya sama. Dalam dunia nyata saya cenderung menerapkan ajaran Sang Budha; Bila dihina janganlah marah karena orang marah tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Ketika kita marah ataupun membalas hinaan dari orang lain maka kita ikut menabur karma buruk, agama tidak membenarkan perilaku mendendam. Sesungguhnya, ketika ada orang yang merendahkan kita sebenarnya mereka sedang meninggikan kita.
Demikian sebaliknya, ketika kita dipuji atau ditinggikan sebenarnya sedang akan dijatuhkan. Dengan catatan bila kita bereaksi terhadap tindakan itu; senang ketika dipuji, benci ketika dihina. Agama mengajarkan kita untuk tidak berbangga hati ketika dipuji, tidak bersedih ketika dihina. Tetap seimbang pada pujian dan hinaan. Dengan cara itu seseorang akan terbebas dari ikatan karma.
Belakangan saya mencintai seseorang yang lebih baik dari wanita yang suka menghina saya, namun wanita ini juga sulit didekati. Suatu hari saya bermimpi, berada di suatu perbukitan. Lalu mendengar kabar bahwa cewek yang suka menghina saya akan menikah dengan orang lain, (sebut saja cewek tersebut si W). "Kalau dia menikah saya biasa saja, tetapi kalau N (yang sedang dicintai) menikah barulah aku sedih." Pikirku.
Kemudian saya berjalan menanjak dan melihat N ada di bawah, jurang, sedangkan saya berada di atas bukit. Tiba-tiba suasana berubah, dan saya berada di suatu aula tempat seminar. Disitu saya menjadi pengkotbah dihadiri oleh banyak orang. Salah satu peserta mengajukan pertanyaan, "Bagaimana caranya supaya kita sukses?"
"Kesuksesan dapat diraih ketika kita mampu bekerja dengan iklas. Nama lain dari kerja iklas adalah pengabdian." Ujarku sebagaimana yang terlintas dalam pikiranku.
"Setuju, setuju, setuju.." sambut hadirin dengan semangat.
Saya maknai mimpi di atas supaya saya mengiklaskan si W, sedangkan untuk si N diperlukan pengabdian dalam mencintainya dan menyayanginya dengan iklas walau terjadi perbedaan antara si N dengan saya (makna dia ada di bawah, sedangkan saya ada di bukit). Di satu sisi mimpi ini bercerita apa adanya bagaimana cara kita bisa sukses dalam karir. Maksud sukses disini yaitu memperoleh kebahagiaan, bukan sekedar mengejar materi.
Contoh 2:
Berada di pura Besakih bersama keluarga besar, mau sembahyang. Anehnya pura Besakihnya ada di timur laut rumah (maksud sebenarnya Kamulan). Disana ada banyak orang yang mau sembahyang. Kami pun segera akan mulai persembahyangan, tetapi bapak saya sibuk ngobrol dengan wa Karma (paman) sedangkan Sulinggihnya sudah melantunkan puja mantra.
"Jero.. coba deh kalau sembahyang jangan ribut-ribut. Dengarkan sulinggihnya ngleneng!" ujar wa Komang (paman yang satunya lagi).