Mohon tunggu...
I Ketut Merta Mupu
I Ketut Merta Mupu Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Alumni UNHI. Lelaki sederhana dan blak-blakan. Youtube : Merta Mupu Ngoceh https://youtube.com/@Merta_Mupu_Ngoceh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kerap Menutup Jalan, Perayaan Nyepi Diprotes

6 Maret 2016   15:17 Diperbarui: 10 Maret 2016   11:16 60654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merasa dirinya dibully banyak orang, Nando bahkan sempat membuat status bahwa dirinya akan terkenal. Tentu hal itu semakin membuat masyarakat semakin gerah, dan akhirnya Nando memang menjadi orang terkenal, namanya dimuat berbagai media karena melecehkan perayaan Nyepi.

Pelaku-pelaku tersebut di atas merupakan bukan orang Bali dan bukan orang Hindu, tetapi pernah juga ada seorang gadis Hindu yang meremehkan perayaan Nyepi, sehingga salah satu ormas mendatangi rumah pelaku dan ia meminta maaf. Lebih dari itu, umat Hindu sendiri juga melecehkan perayaan Nyepi secara terselubung, terutam di kalangan pemuda.

Pelecehan terselubung semakin marak terjadi, seperti misalnya pada saat pengrupukan para pemuda banyak yang mabuk-mabukan hingga teler, bahkan tidak hanya pada saat pngerupukan, juga pada saat Nyepi ada saja oknum yang melecehkan hari raya Nyepi dengan berjudi, meceki, dan perilaku lainnya yang bertentangan dengan Nyepi itu sendiri. Pelecehan dengan cara demikian sejatinya lebih mengerikan daripada pelecehan oleh orang non-Hindu yang hanya sekedar dalam tataran kata, sedangkan umat Hindu sendiri melecehkannya dalam tataran tindakan.

Jika umat Hindu sendiri tidak bisa menghargai hari suci Nyepi, bagaimana orang lain bisa menghargainya? Meski sesungguhnya perayaan Nyepi terkandung nilai religius tinggi namun fakta yang terjadi dalam masyarakat jauh panggang dari api.

Makna Nyepi sudah selayaknya diterapkan tidak hanya pada saat Nyepi, melainkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana dikutip dari artikel Wirahjana Eka, via facebook; 2013, makna Nyepi diuraikan sebagai berikut;

Jaman dulu (dan sekarang namun dilakukan oleh sebagian kecil orang), Nyepi dilakukan dengan:
1. Tidak menyakiti/membunuh mahluk hidup.
2. Tidak mengambil yang tidak diberikan.
3. Tidak melakukan hubungan seksual.
4. Tidak berkata yang tidak benar (berbohong, bergosip, berkata kasar, mengadu-domba).
5. Tidak makan/minum makanan yang memabukan dan melemahkan kesadaran.
6. Makan sebelum tengah hari (1 kali saja).
7. Tidak mempercantik diri, memakai perhiasan dan wangi-wangian, tidak menonton hiburan, tarian, bermain musik dan menari.
8. Tidak tidur dan duduk di tempat mewah dan besar.

Perayaan ini adalah pengendalian indria. Perayaan kemenangan Raja Shalivahana (Gautamiputra Satakarni) ketika menaklukan Saka pada tahun 78 M tidaklah dirayakan dengan hiruk-pikuk penuh kemeriahan namun justru dengan kesunyian dengan tapa brata;

1. Amati geni (tidak menghidupkan api)

Tiada api yang dapat menyamai nafsu, tiada cengkeraman yang dapat menyamai kebencian, tiada jaring yang dapat menyamai ketidaktahuan, dan tiada arus yang sederas nafsu keinginan. [Dhammapada, Syair 251 ]

2. Amati karya (Menghentikan Perbuatan/bekerja)

Ada perbuatan gelap dengan akibat gelap: Seseorang menghasilkan bentukan: jasmani, ucapan, pikiran yang menyakitkan > menghasilkan bentukan: jasmani, ucapan, dan bentukan pikiran yang menyakitkan > muncul kembali di alam sengsara > kontak yang menyakitkan menyentuhnya > merasakan perasaan yang menyakitkan, sangat menyakitkan, seperti pada makhluk-makhluk di neraka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun