Untuk tujuan tertentu seseorang acapkali berkaul agar tercapai apa yang diharapkan. Sebagian besar masyarakat lebih mudah terkabul doanya melalui kaul ataupun nazar. Dalam KBBI online, kaul diterjemahkan sebagai niat yang diucapkan sebagai janji untuk melakukan sesuatu jika permintaanya dikabulkan dsb. Sedangkan nazar diterjemahkan janji (pada diri sendiri) hendak berbuat sesuatu jika maksud tercapai; kaul. Jadi pada dasarnya antara kaul dan nazar sama saja.Â
Pada prakteknya dalam masyarakat Bali, kaul cenderung ditunjukan kepada dewa, umpamanya akan membuat banten atau ritual tertentu bila apa yang diharapkan tercapai, sedangkan nazar cenderung ditunjukan kepada manusia, misalnya akan mengadakan pesta bilamana apa yang dikehendaki tercapai. Kaul sering disebut sesangi, atau kadang pula disebut 'acepan' atau 'memunyi-munyi'.
Tak jarang seseorang melupakan kaulnya sendiri dan lupa untuk membayarnya sehingga diberi petunjuk melalui mimpi untuk membayar kaul tersebut. Dalam Primbon Bali salah satu mimpi sebagai pertanda kaul menagih janji adalah mimpi tentang kuda: ngipi anunggang jaran, sesangi nguntik. Menurut hasil analisa saya, mimpi tentang kuda sebagai simbol 'sesangi nguntik' sebab kuda dalam bahasa Bali disebut Jaran sehingga berarti u-jaran yang bermakna kata-kata yang pernah diikrarkan.Â
Dalam memaknai mimpi seperti itu tidak hanya mimpi menunggang kuda bermakna kaul menagih janji, namun segala sesuatu mimpi tentang kuda hal itu sudah bermakna adanya kaul menagih janji. Umpamanya mimpi dikejar kuda, melihat patung kuda, wallpaper kuda, foto kuda di internet, siluman kuda, dan lain sebagainya.
Sering pula 'sesangi nguntik' muncul dengan bahasa isyarat, seperti didatangi rentenir menagih hutang, dikejar-kejar oleh dept kolektor. Bila sesangi itu kepada dewa maka orang yang datang menagih hutang dalam mimpi adalah orang yang menjadi simbol dewa seperti sulinggih, pemangku, pedasaran, balian, dan lainnya sebagainya. Misalnya:
Saya sedang di rumah melihat adikku datang dari selatan, lalu mendekati ibuku. Katanya dia datang dari rumah mejro Wi (pemangku dewa Kembar). 'Maa, kenapa hutangnya di mejro wi gak dibayar? katanya mama punya hutang sudah lama tetapi tak kunjung dibayar. Saya disuruh menyampaikannya. ' ujar adikku.
Lalu saya disuruh ibu supaya menebus emas di bank Pegadaian, mau dijual untuk bayar hutang. Tiba-tiba sudah datang dari Bang dan membawa anting-anting emas mau saya jual, namun di tengah perjalanan ke arah selatan emasnya jatuh dan mencair.
Terbangun dari mimpi merasa kaget dan ada perasaan lega setelah dimaknai karena mencairnya emas pertanda hancurnya penderitaan sehingga kalaupun akan menderita hal kecil, bisa dikatakan mimpi ini baru peringatan. Siangnya saya tanya ke ibu apa benar punya sesangi kepada dewa kembar? Katannya tidak pernah berkaul untuk dewa kembar.Â
Dua hari kemudian sepulang dari kirim barang ke arah selatan bersama ibu, kami mengalami musibah ringan. Disitulah ibu saya baru ingat bahwa sekitar 9 tahun lalu pernah berkaul di dewa kembar tempat mejro Wi jadi pemangku, mesesangi akan menghaturkan banten pejati bila ayahku menang dalam pemilihan. Tetapi hingga bapakku sudah tidak lagi menjabat namun tak kunjung dibayar karena lupa.
Berkaul tidak hanya terjadi dalam dunia nyata, adakalanya juga terjadi di dalam mimpi. Ada tetangga saya hingga menghaturkan pakelem kerbau di danau Batur, hal itu terjadi berawal dulu waktu mudanya pernah berkaul di dalam mimpi akan menghaturkan pakelem di danau Batur. Apa yang dikaulkan dalam mimpi menjadi kenyataan, namun kaul dalam mimpinya tak dibayar hingga akhirnya jatuh sakit parah tak kunjung sembuh, dan mencari solusi mapeluas ke Balian. Disana katanya dibilang pernah punya hutang sesangi. Akhirnya sesangi dalam mimpi itu dibayar.
Ada pula seseorang datang ke bapak saya berkonsultasi tentang penderitaannya. Dari pawisik yang diterima, orang tersebut punya hutang sesangi. Katanya dia tak punya hutang sesangi, kecuali isterinya pernah mesesangi dalam mimpi namun tak dibayar. Apa yang diharapkan dalam mimpi itu sudah tercapai sehingga bapak saya menyarankan bayar sesangi tersebut.
Ibu saya (ibu kedua), katanya juga pernah berkaul dalam mimpi namun tak dibayar sampai saat ini, sebab mimpinya multi tafsir. Dalam mimpi itu ibu menaiki pohon yang tinggi. Sampai diujung pohon merasa takut jatuh, lalu mesesangi, 'Bila aku selamat dan bisa kaya kelak, aku akan menghaturkan banten pejati kepada mejro Urip' ujarnya, lalu terbangun. Setelah mimpi itu, katanya pernah merasakan panen berlimpah, mendapat berkah berbeda dari tetangga lainnya. Namun sesangi dalam mimpi itu belum dibayar sampai kini karena merasa belum kaya.
Makna mimpi itu sebenarnya akan berhasil mendapatkan rejeki (makna naik pohon yang tinggi), dan bila hal itu terbukti hendaklah menghaturkan banten pejati kepada dewata yang menjadikan mejro urip sebagai tapakan-Nya, bukan untuk orangnya (mejro urip). Tetapi yang menjadi perkara adalah kata kaya. Namun sebenarnya sesangi ibu saya dalam mimpi itu sudah terbukti kebenarannya meski belum kaya karena makna naik pohon tinggi itu bermakna akan mendapatkan rejeki berlimpah dan itu sudah pernah terjadi.
Atas dasar penomena berkaul dalam mimpi tersebut di atas, bilamana apa yang dikaulkan dalam mimpi menjadi kenyataan maka hendaklah dibayar agar tidak menjadi sumber penderitaan di kemudian hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H