Menafsirkan mimpi itu gampang-gampang susah. Acap kali mimpi yang seakan bermakna buruk namun ternyata bermakna baik atau sebaliknya. Ada berbagai faktor yang menyebabkan hal itu terjadi, seperti misalnya kita terlalu berpaku pada mimpi terdahulu: 'dulu saya mimpi begitu, yang terjadi hal begini'. Ketika kita mengalami mimpi serupa, kita cenderung memaknainya sama, padahal belum tentu maknanya sama.
Beda hari mimpinya, beda juga maknanya, dan juga beda sedikit saja kronologi mimpinya akan berbeda juga maknanya. Umpamanya; mimpi gigi geraham tanggal. Lalu gigi itu dicoba dipasang lagi, dan belum berhasil memasangnya namun keburu bangun. Kalau tidak jeli memaknainya pasti kita menduga akan ada keluarga yang sudah tua akan meninggal. Padahal bila mimpi gigi tanggal lalu berusaha dipasang dan belum berhasil memasangnya kembali namun keburu bangun, hal itu maknanya akan ada keluarga yang sakit dan akan sembuh setelah ada upaya mengobatinya, baik secara medis maupun non medis. Usaha yang dilakukan dalam mimpi seringkali tidak sampai selesai namun maknanya sudah selesai.
Contoh lain: mimpi gigi tanggal di tepi jalan, lalu melihat iring-iringan orang mengusung jenazah. Bila kita berpedoman pada mimpi secara umum, hal itu pasti kita maknai akan ada keluarga yang meninggal, apalagi disertai iring-iringan jenazah. Lebih meyakinkan bahwa itu pertanda akan ada kematian, padahal bila mimpi demikian maknanya akan ada keluarga yang akan sakit disebabkan oleh pemali ataupun 'kaletehan' di pekarangan. Mimpi melihat mayat pertanda kaletehan, bisa juga pertanda ada pemali. Bila mimpi memegang mayat berulat barulah bermakna mendapat rejeki.
Faktor lain yang menyebabkan salah menafsirkan mimpi akibat kita terlalu terbawa perasaan, terutama soal asmara. Umpamanya seperti mimpi berikut: Berada di tegalan di sebelah barat daya rumah lama (kembali ke masa kecil, aslinya rumah sudah tidak ada). Di tempat itu bersama Dewi, Gede Manik, dan bapa Penpen (om saya). Mereka memetik daun ketela rambat (sela). Sedangkan saya memetik daun bayam mau dipakai sayur (don bayem anggen jukut). Setelah selesai memetik daun ketela mereka hendak pergi ke rumahnya ke arah selatan. Lalu om saya mendekatiku.
 'Om, apakah di sebelah utara masih ada daun bayam?' Tanyaku.
 'Oh masih ada. Malah lebih bagus yang disitu' ujarnya. Lalu mereka pergi. Sedangkan saya pergi ke kandang sapi di arah utara, diikuti Dewi. Saya masuk ke kandang sapinya, disana hanya ada seekor sapi padahal seharusnya berisi dua ekor.
 Mimpi itu awalnya saya maknai begini: memetik daun ketela artinya ala (buruk). yang memetik Gede Manik, bersama Dewi. Saya menduga akan datang hal buruk yaitu Dewi (gadis yang disayangi) akan dinikahi oleh Gede (cowok yang diajak memperebutkan Dewi). Tetapi karena saya memetik daun bayem mau dipakai sayur (don bayem anggen JUKut). Saya maknai hal buruk itu masih bisa dikendalikan: Juuk (ditangkap). Cara mengendalikannya yaitu dengan membuat suatu ritual untuk saya. Makna itu diambil dari melihat seekor sapi. Sapi atau sampi ngaran sampian, sampian ngaran banten atau ritual. Kalau tidak begitu maka tak urung akan kehilangan Dewi. Meski kehilangan Dewi namun saya menduga dewa masih menyediakan gadis yang lebih baik dari Dewi, gadis itu dari arah utara. Hal itu saya maknai dari kronologi di sebelah utara masih ada daun bayam yang lebih bagus.
 Sungguh mimpi tersebut membuat saya sedih, bahkan bikin dada terasa sesak saking takut kehilangan Dewi. Seringkali kita salah mengartikan mimpi akibat terlalu terbawa perasaan sehingga menyimpang dari maksud sebenarnya. Namun setelah saya renungkan secara berulang barulah berhasil memecahkan maknanya, yaitu:
Hal buruk mau diambil dewa (dewi) dan dewa mau memberi rejeki yang baik tetapi hal buruk itu harus ditangkap dengan membuat suatu ritual. Makna itu diambil dari kata sandi sebagai berikut:
 -Memetik ketela: memetik hal buruk
 -Dewi artinya Dewa