Mohon tunggu...
I Ketut Merta Mupu
I Ketut Merta Mupu Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Alumni UNHI. Lelaki sederhana dan blak-blakan. Youtube : Merta Mupu Ngoceh https://youtube.com/@Merta_Mupu_Ngoceh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Berkaul" dalam Mimpi, Bagaimana Menyikapinya?

24 Desember 2017   09:00 Diperbarui: 24 Desember 2017   09:07 1022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu saya (ibu kedua), katanya juga pernah berkaul dalam mimpi namun tak dibayar sampai saat ini, sebab mimpinya multi tafsir. Dalam mimpi itu ibu menaiki pohon yang tinggi. Sampai diujung pohon merasa takut jatuh, lalu mesesangi, 'Bila aku selamat dan bisa kaya kelak, aku akan menghaturkan banten pejati kepada mejro Urip' ujarnya, lalu terbangun. Setelah mimpi itu, katanya pernah merasakan panen berlimpah, mendapat berkah berbeda dari tetangga lainnya. Namun sesangi dalam mimpi itu belum dibayar sampai kini karena merasa belum kaya.

Makna mimpi itu sebenarnya akan berhasil mendapatkan rejeki (makna naik pohon yang tinggi), dan bila hal itu terbukti hendaklah menghaturkan banten pejati kepada dewata yang menjadikan mejro urip sebagai tapakan-Nya, bukan untuk orangnya (mejro urip). Tetapi yang menjadi perkara adalah kata kaya. Namun sebenarnya sesangi ibu saya dalam mimpi itu sudah terbukti kebenarannya meski belum kaya karena makna naik pohon tinggi itu bermakna akan mendapatkan rejeki berlimpah dan itu sudah pernah terjadi.

Atas dasar penomena berkaul dalam mimpi tersebut di atas, bilamana apa yang dikaulkan dalam mimpi menjadi kenyataan maka hendaklah dibayar agar tidak menjadi sumber penderitaan di kemudian hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun