Berdasar pengalaman dan pengamatan empiris, cara paling mudah membedah makna mimpi itu dengan teknik cocoklogi, ilmu mencocok-cocokan. Tahap ini perlu dilakukan dalam proses belajar memaknai mimpi, terutama bagi mereka yang sering mimpi. Dalam kajian ilmiah metode cocoklogi memang tidak diakui sebagai suatu ilmu, tetapi dalam mengkaji mimpi justeru ilmu ini yang paling gampang digunakan. Dasar pemikirannya bahwa suatu mimpi sering kali menggambarkan akibat yang akan terjadi dari apa yang sudah terjadi. Baik berupa doa yang kita panjatkan, rencana yang akan kita lakukan, ataupun sesuatu yang sudah kita lakukan.
Dalam proses mencocok-cocokan itu terlebih dulu kita mengetahui simbol-simbol umum, seperti misalnya mimpi yang berkaitan dengan kematian pertanda kaletehan (kotor secara niskala), baik pada pekarangan maupun pada parhyangan, misalnya; mimpi ada ngaben, melihat kuburan, melihat mayat, tulang manusia, bercinta, pernikahan, berhubungan seks dengan orang yang dikenal, ataupun hal-hal yang mesra, dan lain sebagainya.
Kaletehan itu bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti habis memperbaiki rumah namun tak dibuatkan upacaranya, habis melahirkan atau ada kematian tetapi tidak dibuatkan banten penyapuh karang padahal masa cuntaka sudah berakhir. Kaletehan juga bisa ditimbulkan oleh pemali sehingga dapat menimbulkan energi negatif di rumah, dari situ dapat menimbulkan mimpi yang bermakna kaletehan ringan seperti mimpi hamil, melahirkan, menggendong anak kecil, menyusui, melihat macan, bercinta, mesra-mesraan, dan lain sebagainya. Mimpi tentang air bah, air sungai mengalir, pertanda ada jalan niskala terganggu, seperti menempatkan sesuatu di depan Tugun karang, di perbatasan karang, dimana tempat itu menjadi lintasan jalan dewan karang, menaruh suatu di bung-bungan rumah (lorong rumah), dsb.Â
Simbol lainnya yang tak kalah penting untuk diketahui yaitu simbol dewa, seperti orang suci (sulinggih) yang tidak diketahui namanya, guru, dosen, ayah dan ibu simbol Bhatara Hyang Guru (dewanya dewa). Turis, pemangku, jero dasaran, jero tapakan, teman, dan sejenisnya simbol sesuhunan (dewata). Pejabat negara seperti polisi, bupati, gubernur, presiden, dsb, merupakan simbol dewa-dewa yang lebih rendah kedudukannya, seperti dewan karang/dewa penunggun karang, dewan umah, Bhatara Indera Belaka, dsb. Kerabat tak dikenal, kerabat yang telah tiada, saudara, dsb, simbol dewa hyang. Orang yang tak dikenal simbol Sang Wengi (jin).
Barangkali sulit dipahami bila hanya uraian, tetapi dengan contoh maka akan mudah dipahami. Berikut contohnya:
Sebelum mimpi di siang bolong saya disuruh mengantar ibu ke upacara ngenteg linggih dewa kembar, tetapi karena lelah saya ngekoh mengantar ibu, inginnya adik saya yang mau disuruh mengantar ibu. Lalu tiba-tiba merasa mengantuk dan tertidur, lalu mimpi singkat. Dalam mimpi itu saya membawa motor membonceng guru (bapak saya), berjalan menanjak di bubung (tempatnya persis dengan di kenyataan). Dari arah berlawanan saya melihat bli Mangku Y membawa motor. Dan motornya jatuh berubah jadi bambu panjang tapi kecil, bambu itu bergerak menubruk saya. 'Aduuhh' teriakku. Lalu tersadar.
Dengan melihat apa yang telah terjadi atau apa yang saya lakukan, mimpi itu bermakna bahwa saya dicandai dewa kembar karena berniat tidak mau mengantar ibu saya ke tempat acara ngenteg linggih dewa kembar. Satu simbol yang mengarahkan makna mimpi itu ke arah itu yaitu bli Mangku Y, dia jadi pemangku dewa kembar. Yang memberitahu hal itu Bhatara Hyang guru (simbolnya membonceng ayah). Tragisnya, besoknya di tempat itu terjadi kecelakaan. Ada orang terjatuh membawa motor hingga masuk rumah sakit. Ketika kita mimpi berada di suatu tempat dan tempat itu persis dengan kenyataan sekarang maka di sekitar tempat itu akan terjadi sesuatu dalam kurun waktu tertentu dan kita cenderung mengetahuinya.Â
Ada orang yang bercerita mimpi, katanya dia mimpi melihat tiga turis meninggal dunia, mayat turis itu dijejerkan oleh keluarganya yang jadi pemangku dewa kembar. Makna mimpi tersebut pekarangannya leteh sehingga bhatara tiga/tri murti meninggalkannya (tiga turis meninggal). Sedangkan yang memberi tahu hal itu adalah dewa kembar. Awalnya tidak diketahui penyebab kaletehannya, tetapi setelah diingat-ingat ternyata isterinya habis melahirkan sudah sampai tiga bulan tidak juga diupacarai rumahnya.
Suatu malam saya mimpi bertemu bupati Bangli di warung makan di selatan rumah, bapak bupati menyapaku, 'Hai tut..' ujarnya sembari bersalaman denganku.
'Ohh bapak. Mampir dulu ke rumah saya, mumpung ada bapakku di rumah' sapaku. Beliau mau mampir ke rumah saya meski belum selesai makan, piringnya dibawa ke rumahku. Di rumah pak Bupati disambut ayahku, lalu saya menawari makan lagi, dan beliau mau, tapi sayangnya justeru nasi di piring saya yang diambil padahal sudah sempat saya cicipi, 'maaf pak' ujarku merasa tak enak beliau mengambil nasi yang sudah sempat saya cicipi.Â
Mimpi ini merupakan sindiran dari dewa, beliau hadir menyapa kami karena keluarga saya lupa menghaturkan persembahan (simbol makanan). Dewa itu disambut Bhatara Hyang Guru. Dewa tersebut adalah Bhatara Indera Belaka (dewa Mahakala/Rajanya Kala) karena di sebelah selatan rumah saya terdapat palinggih Sanghyang Indera Belaka. Beliau disambut Bhatara Hyang Guru, simbolnya bapak saya. Bila kita lupa menghaturkan persembahan kita disapa beliau dengan berbagai sindiran, terkadang dewa menyamar sebagai teman (teman lama/mantan, teman sekantor, teman kampus, dsb), teman itu bertamu ke rumah tetapi tidak mau menyapa kita.
Bagaimana bila mimpinya rumit? Sama saja, walau rumit dengan metode cocoklogi akan mudah dipahami. Ini contohnya:
Saya bersama sepupu memasuki sebuah sekolah yayasan bhakti sosial. Kepala yayasan seorang guru wanita. Saya berkeliling di yayasan itu, ternyata sekolahnya kosong, tidak ada murid. Lalu berjalan ke arah timur laut, disana ada kandang ayam. Disana saya melihat seseorang memegang ayam jago. Di sekitarnya ternyata ada banyak orang yang hidupnya sengsara, seperti orang gila, dikandangkan seperti ayam. 'Wuaah.. ini pelanggaran HAM nih! Jangan-jangan mereka disiksa disini.' Pikiran curiga berkecamuk.
Tak lama kemudian saya menghampiri guru wanita yang jadi kepala yayasan itu. Tampangnya cemberut ketika melihat saya.
'Saat kamu mau minta-minta baru kesini. Sedangkan orang dari Belanda jauh - jauh kesini bawa sumbangan'.
Saya cuek saja dengan omelannya. Dan saya pun pergi bersama sepupu. Tapi sepupu saya dipanggil, dan dikasih amplop berisi uang banyak. Katanya berisi uang tiga juta, namun setelah diperhatikan cuma tiga ratus ribu. Dan setelah saya robek amplopnya ternyata cuma 3 ribu, kucel lagi.
Perjalanan berlanjut, saya bertemu dua orang gadis. Gadis itu bicara, 'beras sekilo, mau dimasak'.
Tanpa melihat apa yang terjadi, mimpi itu rasanya sulit untuk dimaknai, tetapi dengan memperhatikan apa yang sudah terjadi maka akan mudah dipahami. Sebelum mimpi seperti itu Daksina Linggihnya di Kamulan dirusak ayam. Hal ini mengakibatkan kaletehan. Dan ada peristiwa yang terjadi akibat kesalahan itu sebagaimana dilukiskan dalam mimpi di atas. Kita bisa maknai dari simbol-simbolnya yaitu Guru wanita sebagai kepala sekolah artinya Bhatara Hyang Guru, Tuhan yang menjadi pelindung semuanya. Sekolahnya kosong; kamulannya tiada penghuni karena leteh. (Bangunan rumah atau sekolah seringkali menjadi simbol palinggih. Bila bangunannya bertingkat simbol alam lebih tinggi, misalnya alam leluhur, bahkan alam dewata). Ayam simbol sang roh. Ada banyak orang sengsara artinya ada banyak roh yang menderita. Roh tersebut yaitu roh leluhur dan roh keluarga kita sendiri yang berstana di Kamulan.
 Menderita karena kamulannya leteh. Lalu Bhatara Hyang Guru menyindir bahwa saya hanya datang ketika meminta-minta saja, maksudnya memohon ini itu saat berdoa, padahal seharusnya datang membawa persembahan tulus iklas (disimbolkan sumbangan) untuk mensejahterakan roh keluarga kita dan leluhur. Yadnya atau persembahan pada hakekatnya dari kita untuk kita.
Diberi uang banyak artinya akan diberi penderitaan, tetapi uangnya jadi sedikit, artinya penderitaan itu diperkecil, hanya sebagai peringatan. Dalam kenyataan, penderitaan itu berupa kehilangan beras sekilo. Beras ini bukan beras biasa, melainkan beras 'bija', dapat 'nunas' di pura tertentu. Beras ini ternyata dimasak oleh ipar saya, dikiranya beras biasa. Itulah sebabnya dalam mimpi ada cewek yang ngomong beras sekilo mau dimasak.
Untuk menafsirkan mimpi seringkali kita bisa berangkat dari keberadaan kita dalam mimpi, lokasi dalam mimpi. Bila kita berada di rumah sepupu berarti mimpi itu berkisah tentang kendala yang dihadapi sepupu, bila mimpi berada di rumah kakek berarti kendala atau masalah itu ada di rumah kakek. Demikian pula bila berada di tempat atau bangunan milik keluarga besar, misal pura keluarga, maka itu pertanda masalah yang digambarkan dalam mimpi ada di lokasi tersebut. Berikut contohnya:
Sore itu saya melihat-lihat situasi pura pesimpangan Dewa Hyang, disitu saya melihat seorang gadis. Di sudut pura keluarga tersebut saya disenggol gadis itu. Orangnya cantik, sayangnya dia gendut. Dari kedipan matanya seolah dia ngajakin gitu-gituan, dia godain saya. Lalu saya ke tempat sepi, di antara semak-semak, dia juga ikut.
Sebagai lelaki normal, bergairah juga dibuatnya. Saya ajakin gitu-gituan. Eh saya disuruh tiduran, lalu dia buka celana hingga telanjang. Saya sudah siapkan 'tombak' yang berdiri tegap. Saya langsung digenjot dari atas. Duuhh beratnya.
 'Heiii.. ngapain kalian disana?' Teriak om saya dari gedong dewa kembar yang ada di sebelah selatan pura dewa hyang itu, pura untuk leluhur. Kaget juga dibuatnya. Kami langsung bangun bergegas.
'Dia yang duluan ngajakin saya' jawabku.
'Cai buang kene dii? Cewek gendut masi ajak ngeto! (Kamu ganjen begini sih? Gadis gendut juga diembat!)' Ujar omku itu, om BD. Om dari keluarga mindon.
'Adeeh dosa dah aku ini! Melakukan gitu dekat tempat suci' batinku tanpa menghiraukan omku itu karena malu.
Lalu saya berjalan ke arah utara bersama gadis gendut itu. Sudah jauh perjalanan, sekira setengah kilo, ternyata kami diikuti keluarga gadis itu dari belakang. Perjalanan berlanjut, di pinggir jalan saya menemukan buah mangga matang sekeranjang dekat rumah lama om tadi. Sepertinya om yang punya mangga itu, kayaknya enak kalau dimakan. Gadis yang kuajak begituan tadi ingin minta mangga. Lalu saya ambilkan satu. Kemudian menghampiri tantenya yang terlihat di rumahnya mau minjam pisau pakai ngelupas mangga, sekalian mau bilang minta mangga. Eh ternyata dia gak punya pisau. (Sekarang rumahnya itu sudah tidak ada, adanya waktu saya belum sekolah SD, sudah puluhan tahun lalu).
Dari kejauhan saya mendengar ibuku menjerit di tempat kandang sapi, 'Bli Jero.. sapinya lepas! Bantu untuk menangkapnya!' Teriak ibu minta tolong kepada bapakku. (Aslinya disana tidak ada kandang sapi maupun sapi).
Akhirnya tersadar dari mimpi. Dan langsung bisa menangkap maksud inti dari mimpi tersebut, yaitu disuruh membongkar gedong dewa kembar. Penafsiran maksud mimpi itu bukan atas renungan tetapi muncul begitu saja dari pengertian dalam lubuk hati. Lalu saya renungkan kronologinya secara detail. Berhubungan seks pertanda buruk, dalam konteks mimpi di atas melambangkan ada kaletehan di dekat pura pesimpangan dewa hyang. Kaletehan itu ditimbulkan oleh pemali agung berupa bangunan gedong dewa kembar yang sudah dipralina (dilebur secara niskala) waktu ini, namun pembongkaran bangunan fisiknya ditunda. Bangunan itu numbak bucu (sudut bertumpu) dengan bale Pesamuhan sehingga menjadi pemali agung. Mungkin itu sebabnya disimbolkan dengan berhubungan seks dengan cewek gendut (gede:agung). Bangunan itu disuruh mem'buang'nya (membongkar), makanya dalam mimpi saya dibilang 'buang'. Yang menyuruh adalah Sesuhunan (dewata) simbol gr BD karena omnya itu jadi pedasaran, tapakan dewa.
Bila bangunan itu tidak dibongkar maka akan mendatangkan penyakit bagi keluarga besar kami (disimbolkan dengan mangga yang sudah matang sekeranjang: ngalap sarwa pala gantung ala kojarnia). Juga disuruh untuk tidak lupa membuatkan ritualnya setelah pembongkaran, banten caru pabersihan. (simbolnya ada sapi lepas dari kandangnya, disuruh menangkap). Sapi atau sampi ngaran sampian ngaran banten.
Sebelumnya juga sempat mimpi mengarah kesana tetapi tidak begitu saya pahami maksudnya soalnya tempatnya tidak jelas dimana. Dalam mimpi itu saya bersama keluarga besar sedang menggotong mayat ke kuburan sembari melantunkan kidung kedewa: kidung dewa yadnya. (Ngutang bangke mekidung kedewa). Ternyata kuburan itu ada di tanah perbatasan milik pekak BD dan guru Nas. (Tempat kuburan ini gak jelas keberadaannya dimana dalam kenyataan).
Setelah mimpi berhubungan seks di atas itulah baru saya paham maksud dari mimpi menggotong mayat tersebut. Ternyata maksudnya disuruh 'ngutang bangken gedong dewa' (membuang bekas gedong dewa), diambil dari makna 'ngutang bangke mekidung kedewa'. Kan lucu menggotong mayat tetapi kidung sucinya kidung dewa yadnya, seharusnya kidung kematian. Disitu uniknya mimpi. Keberadaan gedong dewa itu memang berada di perbatasan tanah guru Nas dan pekak BD, namun sayangnya dalam mimpi tidak jelas tanah itu berada dimana.
Selain mimpi tersebut ada juga mimpi lainnya yang mengarah kesana. Yang awalnya saya kira ada kaletehan di rumah tantenya, ternyata dugaan saya itu salah, padahal kaletehan itu ada di rumahnya dewa hyang (pura untuk leluhur). Kesalahan itu terjadi karena kurang dalam pemaknaannya. Inti mimpinya begini: Di sebelah selatan rumah tantenya, di sebuah pos kosong, sepupu saya mau menikah. Setelah rombongan datang ternyata pengantinnya orang Jawa. Mimpi itu mengarah ke rumahnya dewa hyang karena om saya dan tantenya jadi pemangku dewa Hyang, sehingga maksud dari rumah om dan tante itu adalah rumahnya dewa hyang, sedangkan pos kosong yang dimaksud ternyata gedong dewa kembar yang sudah dipralina. Disitu rumitnya menterjemahkan mimpi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H