ॐPenantian Fajar pada Mentariॐ
उऍत लऱभ ऑफ खणअछ
¶ Jujurlah sayang, aku tak mengapa, biar semua jelas lah berbeda.. ¶
Seorang lelaki melangkah gonta bernyanyi sendu, memasuki kamar lalu tidur-tiduran, senyum sendiri memainkan HP, meski kelelahan baru pulang dari bekerja membantu orang tua. Siang hari Fajar tampak bersemangat, wajahnya berseri, ada misi penting terencana. Apalagi kalau bukan soal asmara? tak salah kiranya bila aku menyatakan cinta membuat sesuatu menjadi berarti, membahagiakan, mengobati, meski kadang cinta membuat orang sehat menjadi sakit.
“Wulan,, ini mbok Ocha, Oy tahu nomornya Mentari gak? tolong kasih tahu, penting,,”
“Tumben, ini kayaknya mbok.. 08786****”
“Kok gak aktif?”
“Dia sering gonta-ganti nomor.., memang ada apa sih?”
”Kakak lagi di Bangli, ada masalah, tolong bantuin nyari nomornya, mau nanya sesuatu” Rembulan kebingungan, dia tidak tahu nomor saudaranya, males nyimpan nomor orang yang suka gonta-ganti nomor HP. Sudah gitu telah lama tak ngomong lantaran tak akur bersaudara, mungkin sudah ditakdirkan lahir dalam lingkungan yang sama namun bagaikan anjing dan kucing, suka berantem. Meooong…meooong.. guk.. guk…!
Fajar sedih melihat mereka seperti itu, ingin membuat mereka akur namun Fajar sadar, dia bukan siapa-siapa. Mungkin mereka belum sadar, betapa berartinya keluarga, belum pernah merasakan kehilangan saudara. Tak seperti Fajar yang sejak kecil belum pernah merasakan kasih sayang seorang ibu kandung. Dia pula pernah hampir ditinggal mati sama kakaknya yang cewek. Begitu pula kakaknya yang cowok, menghembuskan nafas terakhir dipangkuan Fajar, namun berkat ketulusan doanya, kakaknya hidup kembali. Alhasil, mulai saat itu Fajar sadar bahwa betapa hancur hatinya ketika kehilangan saudara. Dia berjanji semasih hidup akan selalu membahagiakan saudaranya, tak mau dikemudian hari menyesal setelah saudara menjadi tanah, meski kadang korban perasaan. Menurut fajar, seburuk-buruknya saudara tetaplah saudara, sebaik-baiknya teman dia bukan keluarga. Fajar tak akan pernah malu mengakui saudaranya, meski jelek sekalipun.
Ada usaha ada jalan, Rembulan melihat HP Mentari tertinggal di rumah, Rembulan kirim sms ke nomornya, lalu dikirim ke nomor Ocha. Fajar tertawa simpul, senyum-senyum sendiri berhasil mengerjai Rembulan, meski rela sampai membeli nomor baru, mengaku sebagai Ocha. Selama ini, setiap Fajar minta nomor Mentari, Rembulan tak pernah mau memberinya.
Tak terlukiskan kebahagian Fajar setelah mendapat nomor Mentari, meski dengan cara curang. Tak apalah, untuk mencapai tujuan kadang harus melalui jalan yang salah, yang terpenting tujuannya bukan untuk berbuat jahat.
Saat Fajar mau sms, dia takut, takut bila Mentari marah. Bagi Fajar, Mentari adalah gadis yang dikagumi sejak dulu, ketika Mentari baru SMP. Sudah ada Chamistry diantara mereka, hanya Fajar yang merasakan. Saat ketemu Mentari di jalan, pulang sekolah sesekali digodain, sebenarnya Fajar ingin dekat tapi takut, namanya pun tak berani ditanyakan. Setamat SMK Fajar melanjutkan studinya di perguruan tinggi di Denpasar, kadang dia ingat Mentari. Seiring perjalanan waktu tak tahu bagaimana wajah Mentari, tak pernah ketemu, kalaupun ketemu, saling menganggap tak kenal, padahal Fajar merindukan Mentari. Kasihan Fajar…
Jaman sudah modern, Fajar sudah biasa gentayangan di dumai, dunia maya. Akun Fajar ada banyak, punya Friendster, facebook, blog, twitter, bahkan pernah memiliki situs pribadi, tempat menulis. Hanya saja, sebagai mahasiswa pas-pasan, Fajar tak mampu membiayai situs pribadinya, jadinya ditutup. Meski situs berbayar ditutup, Fajar tak berhenti menulis, dia kirim tulisan ke majalah Hindu terbesar di Indonesia, alhasil, tulisannya beberapa kali dimuat pada majalah itu.
Facebook kadang mempertemukan teman yang hilang. Pada suatu hari, sibuk berselancar di negeri maya, Fajar melihat nama Mentari, tancap gas, baca profilnya, tapi gak di-add, munafik bro. Setelah berkali-kali klik profil Mentari, akhirnya di-add juga. Acapkali Fajar mengintai status Mentari, meski dia jarang buat status.
Fajar memiliki prinsip yang jarang diketahui orang, cewek yang dikagumi, bahkan dicintai, sering diejek. Padahal Fajar tahu cewek itu paling doyan dipuji, akan tetapi tidak suka dikritik, apalagi diejek. Namanya prinsip lelaki gendeng, Fajar paling doyan mengejek cewek yang dikagumi di dunia maya, sampai musuhnya berseliweran. Banyak musuh cewek yang dikagumi, bagi Fajar tak masalah, karena cara itu dianggap paling ampuh menghapus rasa kagum, rasa suka, bahkan rasa sayang. Tapi tahu gak, dalam kehidupan sebenarnya, Fajar sama sekali tak mau mengejek cewek ataupun menilai kekurangan orang, terlebih lagi bila memang benar orang bersangkutan memiliki kekurangan. Adalah sebuah pantangan menilai kekurangan orang, tetapi di dunia maya, Fajar suka menelanjangi kekurangan cewek. Dikira serius, padahal Fajar hanya bercanda, oleh karena itulah fajar tak pernah marah bila dimaki-maki. Malah tertawa cekikikan berhasil membuat cewek-cewek Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT), eits,,, emosi tingkat tinggi. Ada kemiripan dengan kisah Bapak Habibie dan Ainun berikut:
“Waktu itu, saya kelas tiga SMA dan Ainun masih kelas dua SMA. Ainun duduk-duduk bersama ‘gengnya’ yang cantik-cantik. Entah bagaimana, saya tiba-tiba mendatangi ‘gengnya’ itu, lalu berkata kepada Ainun, “Hey, kamu itu kenapa jelek ya? hitam lagi.” Lalu saya pergi. Pasti Ainun saat itu jengkel sekali. Kenapa? Mungkin ia berpikir saya kurang ajar. Padahal mungkin secara tidak sadar, saya tertarik kepada Ainun, tetapi saya mengekspresikannya dengan cara lain karena saya tidak terlalu berani mengatakan kalau saya suka dia.” … “Ainun Habibie: Kenangan Tak Terlupakan Di Mata Orang-Orang Terdekat”.
“Maumu sebenarnya apa sih? pertanyaan penting juga gak dibalas”
Fajar kesel atas sikap Mentari, smsnya sering diabaikan. Anehnya kalau Mentari diajak membahasastrologi, dia ngebet banget. Tapi aku juga suka, Apalgi Fajar, suka banget yang begituan. Bahkan dengan Astrologi, semua sifat Mentari diketahui. Tentu saja membuat Mentari mati penasaran, meski sifat itu dia yang bawa, aneh memang. Sebenarnya Fajar tak tahu apa-apa, akan tetapi karena begitu sukanya sama Mentari, dia rela mempelajari semua tentang Mentari. Sampai mau pecah kepalanya. Namun sayang,, dicuekin!. Sedih juga.. Memang susah menghadapi orang keras kepala seperti Mentari, butuh kesabaran extra joss, kayak minuman aja.
Saat berada di Kapal, perjalanan menuju Lombok, Fajar pernah mencoba test perasaan Mentari sekaligus tes perasaan Rembulan. Eheemm,, hasilnya Fajar malah kecewa. Secercah harapan ada pada Rembulan, sayang seribu sayang, Rembulan pacar lelaki lain. Tak tega Fajar mengganggu pacar orang, apalagi merebutnya, gak dehhh.. kayak kagak laku bila sampai mencuri milik orang. Rembulan dijadikan sandaran, tempat Fajar mencurahkan hati. Teman curhat terbaiknya saat ini.
Sepulang dari Lombok, Fajar membawa oleh-oleh, namun tak sempet dikirim untuk Mentari, sibuk dengan berbagai aktivitas. Saat waktu luang, oleh-oleh dikirim ke kantor post, dan hari ini, semoga oleh-oleh itu ada di tanganmu, Mentari. Jangan lihat dari nilainya, lihatlah ketulusannya. Mohon maaf apabila tak berkenan…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H