Mohon tunggu...
Merritt Waromi
Merritt Waromi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bagi Cerita dan Informasi dari Tanah Papua

Saya seorang Wiraswasta dan saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Meteo

30 Juli 2021   16:52 Diperbarui: 30 Juli 2021   17:10 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Mama Ice, tidak gampang memulai usahanya itu hingga sekarang bisa menembus pasar modern. Katanya, ia mulai menggeluti pengolahan tepung sagu sejak tahun 2015. Ketika itu, permintaan masih sangat minim, namun Mama Ice tak patah arang.

Ia terus saja menjalankan usaha sambil berusaha memperbaiki kualitas produknya. Seperti uji laboratorium untuk memperoleh izin resmi dari Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

“Uji lab pertama menyatakan, kandungan airnya masih banyak,” ungkap Mama Ice, awal bulan ini kepada penulis.

Oleh BPOM, Mama Ice diberitahu jika tepungnya terlalu banyak mengandung air, dalam jangka waktu tertentu, akan menimbulkan bakteri yang dapat memicu kanker bagi yang mengonsumsinya.

Setelah kegagalan itu, perempuan usia 51 tahun ini terus berupaya berbenah, dan hasilnya pada uji laboratorium kedua, produknya dinyatakan layak konsumsi. 

Tetapi bukan itu saja tantangan yang dihadapi Mama Ice dalam enam tahun terakhir.  Pada dasarnya, ia tak punya keahlian khusus membuat tepung, apalagi berbahan sagu. Ia belajar otodidak, berbekal sedikit uang sebagai modal awal. Semuanya dikerjakan manual, sagu dijemur lalu diayak menggunakan kawat has.

Dokpri 
Dokpri 

“Ribet, kita jemur, terus beberapa kali tapis baru menghasilkan tepung, tapi itu pun     hasilnya kasar.”

“Lalu kami gunakan lagi tapisan yang dari toko, biasanya untuk kelapa, tiga kali tapis, hasilnya belum maksimal. Baru bisa untuk bahan papeda, ongol-ongol, atau pudding. Sementara untuk cake, tidak bisa, kuenya tidak mengembang,” tutur Mama Ice.

Ketika itu, produksi tepungya baru dijual di pasar-pasar tradisional. Tahun 2017, berbekal izin dari BPOM, Mama Ice memberanikan diri untuk menawarkan produknya ke salah satu toko besar di Kota Jayapura. Tidak langsung diterima, manajemen toko mengajukan beberapa syarat, seperti standar ukuran kemasan, berikut harus kedap udara. Syarat itu dipenuhi Mama Ice. Supaya terlihat elegan, Mama Ice mencetak kemasan berikut stiker sendiri, dilengkapi tanggal kadaluarsanya. Dan tepung sagu merek Meteo pun mulai dikenal, dapat ditemukan di toko-toko.

“Syukurnya kami  diterima di sana dan proses pembayarannya juga bagus sekali, per dua minggu, begitu pun di toko lain, tidak ada masalah,” aku Mama Ice.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun