[caption id="attachment_212987" align="aligncenter" width="556" caption="Contoh Daftar Keinginan Seseorang (sumber/widhionline86.blogspot.com)"][/caption]
Ada berbagai teori maupun pandangan dalam menyatakan untuk apa sebenarnya manusia itu ada di dunia ini, dengan kata lain untuk apa kita hidup di dunia ini.
Ada yang menyatakan bahwa hidup ini untuk melayani Tuhan, hidup ini untuk mencari kedamaian. Ada pula menyatakan bahwa hidup ini untuk mati dan masih banyak lagi jawaban-jawaban lainnya. Semua benar menurut mereka, tergantung dari sudut pandang mana menilainya.
Dalam pandangan Hindu dinyatakan bahwa tujuan hidup mahkluk hidup adalah untuk melepaskan diri dari keterikatan karma dengan mengabdikan diri demi dan atas nama Tuhan agar terbebas dari kelahiran dan kematian “moksa” serta untuk mencapai kebahagian duniawi “jagadhita”. Pandangan ini dalam tataran ideal.
Didalam kitab suci dinyatakan bahwa menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh sungguh utama; sebabnya demikian, karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan senggsara (lahir dan mati berulang ulang) dengan jalan berbuat baik; demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia. Oleh karena demikian manusia selalu dituntut untuk selalu berbuat kebajikan tanpa mengharapkan pahala.
Ada slogan yang sering diungkapkan seseorang bahwa “Hidup bukan untuk makan tetapi makan untuk hidup”, ungkapan ini tentu bukan sekedar sebuah ungkapan namun harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagian besar teori yang dimunculkan hanya sebatas teori dan sedikit dalam implementasi “praktek”. Kenyataannya sebagian besar masyarakat hidup untuk melayani tubuh; mencari uang untuk makan demi mulut, membeli baju untuk badan, membeli mobil untuk membantu kaki berjalan, membangun rumah untuk berteduh. Dan masih banyak lagi dalam kenyataan hidup ini bahwa hidup untuk melayani tubuh.
Tanpa disadari kita telah diperbudak oleh tubuh yang digerakkan oleh pikiran atas dasar keinginan “kama”. Dalam kitab suci dikatakan pikiran adalah sumber dari segala macam nafsu, ialah yang meggerakkan dan mengarahkan perbutan menuju kebajikan atau pun kejahatan. Maka dari itu usahakanlah terlebih dahulu untuk mengendalikan pikiran.Pikiran itu sangatlah labil dan berubah-ubah, apabila seseorang dapat mengendalikan pikirannya, niscaya ia akan memperoleh surga di dunia dan surga di akherat.
Tulisan sebelumnya:
Pro Kontra Bahasa Alay
Tinjauan Yuridis Galian C di Songan
Sandal yang Baik Mengangkat Martabat Pemakainya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H