Mohon tunggu...
I Ketut Merta Mupu
I Ketut Merta Mupu Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Alumni UNHI. Lelaki sederhana dan blak-blakan. Youtube : Merta Mupu Ngoceh https://youtube.com/@Merta_Mupu_Ngoceh

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Film Mahadewa: Dewi Parvati Inkarnasi Dewi Sati

23 Juni 2014   02:13 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:47 1368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siva-Parvati (Triwidodo/kompasiana)

ANTV menayangkan film 'Mahadewa' yang mengisahkan percintaan Dewi Sati dengan Dewa Shiwa. Kisah ini diambil dari kitab Purana, mengisahkan tentang para dewa. Kisah-kisah yang diambil dari kitab purana, dalam masyarakat Indonesia tak sepopuler kisah yang diambil dari kitab Mahabharata. Meski kitab suci menganjurkan seseorang yang ingin belajar Veda harus mempelajarinya melalui Purana dan Itihasa (Ramayana dan Mahabharata). Seperti disebutkan didalam Vayu Purana dan Sarasamuccaya;

“Hendaknya seseorang dalam belajar Veda melalui penjelasan Itihasa (Mahabharata dan Ramayana) juga kitab Purana. Sebab Veda sangat takut jika seseorang yang bodoh membacanya, dan berfikir bahwa si bodoh itu akan memukulnya” (Vayu Purana. I. 201).

“Veda itu hendaknya dipelajari dengan sempurna melalui jalan mempelajari Itihàsa dan Puràna sebab Veda itu akan takut kepada orang-orang yang sedikit pengetahuannya, sabdanya: ‘wahai tuan-tuan jangan datang padaku’, demikian konon sabdanya karena takut” (Sarasamuccaya 39). Selengkapnya baca Salah Kaprah Tentang Mahabharata.

Kembali ke pembahasaan, akan dibahas tentang siapa itu dewi Sati. Menurut kitab Siwa Purana, dewa Prajapati Daksa (penguasa mahkluk) memiliki 60 putri. Menurut kitab Manawa Dharmasastra, dalam pernikahan putri – putri Prajapati Daksa, diangkat statusnya sebagai lelaki [angkat sentana] atau ‘nyentana’ atau dalam system perkawinan termasuk system matrilineal. Sistem perkawinan ini juga dikenal didalam masyarakat Bali. Di Bangli, khususnya di desa Songan, dikenal dengan istilah ‘jujuk muani’. Perkawinan ini akan berlaku bagi sebuah keluarga yang tidak memiliki keturunan laki-laki. Perkawinan ‘nyentana’ ini banyak terjadi di daerah Tabanan.

Dari 60 putri Prajapati Daksa, Manawadharmasastra IX.129 menyebutkan bahwa 10 putrinya diserahkan pada dewa Dharma, 13 pada Rsi Kasyapa, 27 pada raja Soma, sebagai bentuk penghormatan Prajapati Daksa kepada dewa lainnya. Keturunan dari prajapati Daksa juga dijabarkan didalam lontar Agastya Parwa. Bahkan disebutkan bahwa salah satu keturunan Prajapati Daksa sampai ke nusantara [garis keturunan jauh di bawah] dan menjadi guru pertama yang menyebarkan agama Hindu di Indonesia, yaitu Rsi Agastya dan juga Maharsi Markandeya.

Putri Prajapati Daksa yang menonjol adalah dewi Sati [juga dikenal Daksayani] dan dewi Svadha. Sati inkarnasi dari dewi Shakti, permaisuri Shiwa. Shakti dipisahkan dengan bhatara Shiwa atas permintaan para dewa untuk menjelma menjadi putri Prajapati Daksa. Pada akhirnya Sati mencintai kembali dewa Shiwa, setelah menyadari diri-Nya yang sejati.

Pada acara persembahan yang dilakukan Prajapati Daksa, dewi Sati tidak mendapatkan penghormatan dari para dewa dan ayahnya. Hal ini terjadi atas perintah Prajapati Daksa yang angkuh terhadap Shiwa. Akibatnya, dewi Sati marah dan memutuskan untuk mengakhiri tubuh jasmaninya. Sati akan menjelma kembali menjadi anak dari Menaka, istri Himawan.

Svadha (saudara dewi Sati) dipersembahkan kepada para leluhur oleh Prajapati Daksa. Svadha memiliki 3 putri.“Mena adalah yang tertua, Dhanya adalah yang menengah, dan Kalavati adalah yang paling bungsu. Mereka semua adalah putri mental dari para leluhur. Mereka tidak dilahirkan dari rahim Svadha. Akan tetapi secara konvensional mereka dianggap sebagai putrinya. Dengan mengucapkan nama mereka maka manusia akan mendapatkan segala keinginannya” [Siwa Purana, Parvati Khanda II.7-8].

Pada suatu hari ketiga putri itu pergi ke wilayah kahyangan dewa Wisnu. Pada saat yang bersamaan, para Sidha, Sanaka, putra-putra Brahma juga datang kesana. Mereka bersujud kepada Wisnu dan menyanjung beliau dengan berbagai puja-puji. Akan tetapi ketiga putri itu tidak memberi hormat karena terilusi Maya dewa Shiwa. Akibatnya para Sanaka murka kepada ketiga putri itu. Sanat Kumara mengutuk mereka, bahwa ketiga putri itu akan menjadi wanita biasa. Ketiga putri memohon belas kasihan agar bisa kembali ke surga. Sanatkumara mengabulkannya.

Sanatkumara berkata:

“Kalian bertiga, putri dari para leluhur, sekarang dengarkanlah kata-kataku yang akan menghapuskan semua kesusahan dan memberikan kebahagiaan kepada kalian” [Siwa Purana, Parvati Khanda, II.27].

“Yang tertua dari kalian (Mena/Menaka) akan menjadi istri Himawan yang adalah bagian dari Wisnu. Dia akan memiliki seorang putri yang bernama Parvati. Putri yang menengah, Dhanya, akan menjadi seorang Yogini, istri dari raja Janaka. Putrinya adalah Mahalaksmi dalam nama Sita. Dan yang termuda (Kalavati) akan menjadi istri dari Vaisya yang bernama Vrsabhana. Pada akhir jaman Dwapara, ia akan menjadi ibu dari Radha, permaisuri Krsna” [Siwa Purana, Parvati Khanda, II.28-30].

Putri Mena, mahadewi Parvati, ibu dari alam semesta, akan menjadi permaisuri Siva setelah melakukan tapa brata yang hebat. [Siwa Purana, Parvati Khanda, II.38].

Baca juga kisah Sati; Penebusan Dosa Melawan Orang Tua.

Tulisan sebelumnya;  Film Mahadewa, Tuhan “Pacaran”?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun