Mohon tunggu...
I Ketut Merta Mupu
I Ketut Merta Mupu Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Alumni UNHI. Lelaki sederhana dan blak-blakan. Youtube : Merta Mupu Ngoceh https://youtube.com/@Merta_Mupu_Ngoceh

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Memadu Asmara, Hindari Wanita Mendahului Pria

24 September 2015   20:11 Diperbarui: 25 September 2015   18:18 1085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Pada era globalisasi seperti saat ini kaum hawa menuntut kesetaraan gender. Masa emansipasi wanita, demikianlah gaung yang disuarakan dalam masyarakat, dimana mereka menginginkan hak yang sama dari lelaki, termasuk hak yang sama dalam hal cinta; memadu asmara.

Hak-hak kesetaraan yang mereka tuntut kencederungan kebablasan tanpa melihat dari sudut pandang yang benar. Kewajiban dan hak yang diberikan terhadap wanita sering dianggap sebagai upaya membatasi kemampuan wanita, bahkan tak sedikit wanita yang beranggapan bahwa hak dan kewajiban wanita yang didapat sebagai bentuk merendahkan kedudukan seorang perempuan.

Bila kita cermati ajaran kitab suci, wanita dan lelaki memiliki hak dan kewajiban yang berbeda. Hak dan kewajiban yang diberikan bukan untuk merendahkan kaum wanita, melainkan bertujuan memuliakan wanita agar mampu melahirkan generasi yang membawa kebaikan, keberuntungan. Ketika batas-batasan kitab suci dianggap remeh dan ditentang; dianggap merendahkan wanita, akibatnya tidak membuat generasi berikutnya lebih berkualitas. Nyatanya justru melahirkan generasi yang cenderung membawa aib, generasi rusak.

Kita ambil contoh; agama memberikan kewajiban terhadap seorang istri untuk mengasuh atau mendidik anak di rumah. Banyak kaum wanita menganggap bahwa pekerjaan seperti itu bukan pekerjaan istri, melainkan pekerjaan pembantu. Apa yang terjadi kemudian? fakta yang terjadi di masyarakat, ketika anak sudah menginjak remaja memiliki mental yang rapuh, mudah terpengaruh pergaulan bebas.

Demikian pula dalam hal memadu asmara, ada yang beranggapan bahwa perempuan dan lelaki memiliki hak yang sama dalam mengungkapkan cinta; cewek nembak cowok dianggap wajar, seorang istri ngajakin suaminya berhubungan seks dianggap benar. Menurut ajaran agama, perbuatan-perbuatan seperti itu hendaknya tidak dilakukan wanita. Jika hal seperti itu dilakukan maka akan menyebabkan wanita kehilangan martabatnya. Akan hal tersebut terdapat penjelasan dalam buku Kama Sutra sebagai berikut;

Para penyusun buku pada jaman dahulu mengatakan bahwa walaupun gadis sangat mencintai pria sedemikian rupa, ia jangan sekali-sekali menyodorkan dirinya sendiri, atau membuat penawaran lebih dahulu, karena seorang gadis yang melakukan hal ini akan kehilangan wibawanya dan cenderung akan dihina dan dilecehkan. Tetapi, bila pria menunjukan keinginannya untuk menyukainya, dia (gadis) harus mendukungnya dan harus menunjukkan tiada perubahan dalam tingkah laku bila ia memeluknya dan harus menerima semua perwujudan cintanya seakan-akan ia tidak mengetahui keadaan pikirannya. Tetapi, bila ia mencoba untuk menciumnya, ia harus melawannya; dan bila ia meminta untuk diperkenankan melakukan hubungan badan dengannya, dia (gadis) dapat membiarkannya untuk menyentuh bagian-bagian pribadinya saja dan dengan sesulit mungkin; dan walaupun didesak olehnya, dia jangan membiarkan dirinya pasrah kepadanya seakan-akan itu kehendaknya sendiri, tetapi harus menahan usaha yang dilakukannya. (Kama Sutra, hal 160).

Dari uaraian tersebut jelaslah bahwa seorang gadis dilarang untuk mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu untuk pria pujaan hatinya. Apa yang diajarkan para bijak sejak jaman dahulu sudah melewati jaman dan sudah teruji, dan memang demikian yang terjadi. Ketika seorang cewek (gadis) nembak cowok (pria) kecendrungan cowok yang ditembak akan menjadi ‘illfeel’, kehilangan rasa, bahkan gadis bersangkutan dianggap remeh. Apabila lelaki menerima cintanya, maka wanita itu diperalat, diporoti, bahkan hanya dijadikan pemuas nafsu seks semata.

Seorang wanita yang mencintai seorang lelaki hanya dibenarkan untuk mengungkapkan perasaannya melalui sikap yang mampu menarik simpati lelaki idamannya itu tanpa harus mengungkapkannya dengan kata-kata. Ada berbagai tindakan yang dapat dilakukan, seperti pandai merias diri, pandai bermain musik, bernyanyi, melakukan permainanan teka-teki maupun permainan lainnya.

Alasan lain mengapa dilarang seorang wanita mendahului lelaki dalam mengungkapkan rasa cintanya adalah karena wanita ditakdirkan memiliki rasa malu empat kali lebih besar daripada lelaki. Ketika wanita kehilangan rasa malunya, inilah salah satu faktor merosotnya moralitas seorang wanita. Dari merosotnya moral wanita, lahirlah generasi rusak.

Dalam buku Kama Sutra, salah satu daftar wanita yang tidak disukai, atau wanita yang perlu dihindari yaitu wanita yang secara umum mengungkapkan keinginan untuk berhubungan badan. Demikian juga seorang istri tidak dibenarkan lebih dahulu untuk mengajak suaminya untuk bersanggama. Menurut kitab suci Siva Purana, pada saat melakukan hubungan seksual maka dia (istri) tidak boleh memperlihatkan kedewasaannya dan inisiatifnya.

 

NB: Pacaran boleh dilakukan ketika sudah dewasa dan sudah selesai masa pendidikan. Jika pacaran ketika masa menuntut ilmu dinyatakan menodai ilmu pengetahuan.

 

Sumber foto Ciri-Cara.

Baca sebelumnya Mencegah Maag dengan Menerapkan Ajaran Kitab Suci

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun