Mohon tunggu...
I Ketut Merta Mupu
I Ketut Merta Mupu Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Alumni UNHI. Lelaki sederhana dan blak-blakan. Youtube : Merta Mupu Ngoceh https://youtube.com/@Merta_Mupu_Ngoceh

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Menggali Mimpi dengan Tenung Tanya Lara

6 Maret 2017   13:16 Diperbarui: 7 Maret 2017   00:01 3660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Tes Teach

Terdapat berbagai metode yang digunakan masyarakat dalam menggali makna mimpi, seperti menelaahnya berdasarkan bahasa simbol, bahasa isyarat, dan bahasa sandi. Semua hal itu dirinci ke dalam primbon, primbon mimpi. Dengan cara itu kita bisa meraba-raba makna mimpinya apakah pertanda baik ataukah buruk. Metode tersebut menekankan pada kronologi mimpinya; apa yang digambarkan dalam mimpi, kemudian penggambaran itu dimaknai.

Dalam masyarakat Bali, menggali makna mimpi tidak cukup hanya berdasarkan kronologi mimpi, melainkan harus didasari dengan hari mimpinya menggunakan tenung tanya lara. Metode ini menekankan pada penyebab mimpi itu. Dengan kata lain mimpi itu berasal dari mana, apa kendalanya sehingga kita memimpikan suatu hal. Apakah mimpi itu ada hubungannya dengan lingkungan (seperti pemali), ataukah akibat ulah manusia? apakah mimpi itu datangnya dari Sang Wengi (sebangsa jin), Bhuta Kala, Dewa Hyang (leluhur), ataukah datangnya dari sesuunan (dewata)? Dengan tenung tanya lara kita bisa mencegah hal-hal buruk yang akan terjadi dengan mencari akar masalahnya.

Sesuai namanya, 'Tenung Tanya Lara' sebenarnya digunakan untuk mencari tahu sakitnya seseorang disebabkan apa. Tenung artinya ramalan atau nujum. Sedangkan lara artinya sakit atau menderita. Dengan demikian, secara sederhana tenung tanya lara diartikan ramalan bertanya tentang sakit. Untuk menelusuri sebab musabab di balik sakitnya seseorang, hal itu bisa diketahui berdasarkan hari mulai jatuh sakitnya. Terdapat banyak tenung tanya lara yang digunakan untuk mencari penyebab sakitnya seseorang berdasarkan hari mulai jatuh sakitnya, akan tetapi hanya satu yang bisa digunakan untuk menggali mimpi berdasarkan hari mimpinya. Bahkan tenung tanya lara ini hampir punah, hanya dipertahankan oleh segelintir orang. Oleh sebab itu, untuk mempertahankan kearifan lokal, saya mencoba menyebarluaskan kembali tenung tanya lara ini, khususnya yang digunakan untuk menggali mimpi. Oleh karena itu, apabila kita ingin tahu makna mimpi kita, pada saat terbangun dari mimpi kita lihat jam dan lihat hari mimpinya, apakah sebelum jam dua belas malam ataukah sesudah lewat jam dua belas malam. Yang terpenting diperhatikan adalah pada saat terbangun dari mimpi jatuh pada hari apa. Sebab mimpi itu sebenarnya hanya beberapa menit bahkan hanya dalam hitungan detik meski di alam mimpi terasa lama.

Untuk mempelajari tenung tanya lara memang butuh proses, tidak langsung paham begitu selesai dibaca. Oleh karenanya butuh pengalaman untuk memahaminya lebih jauh. Tenung tanya lara ini dengan menyatukan urip Tri Premana. Dalam konteks tenung tanya lara yang dimaksud Tri Premana yaitu hari pasaran Panca Wara, Sad Wara dan Sapta Wara. Rinciannya sebagai berikut:

Panca Wara

Umanis   : uripnya 5, arah timur.
Pahing     : 9, selatan.
Pon           : 7, barat.
Wage       : 4, utara.
Kliwon     : 8, tengah.


Sad Wara

Tungleh     : 7, barat.
Aryang      : 6, timur laut.
Urukung   : 5, timur.
Paniron     : 8, Tenggara.
Was           : 9, Selatan.
Maulu       : 3, barat daya.

Sapta Wara

Redite           : 5, timur.
Soma            : 4, utara.
Anggara      : 3, barat daya.
Buda            : 7, barat.
Wraspati     : 8, tenggara.
Sukra           : 6, timur laut.
Saniscara   : 9, selatan.

Urip hari pasaran panca wara, sad wara dan sapta wara tersebut dijumblahkan, lalu dibagi 4, dan lihat sisanya berapa. Umpamanya, mimpi pada hari Soma Umanis nuju Tungleh. Soma uripnya 4, arahnya utara. Umanis uripnya 5, arahnya timur. Tungleh uripnya 7, arahnya barat. Jumblah uripnya 4+5+7= 16. Lalu dibagi 4. 16:4= 0. Bila sisanya 0 sama dengan sisa 4. Cara menghitungnya sbb: 16:4= 3, sisa 4. Sisa empat artinya Dewa Agung. Arahnya Timur Laut rumah atau Kaja Kangin, diambil dari arah gabungan Soma Umanis. Hal ini melambangkan bahwa mimpi tersebut ada kendala dengan dewa agung di timur laut rumah yaitu Sanggah Kamulan. Uraian sisa penjumblahan hari pasaran sebagai berikut:

Bila sisa 1 artinya dewa alit. Yang dimaksud dewa alit yaitu dewa hyang (leluhur), dewan umah (dewanya rumah), dewa kembar (atma orang yang lahir kembar), dewa hyang alit; roh orang yang meninggal waktu kecil, termasuk juga yang keguguran namun sudah diupacarai.

Bila sisa 2 artinya Kala. Yang dimaksud Kala yaitu Kala dan Bhuta Kala. Kala juga bisa diartikan Kalan (kemarahan). Umpamanya Kalan Dewa Hyang (kemarahan leluhur), Kalan Sesuunan (kemarahan dewata), Kalan Sang Wengi (Kemarahan Jin), Kalan Memedi (kemarahan roh orang mati yang belum diaben), dlsb. Hal ini bisa diketahui berdasarkan simbol-simbol hari pasaran.

Bila sisa 3 artinya manusa. Yang dimaksud manusa yaitu manusia atau orang, memedi dan Sang Wengi. Memedi adalah roh orang mati yang belum diaben. Sesangkan Sang Wengi adalah mahkluk gaib yang tinggal di tempat keramat, sebangsa jin. Ada pula masyarakat menyebutnya jero gede, jero sedahan. Mahkluk gaib ini ada yang jahat, ada pula yang baik. Dalam ajaran Hindu Bali, sebenarnya Sang Wengi merupakan wujud saudara empat; kanda pat catur. Oleh karena itulah ada istilah Bhuta Ya, Dewa Ya. Kalau benar cara memperlakukannya maka beliau menjadi dewa, sama kedudukannya dengan atma atau roh kita. Sebaliknya bila salah memperlakukannya maka menjadi bhuta kala.

Bila sisa 4 artinya Dewa Agung. Yang dimaksud Dewa Agung yaitu Sesuunan (dewata) yang dipuja di pura, maupun di Kamulan ataupun di merajan agung. Juga termasuk Bhatara Kawitan maupun Bhatara Hyang Guru.

Sesudah mengetahui sisa penjumblahan hari pasaran, kita harus mengetahui simbol-simbol atau makna masing-masing hari pasaran panca wara, sad wara dan sapta wara. Cara menyimbolkan hari pasaran dengan memenggal huruf harinya atau dibuatkan makna dengan cocoklogi. Lebih jelasnya sebagai berikut:

Panca Wara

Umanis ngaran umah (rumah), uma (sawah), dlsb.

Pahing ngaran Paon (dapur), Pipa, dlsb.

Pon ngaran pondok (rumah), Pondasi, dslb.

Wage ngaran gumi (tanah), gedogan (kandang hewan), dlsb.

Kliwon ngaran karang (pekarangan rumah), kandang, dlsb.

Sad Wara

Tungleh ngaran sarwa mati atau benda mati. Serperti tued (pangkal batang kayu), dlsb.

Aryang ngaran dewa Hyang, Dewa Hyang Alit, bhatara Hyang Guru, dlsb.

Urukung ngaran urung atau buung (batal), rurung (jalan, termasuk juga jalan niskala, jalan di alam gaib), bisa juga diartikan diberi jalan atau petunjuk, dlsb.

Paniron ngaran sarwa hidup. Seperti pohon pisang, daun, cabang, dan tanaman lainnya.

Was ngaran luwas (pergi). Was juga perlambang lama. Bila seseorang jatuh sakit nuju was maka sakitnya lama.

Maulu ngaran mamedi (roh orang meninggal yang belum diaben), maulu juga dimaknai sang wengi (sebangsa jin).

Sapta wara

Redite ngaran raab (atap), tembok, tebing, dlsb.

Soma ngaran umah (rumah), uma (sawah), dlsb.

Anggara ngaran nganggar (mencolok ke permukaan), anggaranga (direncanakan), dlsb.

Buda ngaran banten (upakara), bantang (batang), batu, batako, dslb.

Wraspati ngaran tiing (bambu), dlsb.

Sukra ngaran Sesuunan (dewata), sesangi (kaul, nazar), dlsb.

Saniscara ngaran sesangi (kaul, nazar), sang wengi (sebangsa jin), canggah (kayu mati yang sengaja ditanam sebagai penunjang sesuatu), carang (cabang atau ranting), dlsb.

Perlambang hari pasaran di atas diambil yang cocok dengan sisa penjumblahan hari pasarannya. Dengan kata lain dicocok-cocokan. Sehingga kita harus jeli mencocok-cocokannya karena mimpi memang sarat dengan ilmu cocoklogi menggunakan bahasa simbol, bahasa isyarat, dan bahasa sandi.

Ada beberapa ketentuan yang harus dipahami agar lebih mudah mencocok-cokannya. Ketentuan ini sifatnya akurat, sudah pasti. Sebagai berikut:

Bila sisa 1 (dewa alit) nuju Aryang, sudah pasti ada petunjuk atau kendala dengan dewa Hyang (leluhur). Selain itu, bila sisa 1 harinya soma ataupun umanis, maka pertanda ada petunjuk atau kendala dengan dewa alit di rumah.

Bila sisa 2 (kala) nuju Aryang bermakna kalan dewa hyang (kemarahan leluhur). Bila sisa 2 hari pasaran Sukra bermakna kalan sesuunan (kemarahan dewata). Bila sisa 2 nuju maulu bermakna kalan sang wengi (kemarahan jin), atau bisa juga kalan memedi (kemarahan memedi). Bila sisa 2 berdiri sendiri bermakna papas kala (terkena serangan bhuta kala). Adakalanya juga bhuta kala datang karena pemalinan. Oleh karena itu seringkali orang yang sakit atau mimpi buruk berasal dari pemalinan.

Bila sisa 3 (manusa) nuju maulu bermakna ada kendala dengan sang wengi atau pun memedi. Sisa 3 seringkali hubungannya dengan alam atau lingkungan dalam wujud pemali. Bila sisa 3 nuju paniron berarti pemali hidup. Bila nuju tungleh berarti pemali benda mati. Sering pula sisa 3 memang bermakna ulah manusia seperti leyak, desti, maupun diserang dengan ilmu hitam. Untuk menterjemahkan mimpi akibat ulah manusia perlu hati-hati karena sering kali sang wengi menyamar menjadi manusia.

Bila sisa 4 (dewa agung) hari pasarannya umanis bermakna Sesuunan di umahe (dewa di rumah). Sisa 4 hari pasaran pon bermakna sesuunan dipondoke (dewa di rumah). Hal ini sama juga dengan sukra pon atau sukra umanis yang bermakna sesuunan di umahe atau sessuunan di pondoke (dewa di rumah).

Mencari Arah

Untuk mencari tahu letak permasalahan yang menyebabkan seseorang mimpi atau sakit bisa dicari dengan gabungan hari pasaran (Panca Wara dan Sapta Wara), secara acak dan pengunya-ngunyaan dina (hari). Objek yang menjadi pusat mencari arah adalah rumah orang yang mimpi atau orang yang sakit. Sering pula dicari berdasarkan objek rumah orang yang dimimpikan. Misalnya mimpi berada di rumah nenek atau di sekitar rumah nenek maka carilah arah kendalanya dari rumah nenek. Karena bila mimpi berada di rumah nenek melambangkan mimpi itu menggambarkan peristiwa atau kendala yang dihadapi nenek, bukan kendala yang dihadapi kita.

Mencari arah berdasarkan gabungan hari pasaran umpamanya soma umanis artinya timur laut (kaja kangin) rumah, sama pula artinya bila redite wage. Soma pon artinya barat laut (kaja kauh) rumah, sama pula dengan buda wage. Redite pahing arahnya tenggara (kelod kangin) atau saniscara umanis. Dan lain sebagainya.

Bila hari pasaran mimpi arahnya acak, maka carilah arah kendalanya secara acak. Umpamanya mimpi jatuh pada hari Buda Umanis nuju Maulu. Jumblah uripnya 7+5+3= 15:4= 3, sisa 3, artinya manusa. Karena nuju maulu maka ada kendala dengan Sang Wengi. Untuk mecari letak rumahnya Sang Wengi yang menjadi penyebab mimpi atau sakit maka mencari arahnya dari rumah secara acak. Hari pasaran ini tidak bisa digabung karena posisinya acak. Buda arahnya barat, umanis arahnya timur, maulu arahnya barat daya. Untuk mencari arah kendala itu maka main tebak-tebakan; arahnya bisa di barat, timur, atau bisa juga barat daya.
Apabila mencari arah dengan gabungan panca wara dan sapta wara, maupun secara acak, namun tidak menemukan sumber kendalanya maka carilah dengan pengunya-ngunyaan dina (hari). Pengunya-pengunyaan dina ini dengan menggunakan wuku digabung dengan hari pasaran sapta wara. Cara mencarinya dengan menghitung arah wuku mimpinya lalu diputar mundur dengan hari mimpinya. Cara ini sebenarnya cukup sederhana namun bila diuraikan dengan kata-kata seakan membingungkan.

Wuku jumblahnya 30 yaitu Sinta (barat), Landep (barat laut), Wukir (utara), Kulantir (timur laut, Tulu (timur), Gumbreg (tenggara), Wariga (selatan), Warigadean (barat daya). Sampai disitu wuku mulai lagi arahnya di awal yaitu; Jurung Wangi (barat). Sungsang (barat laut), Dungulan (utara), Kuningan (timur laut), Langkir (timur), Medangsia (tenggara), Pujut (selatan), Pahang (barat daya). Mulai lagi wuku dari arah awal; Krulut (barat), Merakih (barat laut), Tambir (utara), Mendangkungan (timur laut), Matal (timur), Uye (tenggara), Menail (selatan), Prabangkat (barat daya), Bala (barat), Ugu (barat laut), Wayang (utara), Kelau (timur laut), Dukut (timur), Watugunung (tenggara).

Masing-masing wuku tersebut memiliki arahnya namun tidak perlu dihafal. Kita tinggal mulai menghitung wuku pertama dari arah barat memutar ke arah utara hingga jatuh pada wuku mimpinya. Misalnya mimpinya jatuh pada hari pasaran Anggara wuku Kulantir. Maka hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari arah wuku Kulantir yaitu timur laut. Cara mencari dengan memutar wuku pertama dari barat, sebagai berkut; Sinta di barat, Landep di barat laut, Wukir di utara, Kulantir di timur laut. Dari timur laut hitung mundur hari pasaran sapta waranya. Redite letakan di timur laut, soma letakan di utara, dan anggara letakan di barat laut. Jadi, dengan demikian letak kendalanya di barat laut. 

Mencari Jarak

Ketika makna mimpi dan arah kendalanya sudah berhasil diperkirakan, langkah selanjutnya menghitung jarak. Jarak yang dhitung dimulai dari batas terluar pekarangan apabila kendalanya ada di luar pekarangan. Ukuran yang digunakan yaitu jari, jengkal, hasta, langkah, penimpug (lemparan), dan pandangan (apeneleng). Umpamanya, bila penjumblahan hari pasarannya sisa 2, berarti jaraknya dari rumah bisa 2  jari, 2 jengkal, 2 langkah, 2 kali lemparan, atau terjauh 2 kali padangan. Mencari jarak memang tidak begitu penting, namun perlu juga untuk diketahui.

Agar tidak menghafal, semua arah hari pasaran, urip, dan wuku bisa dimasukan ke dalam ruas jari-jari tangan kita, yaitu jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis. Ketiga ruas jari tersebut membentuk arah mata angin. Sehingga dengan menempatkan hari pasaran, arah, dan uripnya, maka semua uraian di atas menjadi sederhana dan efisien tanpa perlu menghafal banyak.

Setelah berhasil menggali mimpi berdasarkan tenung tanya lara, barulah menggali mimpi berdasarkan kronologinya. Karena tenung tanya lara merupakan dasar sebagai pedoman ada apa di balik makna mimpi tersebut. Dengan menggabungkan antara tenung tanya lara dan kronologi mimpi maka kita bisa meraba-raba makna mimpi di atas lima puluh persen, bahkan hampir akurat. Untuk mencoba memahami metode ini bisa belajar dari artikel saya tentang mimpi pada blog pribadi Voice Of Wagiswara. 

 *Secara khusus tenung tanya lara ini hanya berlaku bagi mereka yang beragama Hindu menggunakan bahasa Bali dalam kesehariannya dan berpedoman pada kalender Bali sebagai penanggalan. Dengan mempelajari tenung tanya lara tidak hanya belajar menafsirkan mimpi, juga mempelajari sebab sakitnya seseorang 

Baca juga Tafsir Mimpi Berdasarkan Orang yang Ditemui 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun