Merasa dirinya dibully banyak orang, Nando bahkan sempat membuat status bahwa dirinya akan terkenal. Tentu hal itu semakin membuat masyarakat semakin gerah, dan akhirnya Nando memang menjadi orang terkenal, namanya dimuat berbagai media karena melecehkan perayaan Nyepi.
Pelaku-pelaku tersebut di atas merupakan bukan orang Bali dan bukan orang Hindu, tetapi pernah juga ada seorang gadis Hindu yang meremehkan perayaan Nyepi, sehingga salah satu ormas mendatangi rumah pelaku dan ia meminta maaf. Lebih dari itu, umat Hindu sendiri juga melecehkan perayaan Nyepi secara terselubung, terutam di kalangan pemuda.
Pelecehan terselubung semakin marak terjadi, seperti misalnya pada saat pengrupukan para pemuda banyak yang mabuk-mabukan hingga teler, bahkan tidak hanya pada saat pngerupukan, juga pada saat Nyepi ada saja oknum yang melecehkan hari raya Nyepi dengan berjudi, meceki, dan perilaku lainnya yang bertentangan dengan Nyepi itu sendiri. Pelecehan dengan cara demikian sejatinya lebih mengerikan daripada pelecehan oleh orang non-Hindu yang hanya sekedar dalam tataran kata, sedangkan umat Hindu sendiri melecehkannya dalam tataran tindakan.
Jika umat Hindu sendiri tidak bisa menghargai hari suci Nyepi, bagaimana orang lain bisa menghargainya? Meski sesungguhnya perayaan Nyepi terkandung nilai religius tinggi namun fakta yang terjadi dalam masyarakat jauh panggang dari api.
Makna Nyepi sudah selayaknya diterapkan tidak hanya pada saat Nyepi, melainkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana dikutip dari artikel Wirahjana Eka, via facebook; 2013, makna Nyepi diuraikan sebagai berikut;
Jaman dulu (dan sekarang namun dilakukan oleh sebagian kecil orang), Nyepi dilakukan dengan:
1. Tidak menyakiti/membunuh mahluk hidup.
2. Tidak mengambil yang tidak diberikan.
3. Tidak melakukan hubungan seksual.
4. Tidak berkata yang tidak benar (berbohong, bergosip, berkata kasar, mengadu-domba).
5. Tidak makan/minum makanan yang memabukan dan melemahkan kesadaran.
6. Makan sebelum tengah hari (1 kali saja).
7. Tidak mempercantik diri, memakai perhiasan dan wangi-wangian, tidak menonton hiburan, tarian, bermain musik dan menari.
8. Tidak tidur dan duduk di tempat mewah dan besar.
Perayaan ini adalah pengendalian indria. Perayaan kemenangan Raja Shalivahana (Gautamiputra Satakarni) ketika menaklukan Saka pada tahun 78 M tidaklah dirayakan dengan hiruk-pikuk penuh kemeriahan namun justru dengan kesunyian dengan tapa brata;
1. Amati geni (tidak menghidupkan api)
Tiada api yang dapat menyamai nafsu, tiada cengkeraman yang dapat menyamai kebencian, tiada jaring yang dapat menyamai ketidaktahuan, dan tiada arus yang sederas nafsu keinginan. [Dhammapada, Syair 251 ]
2. Amati karya (Menghentikan Perbuatan/bekerja)
Ada perbuatan gelap dengan akibat gelap: Seseorang menghasilkan bentukan: jasmani, ucapan, pikiran yang menyakitkan > menghasilkan bentukan: jasmani, ucapan, dan bentukan pikiran yang menyakitkan > muncul kembali di alam sengsara > kontak yang menyakitkan menyentuhnya > merasakan perasaan yang menyakitkan, sangat menyakitkan, seperti pada makhluk-makhluk di neraka