Mohon tunggu...
I Ketut Merta Mupu
I Ketut Merta Mupu Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Alumni UNHI. Lelaki sederhana dan blak-blakan. Youtube : Merta Mupu Ngoceh https://youtube.com/@Merta_Mupu_Ngoceh

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengupas Film Mahadewa

6 Maret 2015   06:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:05 2600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

___
Pendidikan yang diperkenalkan dalam tradisi Hindu seperti pada film Ramayana tersebut dikenal sebagai ‘Gurukula’. Para siswa tinggal di asrama hingga mereka berhasil menamatkan pendidikannya.

Dalam masyarakat Hindu Indonesia, sistem pendidikan seperti itu pernah eksis pada masa kerajaan Hindu, akan tetapi setelah kedatangan Islam ke Indonesia, seakan tradisi itu hilang dari bhumi Indonesia, padahal tetap eksis hingga sekarang.

Menurut beberapa pakar, sistem pendidikan Hindu ini diadopsi atau dilestarikan umat muslim di Indonesia, diterapkan dalam bentuk pesantren. Saking membudayanya pendidikan pesantren itu dalam masyarakat Indonesia, hingga seolah-olah berasal dari ajaran Islam. Padahal berasal dari sistem pendidikan Hindu.

Pada system pendidikan di India, mereka yang mencari ilmu selalu tinggal bersama gurunya [catuspathiis/pasraman]. Kehidupan pendidikan mereka ditanggung oleh pemerintah yang berkuasa/kepala daerah dan atau masyarakat umum. Hampir setiap Brahmana mumpuni mempunyai pasraman sendiri dan kemudian berlanjut turun temurun. Rsi-Rsi/Brahmana terkenal di jaman itu di antaranya adalah Atthaka [Astaka], Vamaka, Vamadeva, Vessamitta [Vishvamitra], Yamataggi [Jamadagni], Anggirara [angiras], Bharadvaja, Vasettha [Vasistha], Kassapa [Kasyapa] dan Bhagu [Bhrigu].

Ramayana: Guru Kerohanian, Orang Tua Adalah Dewa di Bumi

Ketika Rama dan teman-temannya mendapatkan pendidikan di asrama guru Vasista, Sri Rama diberikan kesempatan untuk menyampaikan kesimpulan atas apa yang telah ia pelajari. Salah satu kesimpulannya Rama menyatakan bahwa ‘Guru, Ibu, Bapa adalah dewa. Oleh karena itu seorang siswa harus menghormati ibu, ayah dan gurunya’.

Hal ini senada dengan yang tersurat di dalam kitab Upanishad, yang berbunyi “Jadilah seseorang di mana ibu itu adalah dewata, jadilah orang di mana ayah itu adalah dewata, jadilah orang di mana guru itu adalah dewata, jadilah orang di mana tamu itu adalah dewata” (Taittiriya Upanishad, Shikshavali I.11.2).

Kitab Manawa Dharmasastra menyatakan bahwa dengan menghormati ibu seseorang akan memperoleh kebahagiaan di dunia, dengan menghormati ayahnya, dia memperoleh alam tengah, dan dengan menghormati gurunya, dia mencapai alam atas (alam Tuhan).

Kesimpulannya, Ibu, Ayah, Guru kerohanian merupakan perwujudan dari Tuhan, beliau adalah Tuhan di Bumi. Tanpa restu beliau, seseorang tak akan mendapat restu dari Tuhan.

---

Soal Ramayana dan Mahabharata, banyak menyatakan itu kisah mitos. Tetapi yang membuat kita heran, kenapa mitos ini bisa dikenal dan ditulis sejak jaman dahulu kala hampir di seluruh dunia. Terutama Asia. Misalnya epos Ramayana dikenal di mongolia, rusia, china, Indonesia, Malaysia, Italia, Kamboja, Laos, Thailand, dan lain sebagainya.

Khusus di Indonesia, Ramayana sangat populer di jawa, Bali, Lombok. dan di Sumatra (Melayu) dikenal 'Hikayat Shri Rama'. Tapi menurut gue, tak penting itu mitos atau sejarah, yang terpenting adalah makna apa yang dapat kita petik dari kisah itu. Dengan kata lain, moralitas apa yang dapat kita pelajari dari kisah tersebut. Andaikan kita memiliki sejarah, tetapi jika sejarah itu tidak memiliki nilai moralitas, pasti akan cepat hilang ditelan bhumi.

Note: Pembahasaan di atas semua diambil dari status facebook yang pernah saya bahas, sedangkan kisah yang diulas lebih panjang dipublikasi di kompasiana. Meski jarang bisa menonton film Mahadewa, sedikit tidaknya ketika sempat menontonnya berusaha untuk memberi penjelasan atau menafsirkan kisahnya. Semoga bermanfaat. Om Svaha.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun