Mohon tunggu...
I Ketut Merta Mupu
I Ketut Merta Mupu Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Alumni UNHI. Lelaki sederhana dan blak-blakan. Youtube : Merta Mupu Ngoceh https://youtube.com/@Merta_Mupu_Ngoceh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Maha Shivaratri dan Kisah Pemburu dalam Siva Purana

14 Januari 2015   03:04 Diperbarui: 8 Januari 2016   07:06 2102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

[caption id="attachment_346121" align="aligncenter" width="526" caption="Shiwaratri Puja (foto/freewallpaper.blogspot.com)"][/caption]

 Maha Shivaratri

Salah satu hari suci umat Hindu adalah Maha Shivaratri atau terkadang disebut Padmaja Ratri, di Bali lebih populer disebut hari suci Siwa Ratri atau Siwa Latri yang dilaksanakan setiap setahun sekali. Perayaan ini jatuh pada sasih Kapitu (bulan ke Tujuh) panglong ke 13/14 berdasarkan pada penanggalan kalender Hindu Bali.

Menurut kitab Siva Purana, Shiwaratri dilaksanakan setiap bulan, yaitu pada tanggal ke 13 atau 14, sehingga dalam setahun terdapat 12 kali perayaan hari Shiwaratri. Akan tetapi dari dua belas Shiwaratri, ada satu malam yang paling disukai dewa Shiwa, yaitu Shiwaratri yang dilaksanakan pada bulan Maga (Januari-Februari), dikenal sebagai hari Maha Shiwaratri, malam teragung untuk pemujaan dewa Shiwa, Tuhan dalam mazab Siwaisme.

Maha Shivaratri dikaitkan dengan pernikahan spiritual dewa Shiwa dengan Shakti atau dewi Parvati. Menurut tradisi bahwa hari ini adalah hari yang paling disenangi Dewa Shiwa (Mahadewa). Maha Shivaratri juga untuk merayakan malam ketika Dewa Siwa melakukan 'Tandava', tarian kosmik. Ada juga yag menyebutkan bahwa Shiwaratri berkaitan dengan pemutaran gunung mandara dalam pengadukan lautan susu. Tuhan Shiva  menyelamatkan dunia dari dampak buruk racun yang muncul akibat dari pengadukan samudra (Samudramantana), beliau menyelamatkan para dewa dan semua mahkluk dengan meminum seluruh racun itu. Para dewa bersuka cita atas pertolongan Mahadewa, dewanya dewa. Para mahkluk surgawi memuliakan Mahadewa pada malam agung dan penuh berkah, Maha Shiwaratri.

Shiwaratri dirayakan oleh semua orang, baik dilandasi akan keinginan maupun tanpa keinginan, tulus iklas. Dewa Shiwa bersabda, “Tidak ada ritus lain yang lebih bermanfaat bagi laki-laki. Ritual ini adalah cara paling baik untuk kebaikan semua. Bagi mereka tanpa keinginan, bagi mereka dengan keinginan khusus, untuk semua orang dari semua varna dan tahapan kehidupan, bahkan pada perempuan dan anak-anak, upacara ini sangat bermanfaat.” (Siva Purana: Kotirudra Samhita XXXVIII.21-22).

Tata cara pelaksanaan, sarana yang harus digunakan pada perayaan Shiwaratri, uraiannya dapat ditemukan dalam kitab Siva Purana, bagian Kotirudra Samhita. Hal yang perlu digarisbawahi bahwa upacara pemujaan Shiwaratri, baik dengan berjapa, meditasi, pemujaan pada lingga-yoni, persembahyangan, hendaknya dilakukan setiap periode 3 jam. Misalnya mulai sembahyang jam 6 sore, maka persembahyangan berikutnya jam 9 malam, jam 12 malam, jam 3 pagi, jam 6 pagi.

Dewa Shiwa bersabda, “O Visnu, Saya akan memberitahu Anda bagaimana ritual yang dilakukan oleh para bhakta, terutama di setiap periode 3 jam di malam Sivaratri.” (Siva Purana: Kotirudra Samhita XXXVIII46).

Sarana untuk pemujaan Lingga, yang utama adalah daun bilva (maja), buah kelapa, air, beras, biji-bijian, bunga, dupa, lentera, berbagai jenis manisan, dan lain sebagainya. Dalam konteks tradisi di Bali, sarana pemujaan menggunakan Pejati, Daksina, Canang sari, dan pelengkapnya.

Pelaksanaan Shiwaratri jika dilaksanakan dengan baik akan membuahkan hasil yang berlimpah. Hari suci ini dinyatakan sebagai hari yang sangat baik untuk melebur dosa, baik karena tidak sengaja maupun sengaja. Tuhan membuka pintu pertaubatan bagi umat-Nya, dan diharapkan dosa yang disengaja tidak berulang dilakukan.

Kisah Pemburu

Terdapat berbagai kisah yang dikenal masyarakat Hindu yang berhubungan dengan perayaan Maha Shiwaratri. Di Nusantara cerita yang terkenal yaitu kisah Lubdaka, seorang pemburu yang bertumpuk dosa, karya Mpu Tanakung dalam kitab Siwaratrikalpa. Diperkirakan ditulis pada masa akhir Majapahit.

Dikisahkan seorang pemburu bernama Lubdaka, pada suatu hari (pada hari Shiwaratri) Ia berburu ke tengah hutan, akan tetapi hingga malam tiba Lubdaka tak pula menemukan satu pun ekor buruan. Lubdaka tak kembali ke rumahnya, ia memanjat pohon Bilva, pohon kesayangan dewa Shiwa. Karena takut ada binatang buas, Lubdaka memetik daun bilva satu per satu dan menjatuhkannya ke tanah, dan tepat di bawah pohon itu terdapat Lingga (simbol Shiwa), dan daun bilva itu selalu mengenai Lingga. Lubdaka kemudian pulang setelah pagi datang.

Setelah beberapa waktu, Lubdaka meninggal. Arwahnya diseret Cakrabala, pasukan dewa Yama, dewa Kematian. Ia disiksa karena selalu berbuat dosa dengan membunuh binatang tanpa dosa yang diburunya. Tak lama kemudian, pasukan dewa Shiwa datang menyerang pasukan dewa Yama untuk menjemput arwah Lubdaka. Lalu, Lubdaka dikirim ke Siwaloka, kahyangan dewa Siwa. Ia tinggal bersama dewa Shiwa. Hal itu terjadi karena Lubdaka dalam hidupnya pernah melakukan pemujaan kepada dewa Shiwa pada hari Shiwaratri meski dilakukan dengan tidak sengaja.

Bila dicermati alur ceritanya, ternyata kisah tersebut serupa dengan kisah seorang pemburu dalam kitab Garuda Purana. Kisahnya sebagai berikut (diterjemahkan seadanya dari wikipedia english):

Suatu ketika Raja Chitrabhanu dari dinasti Ikshvaku, yang berkuasa atas seluruh Jambudvipa (India), mencermati hari dengan seksama bersama istrinya, hari itu bertepatan dengan hari Maha Shivaratri (ia merayakan Siwaratri dengan puasa). Yang bijak Rsi Ashtavakra datang berkunjung ke istananya.

Sang Rsi bertanya pada raja tujuannya berpuasa. Raja Chitrabhanu menjelaskan bahwa ia memiliki karunia mengingat kejadian kelahiran masa lalu, dan dalam kehidupan sebelumnya ia telah menjadi pemburu di Varanasi dan bernama Suswara. Hanya mata pencahariannya adalah untuk membunuh dan menjual burung dan hewan. Sehari sebelum bulan baru, saat perjalan melalui hutan mencari hewan, ia melihat rusa, tapi sebelum panahnya terbang ia melihat keluarga rusa dan mereka sedih pada saat kematian akan datang. Jadi dia membiarkannya hidup.
Dia masih belum berhasil menangkap buruan apapun hingga malam tiba, kemudian dia memanjat pohon Bilva untuk beristirahat. Tempat airnya bocor, jadilah dia lapar dan haus. Keadaan lapar dan haus membuatnya terjaga sepanjang malam, memikirkan istri dan anak-anak yang kelaparan, dan cemas menunggu kedatangannya. Untuk mengisi waktu, ia menyibukan diri memetik daun Bilva dan menjatuhnya ke tanah.

Keesokan harinya ia kembali ke rumah dan membeli beberapa makanan untuk dirinya dan keluarganya. Saat ia hendak berbuka, orang datang kepadanya, meminta makanan. Ia pertama memberikan makanan kepada orang asing itu dan hanya makan sesudahnya.

Pada saat kematiannya, ia melihat dua utusan Dewa Siwa, dikirim untuk menjemput rohnya untuk dibawa ke Siwaloka, kahyangan dewa Siwa. Dia belajar untuk pertama kalinya dari jasa besar yang telah diterima dalam ibadah kepada dewa Siwa tanpa sadar pada malam Maha Shivaratri. Para utusan mengatakan kepadanya bahwa telah terjadi pemujaan lingam ( simbol untuk pemujaan Siwa ) di bagian bawah pohon. Daun yang jatuh dari pohon Bilva telah jatuh mengenai lingam, terjadi seperti ibadah ritual pemujaan untuk dewa Siwa. Air dari kendi yang bocor telah mencuci linggam (juga tindakan ritual), dan dia telah berpuasa sepanjang hari dan sepanjang malam. Dengan demikian, ia tidak sadar telah melakukan pemujaan kepada Dewa Siwa.

Pada akhir kisahnya, Raja mengatakan bahwa ia telah tinggal di tempat tinggal dewa Siwa dan menikmati kebahagiaan ilahi untuk waktu yang lama sebelum dilahirkan kembali sebagai Chitrabhanu.

Kisah serupa juga ditemukan dalam kitab Siva Purana, namun ada perbedaan pada bagian akhir cerita. Sang pemburu dalam Siva Purana bernama Gurudruha, kemudian dikenal sebagai Guha, sang Raja Pemburu, sahabat bhatara Rama. Kisah lengkapnya sebagai berikut:

Para Rsi bertanya: Wahai Suta, oleh siapa dan apakah ini sangat baik dilakukan sebelumnya? apakah manfaat yang sangat baik diperoleh oleh setiap dengan melakukan tanpa pengetahuan penuh?
Rsi Suta berkata :

Semoga ini benar, hai orang bijak. Aku akan menceritakan kisah kuno dari seorang pemburu yang menghancurkan semua dosa. Sebelumnya ada seorang pemburu di hutan. Dengan nama Gurudruha. Dia memiliki keluarga besar. Dia kuat, kejam dan terlibat dalam berbagai kegiatan kejam.

Setiap hari ia biasa pergi ke hutan dan itu dilakukan tanpa henti dan ia banyak membunuh rusa. Ada di hutan dia juga melakukan pencurian dalam berbagai cara. Tidak ada tindakan yang baik yang dia lakukan dari masa kanak-kanak dan seterusnya. Orang jahat ini melewati waktu yang lama di hutan.

Saat itu adalah hari Sivaratri. Pemburu jahat, tinggal di hutan besar tidak tahu akan hari itu. Pada saat itu ia diminta oleh orang tuanya dan istrinya yang tersiksa oleh rasa lapar, “Oh sang pengembara hutan beri kami makanan”. Jadi atas permintaan itu dia mengambil busur dan segera mulai berburu rusa. Di hutan ia berkeliaran kesana kemari.
Karena nasib buruk tidak ada satu pun buruan yang ia dapat. Matahari juga bersiap terbenam dan ia merasa sangat tertekan. “Apa yang harus aku lakukan, kemana aku harus pergi? Tidak ada yang aku peroleh. Apa yang akan terjadi pada orang tua dan anak-anakku di rumah? Lalu apa yang terjadi pada istriku. Apa yang akan terjadi padanya? Aku harus pulang hanya jika aku membawa sesuatu dengan tangan ini. Mana mungkin untuk menemui mereka dengan tangan kosong.” Berpikir demikian, pemburu pergi ke dekat genangan air. Dia berdiri di dekat jalan menuju air.

“Beberapa hewan pasti datang ke sini aku akan membunuhnya dan pulang dengan bahagia. Tujuanku akan tercapai sepenuhnya”. Berpikir demikian pemburu memanjat pohon Bilva, minum beberapa teguk air. Dia duduk di cabangnya.

Rasa lapar dan haus mulai membuatnya sengsara, dia menunggu dan berpikir, ”Kapankah beberapa hewan itu akan datang kesini, kapan aku akan bisa membunuhnya?” Selama malam itu seekor rusa yang merasa haus datang ke genangan air itu dan melompat di depannya. Melihat itu ia sangat senang. Dia arahkan anak panahnya ke busurnya segera untuk membunuhnya.

Ketika dia melakukan ini, air (yang sempat ia bawa) tumpah dan beberapa daun dari pohon bilva jatuh. Ada lingga Dewa Siva di bawah pohon itu. Mulai sejak itu, ini menjadi ibadah untuk bagian pertama malamnya. Sebagai hasil dari dosanya dibebaskan.

Saat mendengar kebisingan di atasnya, rusa menjadi ketakutan dan sangat tertekan saat melihat pemburu. Lalu ia berbicara. Rusa berkata : “Wahai Pemburu, apa yang engkau inginkan untuk dilakukan? Silahkan bicara sebenarnya di depanku”. Mendengar kata-kata dari rusa, Pemburu itu berkata, “Keluargaku kelaparan hari ini aku akan memuaskan rasa lapar mereka dengan membunuhmu.” Mendengar kata-kata yang mengerikan dan melihat sebuah benda tajam yang mengerikan, rusa itu berpikir “Apa yang harus aku lakukan kemana aku harus pergi? Nah, saya akan menggunakan trik,”pikir rusa dalam hati.

Rusa berkata :
Tidak ada keraguan bahwa aku diberkati. Engkau akan senang dengan dagingku. Apa manfaat yang lebih besar yang dapat saya miliki melalui tubuh ini dimana segala begitu menyakitkan? Adalah sebuah hal yang mustahil untuk menulis dengan panjang lebar atas jasa orang yang membantu orang lain bahkan jika kita mengambil waktu seratus tahun. Tapi semua anak-anak saya yang masih bayi berada di pertapaan. Aku akan menaruh mereka ke perawatan adikku atau suami lalu kembali kesini.

Wahai pengelana hutan, jangan menganggap kata-kataku ini kebohongan. Tidak diragukan lagi aku akan datang kembali kepadamu. Bumi tetap setabil melalui kebenaran. Laut stabil melalui kebenaran. Air mengalir terus melalui kebenaran. Semuanya didasarkan pada kebenaran.

Suta berkata :
Ketika pemburu tidak menerima permohonan itu bahkan setelah ia memohon, rusa ini bingung dan berbicara lagi dengan ketakutan.

Rusa berkata :
Wahai pemburu, dengarkan. Aku akan menjelaskan. Aku mengambil janji ini. Setelah aku pulang jika aku tidak kembali kepadamu, semoga aku terkena dosa dari orang-orang ini yaitu- Seorang Brahmana yang menjual Veda, yang tidak pernah melakukan doa Sandhya, perempuan yang melanggar perintah suami dan mereka tidak pernah melakukan ritual, orang yang tidak memiliki rasa syukur, orang yang menolak Siva, orang yang tidak berbaik hati pada orang lain, yang melanggar kebajikan, orang yang melakukan pelanggaran atas kepercayaan dan orang yang menyesatkan orang lain.

Saat rusa ini bersumpah seperti itu pemburu ini percaya dan berkata “pulanglah”. Rusa yang senang ini sempat meminum air dan pergi ke rumahnya. Satu rangkaian malam telah hampir tiba dan pemburu ini tidak tidur bahkan untuk sekejap.

Adik dari rusa ini apakah belum menemui sang rusa pikir pemburu itu dan begitu gelisah. Ia juga haus. Melihat rusa mendekat, Bhilla mengarahkan anak panah dan melepaskan busurnya. Namun sebelum itu, air dan daun Bilva kembali menyentuh lingga Siva. Seketika itu, ini menjadi bentuk pemujaan untuk malam bagian kedua. Ini menguntungkan pemburu.

Rusa berkata : “Wahai penguasa hutan, apa yang engkau lakukan ?” Setelah melihatnya, pemburu ini menjawab seperti yang dikatakan sebelumnya. Saat mendengar ini, kembali rusa bertanya.“Wahai pemburu, dengarlah. Aku sudah terberkati. Hiduplah penuh berkah. Sebuah pelayanan akan dilakukan melalui kematian tubuh ini. Tapi anak-anakku, yang termuda, ada di rumah. Aku akan memberitahu mereka untuk dipercayakan perawatannya pada suamiku dan aku datang kembali”.

Pemburu berkata :
“Aku tidak setuju apa yang engkau katakan. Tapi tidak perlu diragukan lagi aku akan membunuhmu,”. Mendengarkan kata-kata dari pemburu itu, sang Rusa berkata atas nama Dewa Siva.

“Wahai Pemburu, dengarlah. Aku akan menjelaskan. Jika seorang melanggar apa yang telah ia katakan ia akan menebusnya dengan perbuatan baik yang telah ia lakukan. Jika aku tidak kembali semoga aku terkena dosa dari orang yang berkhianat pada istri sahnya dan hidup bersama yang lain, yang melanggar batas aturan kemuliaan dari Veda. Mengikuti sebuah ilusi dan cara pemujaan yang penuh khayalan. Yang mengakui diri sebagai pemuja Visnu namun mencela Siva, yang melakukan ritual Ksayah dari orang tuanya pada hari Sunyatithi dan yang melakukan sebuah tindakan menyakiti.”

Suta berkata :
Mendengar permohonan dari rusa, pemburu berkata kepada rusa, “pergi”. Rusa ini minum air dan dengan bahagia pergi ke tempat kediamannya. Pada saat itu bagian kedua dari malam juga datang tanpa sang pemburu ini tertidur walaupun hanya sekejap. Ketika bagian ketiga tiba, Nampak seekor rusa yang nampak bingung yang disebabkan rusa ini sedang mencari sang rusa yang lain. Pemburu melihatnya berdiri di jalan menuju air.

Saat melihat rusa gemuk pemburu senang. Dia pasang panah pada busurnya dan hendak membunuhnya. O sayang, sementara ia berusaha untuk melakukan ini, beberapa daun Bilva jatuh pada Siva sebagai hasil dari prarabdha-Nya.
Dalam pandangan ini, penyembahan bagian sepertiga malam telah ia lakukan karena nasib baiknya. Sifat penyayang Siva tampak jelas dalam hal ini. Setelah mendengar suara rusa bertanya, “apa yang kau lakukan?” pemburu menjawab “Saya akan membunuhmu demi keluargaku.” Mendengar hal ini, rusa ini senang dalam pikirannya. Segera ia berbicara kepada pemburu.

Rusa itu berkata:
Saya diberkati bahwa saya memiliki gizi baik dan cukup untuk memenuhi kebutuhan anda. Hidup semuanya akan sia-sia jika tubuhnya tidak digunakan dan sia-sia. Jika seorang tidak membantu orang lain meski pun dia mampu, semua kemampuan itu adalah sia-sia. Dia akan jatuh ke neraka setelah kematiannya. Tapi aku harus mempercayakan saudara termudaku untuk merawat ibu kami. Aku akan memberi tahu mereka dan kembali lagi.
Jadi diminta seperti itu, sang pemburu terkejut dalam pikirannya. Dengan tumpukan dosa yang telah hancur dan dengan pikiran yang murni ia mengucapkan kata-kata.

Pemburu berkata :
O rusa, setiap hewan yang datang ke sini telah pergi setelah berjanji dengan cara yang Anda lakukan sekarang. Mereka belum datang. Anda juga berada dalam kesulitan sekarang dan ingin pergi di bawah dalih palsu. Bagaimana kemudian, dengan kehidupan yang saya miliki?

Rusa itu berkata :
O Pemburu, dengarkan, aku akan menjelaskan. Aku tidak mengucapkan kebohongan. Seluruh alam semesta termasuk makhluk bergerak dan tidak bergerak, adalah berkat kebenaran. Kelebihan seorang pembohong mencair dalam sekejap mata. O Pemburu dengarkan janji saya yang benar ini.

Jika saya tidak datang lagi, biarkan aku memiliki dosa dari kegiatan melakukan hubungan seksual pada waktu senja, mengambil makanan di hari Sivaratri (tidak berpuasa), sumpah palsu, dalam penyalahgunaan dana atas dasar kepercayaan, mengabaikan doa Sandhya, tidak mengucapkan Nama Siwa dengan mulut, tidak membantu meski pun mampu, memecahkan kelapa pada hari Parvan, mengambil makanan dilarang, megambil makanan sebelum menyembah Siva atau tanpa menerapkan Bhasma.

Suta mengatakan :
Saat mendengar kata-kata itu, pemburu berkata “Pergilah dan Kembali dengan cepat.” Jadi setelah diizinkan oleh pemburu, ia minum air dan pergi.

Semua binatang yang telah berjanji dengan itikad baik, mereka saling bertemu di kediaman mereka. Mendengar kabar satu sama lain secara keseluruhan mereka memutuskan bahwa mereka harus pergi karena mereka terikat oleh janji. Mereka menghibur anak rusa dan menjadi bersemangat untuk kembali.

Para rusa senior bicara pad pasangannya “ Wahai rusa, tanpamu bagaimana bisa anak rusa muda tinggal disini? Ya, aku yang dijanjikan pada awal jadi aku akan pergi. Kalian berdua tinggal disini.”

Saat mendengar kata-kata itu rusa yang lebih kecil berbicara “Aku ini hambamu oleh karena itu saya pergi dan anda akan tinggal disini.”

Mendengar itu, rusa mengatakan-“aku akan pergi kalian tinggal disini, biarkan bayi dijaga dan dirawat oleh ibu mereka.” Mendengar kata-kata sang suami, dua rusa tidak menganggap itu benar. Mereka penuh kasih sayang kepada suami mereka,”Oh malang pada kehidupan ini kami telah janda.”

Kemudian mereka semua menghibur anak rusa mereka dan mempercayakan mereka untuk perawatan pada tentangga mereka. Mereka pergi ke tempat dimana pemburu menunggu.

Anak rusa juga melihat semua dan mengikuti mereka sambil berfikir. “ Biarkan apa yang menimpa mereka terjadi juga pada kita.” Saat melihat mereka, si pemburu yang nampak bahagia kembali memasang anak panahnya, air dan daun pohon Bilva jatuh di Linga Siva lagi.

Berkat itu, pemujaan bagian keempat malam juga menjadi sempurna dilakukan, setelah itu dosanya dibuat menjadi abu dalam sekejap mata.

Rusa senior, junior ada dibelakang rusa mengatakan “Wahai pemburu yang sangat baik, buatlah tubuh kami bermanfaat. Jadi berbaik hatilah kepada kami.

Suta mengatakan :
Mendengar kata-kata mereka, pemburu itu terkejut. Berkat kekuatan menyembah Siva, ia memperoleh pengetahuan yang sempurna tidak dapat diperoleh orang lain. Para rusa yang telah diberkati. Meski pun tanpa pengetahuan, mereka siap utnuk membantu orang lain dengan menawarkan tubuh mereka sendiri.

Apa yang telah saya capai meski pun terlahir sebagai manusia? Saya memiliki tubuh yang penuh gizi namun saya justru menyiksa yang lain. Saya dibesarkan keluarga saya dengan melakukan banyak dosa setiap hari. Aduh! Bagaimana nanti nasibku setelah melakukan semua dosa? Dosa telah saya lakukan sejak lahir. Apa tujuan yang harus saya capai? “sungguh malang kehidupan saya!”.

Memperoleh pengetahuan yang demikian sempurna, ia menurunkan panahnya dan menjelaskan-“Wahai rusa yang sangat baik kalian semua diberkati.! Anda boleh pulang dengan aman.”

Ketika ia mengatakan ini, Siva menjadi senang. Dia mengungkapkan bentuknya (Mewujudkan diri-Nya) yang disembah dan dihormati oleh orang-orang yang baik. Siva menyentuh sang pemburu dengan penuh kasih, “Wahai Pemburu, aku senang dengan Vrata ini. Mintalah anugerah yang engkau ingin miliki.”

Saat melihat Siva, pemburu menjadi dibebaskan dalam sekejap mata. Dia jatuh di kaki Siva, dan berkata, “Semua telah saya capai Sekarang.” Siva, yang telah bahagia dalam pikirannya, memberinya nama Guha lalu memberinya sebuah anugerah Spiritual.

Dewa Siva berkata :
O Pemburu, dengarkan. Engaku akan tinggal di kotamu Srngaverapura dan menikmati kabahagiaan rohani sesuai dengan keinginanmu. Keturuananmu akan sehat tanpa bencana apapun. O Pemburu, bahkan Rama akan memujimu bahkan para dewa memiliki keinginan untuk berkunjung ke rumahmu. Mereka akan membuat aliansi denganmu. Bekerja sama dengan pemuja-Ku, pikiranmu dimanjakan dalam pemberian pelayanan kepada-Ku, Anda akan mencapai keselamatan yang langka dibandingkan orang lain.

Suta berkata:

Sementara itu, setelah melihat Siva, rusa itu membungkuk kepadanya dan mencapai pembebasan dari kelahiran mereka sebagai rusa. Mereka mencapai tubuh rohani, naik kereta langit dan pergi. Dilepaskan dari kutukan, dengan melihat Siva mereka mencapai surga.

Siva menjadi Vyadheswara di gunung Arbuda. Melihat dan menyembah lingga Siva ini akan melimpahkan kesenangan duniawi dan keselamatan.

Sejak hari itu dan seterusnya pemburu mencapai kebahagiaan yang baik dan yang disukai oleh dewa Sayujya mencapai keselamatan bersama Brahman. Bahkan setelah melakukan ritual ini dalam ketidaktahuan mengucapkannya akan mencapai Sayujya; bagaimana dengan mereka yang diberkahi dengan pengabdian? Mereka pasti akan mencapai identitas lengkap dengan sang penguasa.

(Siva Purana: Kotirudra Samhita XL. 2-97)

Demikianlah kisahnya.

Cerita tentang Guha, pemimpin para pemburu juga ditemukan dalam kitab Ramayana. Namun hanya sedikit disinggung keberadaannya, seperti sedikit dikutip sebagai berikut;

Srngiberapura adalah sebuah tempat yang diperintah oleh Guha, pemimpin para pemburu. Sudah terkenal bahwa Guha ini adalah teman akrab Rama. Ia adalah raja yang amat sakti dalam bidanya dan memiliki sebuah pasukan besar dalam kekuasaannya. (Ramayana, hal 236).

 

Note: Sebenarnya perayaan Maha Shiwaratri dimulai pagi hari hingga esok paginya. Pada siang hari sebelum malam agung Shiwaratri melakukan kegiatan amal saleh seperti bersedekah kepada orang miskin, kepada brahmana, dan lain sebagainya, puasa, meditasi, berjapa, dan malamnya begadang. Bahkan di India di salah satu negara bagian, Maha Shiwaratri dilaksanakan seminggu.

 

baca juga Perayaan Siwa Ratri Sebaiknya Dilarang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun