Ibu saya (ibu kedua), katanya juga pernah berkaul dalam mimpi namun tak dibayar sampai saat ini, sebab mimpinya multi tafsir. Dalam mimpi itu ibu menaiki pohon yang tinggi. Sampai diujung pohon merasa takut jatuh, lalu mesesangi, 'Bila aku selamat dan bisa kaya kelak, aku akan menghaturkan banten pejati kepada mejro Urip' ujarnya, lalu terbangun. Setelah mimpi itu, katanya pernah merasakan panen berlimpah, mendapat berkah berbeda dari tetangga lainnya. Namun sesangi dalam mimpi itu belum dibayar sampai kini karena merasa belum kaya.
Makna mimpi itu sebenarnya akan berhasil mendapatkan rejeki (makna naik pohon yang tinggi), dan bila hal itu terbukti hendaklah menghaturkan banten pejati kepada dewata yang menjadikan mejro urip sebagai tapakan-Nya, bukan untuk orangnya (mejro urip). Tetapi yang menjadi perkara adalah kata kaya. Namun sebenarnya sesangi ibu saya dalam mimpi itu sudah terbukti kebenarannya meski belum kaya karena makna naik pohon tinggi itu bermakna akan mendapatkan rejeki berlimpah dan itu sudah pernah terjadi.
Atas dasar penomena berkaul dalam mimpi tersebut di atas, bilamana apa yang dikaulkan dalam mimpi menjadi kenyataan maka hendaklah dibayar agar tidak menjadi sumber penderitaan di kemudian hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H