“Edy, Edy, kamu ada-ada saja. Kayaknya kamu perlu belajar agama lain, biar tak seperti katak dalam tempurung, merasa keyakinanmu paling cihuy, paling sempurna. Dalam agama Kristen juga kenal tuh yang namanya puasa, cuma caranya berbeda” Stefanus ikut menimpali.
“Setuju dengan Anus, eh Stefanus”
Rama tertawa lepas, aku pun ikut tersenyum geli, lalu Rama melanjutkan, “Dalam ajaran Hindu juga dikenal puasa, lebih keren daripada puasa ala muslim yang hanya pindah jam makan”
Huahaha.. Kami kompak terbahak-bahak mentertawakan Edy yang wajahnya mulai memerah. Dari tadi aku gemas mendengar obrolan mereka. “Jangan dimasukin perut kata-kata mereka, nanti Edy malah batal puasa. Eh, maksudnya jangan masukin hati. Kalau puasa marah-marah, itu namanya menipu diri sendiri; hanya mengendalikan perut tetapi tidak mengendalikan pikiran, seperti marah, iri hati, dengki, benci. Bagaimana menurut Tut Mupu?” pertanyaan Rama membuatku berpikir sejenak.
Aku mencoba menjelaskan sesuai pemahamanku. Aku setuju dengan apa yang Rama sampaikan bahwa pengendalian indrya-indrya atau panca indra itu lebih penting daripada hanya sekedar mengendalikan nafsu makan dan minum. Tetapi untuk bisa mengendalikan indria-indria itu diawali dengan mengendalikan nafsu makan dan minum. Dengan kata lain, puasa makan dan minum baru tahap awal daripada puasa yang sebenarnya. Puasa itu berasal dari bahasa Sansekerta Upavasa; upa artinya dekat, Vasa artinya Tuhan. Sederhananya, puasa artinya mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara mengendalikan pikiran, mengendalikan panca indra. Biasanya yang paling sulit dikendalikan terutama urusan selangkangan; mengendalikan nafsu seks.
Aku menambahkan pula, sebenarnya puasa makan dan minum sampai menyiksa diri itu sebenarnya tidak dianjurkan Veda, puasa seperti itu hanya diwajibkan bagi orang-orang yang banyak dosa atau bagi orang-orang yang menginginkan sesuatu; mengharap keturunan, kewibawaan, kesaktian. Puasa sebagai penebusan dosa banyak jenisnya, dari puasa ringan hingga yang berat, tergantung dosanya. Dengan cara itu, dosa bisa dikurangi, asalkan setelah menjalankan laku pertobatan tidak lagi mengulangi perbuatan yang dilarang agama.
Dalam ajaran Veda, yang terpenting dianjurkan adalah makan makanan yang Satwika, makanan yang bersifat kebaikan; seperti menghindari makan daging hewan berkaki, binatang buas. Lebih menonjolkan makanan-makan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti sayur-sayuran, buah-buahan. Dengan cara itu, pikiran kita lebih mudah dikendalikan; tidak cepat marah, mudah memaafkan.
Setelah menjelaskan seperti itu, mereka jadi manggut-manggut, pada setuju. Debat kusir pun berakhir. Lalu, kami curhat tentang cewek. Sedang asik membahas ngobrol, ada suara cewek marah-marah. Ternyata Lisa.
“Sialan, uangku jadi habis nih” Lisa mendengus kesal, membanting jaketnya.
“Baru datang marah-marah, emang ada apa Lis?” tanya Stefanus.
“Tadi disuruh belanja ke pasar sama ibu bos, tapi uangnya kurang, jadinya uang aku yang dipakai. Gara-gara harga barangnya naik semua”