Mohon tunggu...
I Ketut Merta Mupu
I Ketut Merta Mupu Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Alumni UNHI. Lelaki sederhana dan blak-blakan. Youtube : Merta Mupu Ngoceh https://youtube.com/@Merta_Mupu_Ngoceh

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Mendoakan Orang Lain Lebih Mudah Terkabul

27 Januari 2016   19:39 Diperbarui: 28 Januari 2016   18:04 1259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sumber foto www.spiritualresearchfoundation.org"][/caption]

Berdoa merupakan salah satu aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari yang sering dilakukan hubungannya dengan Yang Kuasa dengan menggunakan bahasa hati untuk berbagai motif dan tujuan. Doa bisa bersifat kebaikan (satwika), dalam sifat nafsu (rajasika), maupun bersifat kegelapan (tamasika). Namun yang mendominasi dalam kehidupan masyarakat adalah doa dalam sifat nafsu atau doa yang bersifat rajasika, dimana doa dipergunakan untuk pemenuhan berbagai keinginan.

Pernahkah berdoa tetapi doa kita seakan tak pernah didengar oleh-Nya? Mungkin ada yang salah dengan kita sehingga harapan-harapan yang kita panjatkan kepada Yang Kuasa tak juga tercapai. Jika dicermati, doa seseorang yang mudah terkabul itu doa orang yang hatinya mulia, bertingkah laku baik, seperti berbhakti kepada orang tua, taat pada perintah dan larangan agama. Barangkali hal itu terjadi akibat kekuatan Tuhan dari dalam diri seseorang yang berhati mulia mudah terpancar, sehingga kata-kata yang muncul dari lubuk hatinya menjadi sebuah kekuatan  dahsyat.

Dalam tataran ideal, penyatuan antara hati - pikiran - dan tindakan mulia, merupakan doa yang mujarab tanpa harus memohon kepada Yang Kuasa. Dengan kata lain, apabila kita memiliki niat mulia, berpikir, berkata dan berbuat baik dan benar maka apa yang kita inginkan akan tercapai. Bahasa kerennya; think good, say good, do good, you will be verry good.

Untuk melakukan yang  ideal seperti itu, bagi kita kebanyakan tentu bukan hal mudah, masih melalui doa dengan kata-kata yang kita panjatkan pada Yang Kuasa saat sembahyang. Akan hal ini pun masih ada rahasia-rahasia yang perlu kita renungkan. Berdasarkan hasil pengamatan pribadi, ternyata doa yang mudah terkabul itu doa untuk orang lain bukan untuk diri sendiri. Umpamanya, orang tua mendoakan anaknya, anak mendoakan orang tuanya, suami mendoakan istri, istri mendoakan suami, saudara mendoakan saudaranya yang lain, dan juga keluarga besar lainnya seperti tante, paman, kakek, nenek, sepupu, dan lain sebagainya.

Untuk memudahkan memahami kenapa doa untuk orang lain lebih mudah terkabul  kita bisa bandingkan dengan pengobatan tradisonal yang menggunakan mantra, jampi-jampi atau sejenisnya. Dimana seseorang yang mampu mengobati orang lain, akan tetapi orang bersangkutan sangat sulit bisa menyembuhkan dirinya sendiri apabila menderita suatu penyakit, dia akan mudah sembuh bilamana diobati oleh orang lain. Barangkali hal itu terjadi akibat kita mengeluarkan energi gaib tetapi memasukannya kembali, sehingga yang terjadi malah netral atau tidak memiliki kekuatan. Demikian pula sebuah doa akan sulit terkabul apabila untuk diri sendiri. Akan tetapi tak bisa dipungkiri doa untuk diri sendiri bisa terkabulkan apabila doa kita sedemikian tulus dan dalam hingga relung hati.

Pernah suatu ketika di pura kahyangan jagat, berdoa agar diijinkan bisa sembahyang bersama dengan seseorang yang aku sayang, akan tetapi gadis itu tak mencintaiku; hal yang mustahil terjadi. Rasanya air mataku ingin berlabuh saking dalamnya doa itu, hanya saja malu jika menitikan air mata di antara keramaian orang yang sedang sembahyang. Tumben mengalami keadaan seperti itu; memasukan seorang gadis ke dalam doa, memperkenalkan dia kepada Tuhan.

Setelah usai sembahyang di pura yang satunya, lalu berpindah ke pura sebelahnya untuk sembahyang juga. Aku menunggu antrian orang sembahyang karena ramai, tak lama kemudian ada orang yang menyapaku, orang itu ayah dari gadis yang aku sayangi, ternyata anaknya juga diajaknya. Lalu ayahnya memintaku untuk sembahyang bersama. Sebuah anugerah yang luar biasa bagiku bisa sembahyang bersama dia, terlebih lagi ada ayahnya.

Doa pun berlanjut, dimana aku memohon kepada leluhur, dewa-dewi dan Tuhan agar suatu saat aku dan mereka menjadi keluarga, jika aku dan dia berjodoh berharap aku takan mencari orang lain lagi. Entah kenapa semenjak itu, aku tak bisa menjauh dari gadis itu, tak bisa mencintai gadis lain dari hati, hingga itu terjadi sampai saat ini, padahal gadis itu tak mencintaiku. Namun sekarang rasa sayangku berkurang karena aku mengguna-guna diri sendiri agar tidak terlalu sayang dengannya. Agar bisa melepaskan diri dari derita karena cinta.

Pada dasarnya, sebuah doa jauh lebih mudah terkabul bilamana muncul dari dalam lubuk hati, dengan kata lain doa yang tulus bukan sekedar pengharapan, itu adalah kata-kata yang memiliki kekuatan dewa, doa yang mujarab. Alam akan bergerak untuk mewujudkan doa yang tulus dari dalam lubuk hati. Celakanya, doa yang kita panjatkan bertujuan tidak baik untuk orang lain, doa seperti itu jauh lebih mudah terkabul, lebih top cer. Hal itu terjadi akibat kita benar-benar dari hati mendoakannya, tepatnya mengutuk atau menyumpahinya.

Pernah suatu ketika, aku memberikan kado valentine untuk orang yang aku sayang (gadis yang aku doakan di atas), kado itu aku kirim Via Pos meski rumah berdekatan. Kado yang aku berikan murni karena sayang, tidak ada motif lain dibaliknya. Uang yang dipakai membeli kado murni uang tabungan sendiri, bukan hasil minta kepada orang tua. Bila kita tulus sayang sama seseorang pasti ingin memberikan hasil jerih payah kita sendiri.

Entah apa yang terjadi, ibunya tahu kalau aku memberikan anaknya kado. Ibunya memintaku untuk mengambil kado yang aku berikan kepada anaknya. Aku tidak marah, tetapi saat itu betapa kecewanya hati ini, ketulusan hatiku tidak mereka pahami. Pada saat itulah air mata meleleh dan dari dalam lubuk hati muncul sebuah doa agar orang yang mencampakan kado yang aku berikan dengan tulus supaya mendapat penderitaan melebihi dari apa yang aku alami; meneteskan air mata.

Tak disangka, hanya dalam kurun waktu tiga hari setelah kado aku dikembalikan, ayah gadis itu ditahan polisi gara-gara mengadakan judi sambung ayam dalam rangka upacara telu bulanan anaknya. Aku terkejut mendengar kabar itu. Apa mungkin itu akibat sumpah serapahku?

Setelah suaminya ditahan polisi, ibu gadis itu menangis berhari-hari di rumahnya, meski hatiku dilukai sedemikian rupa, entah kenapa aku menitikan air mata melihat penderitaan gadis itu dan ibunya. Aku merasa menyesal mendoakan mereka yang bukan-bukan, aku ingin orang yang aku sayang bisa ceria kembali, sambil menitikan air mata menghadap ke Matahari lalu mendoakan agar ayahnya tidak sampai dipenjara hanya gara-gara judi sambung ayam. Dan beberapa hari kemudian ayahnya ditangguhkan sementara waktu dan bisa bernafas lega bisa pulang ke rumahnya. Meski pada akhirnya harus membayar denda sebagai ganti hukum kurungan.

Waktu ayahnya ditangguhkan, aku sempat ke rumahnya bersama bapakku, saat itu aku bisa melihat apa yang aku inginkan, dimana keluarganya begitu ceria, begitupun gadis yang aku sayang dia terlihat bahagia. Walaupun aku pernah disakiti, sedikitpun tak menyimpan dendam.

Belakangan lagi-lagi kadoku dikembalikan ibunya, tetapi bersyukur aku bisa tetap tersenyum, tidak mau kejadian buruk menimpa keluarganya, malahan aku berusaha mendoakan mereka agar bisa bahagia. Demikian besarnya rasa sayangku meski tak pernah bisa memilikinya, namun ada hal yang aku kawatirkan, dimana dalam hatiku tanpa sadar menginginkan agar gadis itu akan menderita karena cinta seperti yang aku alami dan dia akan sulit menemukan orang yang benar-benar tulus menyayanginya. Jahat juga hatiku.

Mungkin kejadian di atas kita anggap sebuah kebetulan semata. Saya ambil contoh lain saja. Suatu ketika, om aku bercerita sempat mengajak seorang cewek, padahal sudah memiliki istri dan dua anak. Entah kenapa, mendengar hal itu aku kecewa. Aku menasehati agar tidak lagi mencari cewek karena sudah punya istri dan anak. Responnya membuatku terkejut, omku marah-marah padaku. Tidak terima dinasehati anak kecil. Merasa dimarahi, aku diam, tetapi dalam hati muncul sebuah doa agar omku mendapat masalah bila mengencani cewek lagi.

Besoknya aku dengar omku ditangkap polisi, tidak tahu persis sebabnya tetapi dengar-dengar ada kaitannya dengan masalah cewek. Sampai omku sempat masuk penjara. Setelah mendengar kabar itu, rasa kesal masih ada, sekaligus merasa sedih. Hingga akhirnya keluar penjara dan omku berubah sikapnya, dari yang awalnya nakal sekali, jarang di rumahnya, selalu mencari cewek sana-sini, kemudian menjadi jauh lebih sayang kepada keluarganya. Aku senang melihat keadaan seperti itu, tetapi keadaan ekonominya masih morat-marit hingga beberapa tahun.

Suatu ketika, setelah mengabenkan nenekku dari ibu, waktu itu nedunang petaha (memanggil roh orang yang telah meninggal). Waktu roh nenekku yang turun merasuki seseorang, nenekku mengatakan bahwa beliau akan membantu anaknya dari alam sana. Mendengar hal itu, hatiku merasa terharu, hampir menitikan air mata. Dalam hati aku berdoa, aku ingin benar adanya apa yang dikatakan nenekku yang telah meninggal. Aku ingin melihat omku dan keluarganya bisa dimudahkan rejekinya. Dan astungkara saat ini keadaan ekonominya bisa dikatakan sudah bagus.

Saya sering mencermati hal seperti itu, kok nyambung antara harapan dan kenyataan ketika kita menginginkannya benar-benar dari dalam lubuk hati, dengan kata lain tulus mendoakan seseorang. Hingga mengambil kesimpulan bahwa doa yang tulus dari dalam lubuk hati untuk orang lain akan mudah terkabul.

Iseng-iseng aku ingin menguji, apakah itu hanya sebuah kebetulan atau sebuah kebenaran. Sekitar beberapa bulan lalu, aku merasa sedih melihat kakakku selalu gagal panen, aku ingin melihatnya bisa berhasil dalam bercocok tanam. Begitu pula mendoakan orang tuaku agar dimudahkan rejekinya dan dalam keadaan sehat. Masih dalam keadaan tidak percaya, apakah itu sebuah kebetulan, tetapi aku bisa melihat kakakku dan orang tuaku bisa mencapai sesuai yang diharapkan, tentunya atas kehendak dewa.

Pertanyaannya kemudian, apa mungkin kita bisa rencanakan sesuai kehendak kita mendoakan orang lain sedemikian rupa agar berhasil sesuai yang diharapkan? Ternyata tidak, hanya keadaan yang bisa membuat seperti itu, artinya apabila keadaan seseorang cukup memprihatinkan hingga membuat kita sedih melihatnya, saat itulah kita bisa membangunkan kekuatan Tuhan melalui doa agar orang yang kita sayangi bisa kita lihat bahagia.

Keadaannya bisa terbalik, ketika melihat orang yang bisa meraih apa yang diinginkan lalu orang itu menjadi sombong dan takabur, bisa-bisa kita sumpahi melalui doa tanpa sadar hingga itu benar-benar terjadi. Terlebih lagi apabila kita dipandang sebelah mata hanya karena mereka merasa sudah sukses. Tak jarang orang suskses terjun bebas karena kesombongannya, barangkali banyak orang mendoakan agar bangkrut.

Kalau kita perhatikan, orang-orang sukses yang bisa bertahan dalam kesuksesannya bahkan bisa melambung tinggi ternyata karena kemurahan hatinya. Seperti rajin menolong orang yang kesusahan atau kurang mampu; bersedekah, tetap ramah pada orang lain dan sebagainya. Jika orang kaya pelit, kekayaannya hanya itu-itu saja, dan celakanya orang kaya yang pelit biasanya sakit berat seperti stroke, jantungan, dan sejenisnya. Bahkan tidak merasa bahagia meski banyak harta. Bisa kalah kebahagiaannya dengan orang miskin.

Kalau kita renungkan, keadaan-keadaan yang bisa membuat seseorang mendoakan kita kepada hal-hal baik dapat kita desain, terutama dalam lingkup keluarga, karena dalam lingkup ini ikatan batin begitu kuat sehingga kita mudah mendoakannya. Misalnya, agar seorang anak bisa didoakan oleh orang tuanya, maka sang anak harus hormat kepada orang tuanya, kepada kakek-neneknya. Demikian sebaliknya, seorang ibu atau ayah, memberikan kasih sayang yang tulus kepada anaknya, maka sang anak pasti akan mendoakan orang tuanya.

Yang marak terjadi saat ini, justru orang tua senang sekali mengutuk anaknya. Apa yang diperbuat oleh anaknya yang membuat ayah atau ibunya sakit hati, maka ibu atau ayahnya mengutuknya agar nanti suatu saat anaknya mendapat perlakuan yang sama oleh keturunannya. Kata-kata orang tua seperti itu walau kedengarannya sepele tetapi mudah terjadi, mudah terkabul, meskipun bukti kutukannya terjadi dalam waktu sekian lama. Dimana anaknya kelak sering diperlakukan dengan tidak hormat oleh keturunannya. Apakah orang tua tidak sedih nanti apabila melihat anak sendiri hidup menderita?

Keadaan seperti itu tak ubahnya seperti kisah Drupadi yang didoakan pada hal-hal yang tidak baik oleh ayahnya, Raja Drupada. Dimana Drupadi mengalami hal-hal yang sangat menyedihkan akibat kata-kata ayahnya saat marah dan menolak kehadiran Drupadi saat kecil.

Memahami hal yang demikian sudah seharusnya orang tua tetap sabar ketika seorang anak terlihat nakal, tidak hormat kepada orang tua. Demikian sebaliknya, seorang anak selalu berusaha untuk menghormati orang tuanya agar terhindar dari kutukan yang bukan-bukan. Begitu juga apabila kita diremehkan, dicaci maki atau dimarahi oleh orang lain sebaiknya berusaha tetap sabar agar kita tidak terseret pada hal-hal yang tidak diinginkan dengan menyumpahi orang lain.

 

Sebelumnya Ilmu Sihir Turunan Atharva Veda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun