Ia yang telah mencapai kesadaran seperti itu, sesungguhnya memperoleh berkat Allah. Ia menikmati keheningan dalam dirinya dan tidak tertarik lagi pada keramaian di luar. Hawa nafsu yang tadinya mengendalikan dia, sekarang terkendalikan olehnya. Ia kembali kepada sifat dasarnya, yang sederhana dan halus.
Pujangga Sastra lainnya seperti Ngabehi Rangga Warsita juga biasa menggunakan kata Hyang Widhi untuk menyebut Tuhan, Allah. Pujangga-pujangga seperti beliau-beliau menyadari atau telah mencapai kesadaran tentang pengetahuan suci, tentang hakekat tertinggi bahwa Tuhan itu memiliki banyak nama, namun Tuhan hanyalah esa tiada duanya. Seperti dinyatakan dalam semboyan negara kita; Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa: Berbeda-beda tetapi tetap satu, tidak ada kebenaran (Tuhan) yang kedua. Hal serupa juga disebutkan dalam Veda; Ekam santam bahuda kalpayanti; Yang Esa (Tuhan) disebut banyak nama oleh para bijak.
Â
Nb: Tulisan ini untuk menyanggah sebuah diskusi diantara orang buta yang mengklaim bahwa nama suci Sang Hang Widhi hanya boleh digunakan oleh umat Hindu.
Â
Tulisan sebelumnya Meruduk Bila Melihat Wanita Seksi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H