Sagu. Siapa tak kenal? Sagu selalu identik dengan Papua. Dulunya, sagu merupakan makanan pokok, sumber karbohidrat, sebagian besar masyarakat pesisir Papua. Sagu dapat diolah menjadi beragam jenis makanan, sebut saja sagu bakar, sinole, dan tentu saja yang paling favorit: papeda!
Belakangan, pengembangan lahan persawahan untuk padi di Papua membuat eksistensi sagu sebagai makanan pokok tergeser oleh beras. Di lain sisi, hutan sagu justru tergerus oleh arus pembangunan. Pengembangan sawah plus pasokan dari luar membuat beras dengan cepat mendominasi pasar ketimbang sagu, juga ubi-ubian sebagai makanan pokok.
Tetapi, keadaan itu tak lantas membuat sagu kehilangan pamor. Penggemar makanan berbahan sagu juga tak berkurang, tidak hanya masyarakat asli Papua, namun juga oleh para migran. Barangkali itu yang membuat para petani sagu memelihara semangatnya. Itu pula yang yang membuat kita masih mudah menemukan sagu di pasar-pasar tradisional. Dan… jangan kaget, sekarang, ketika berbelanja di supermarket, Anda kemudian menemukan sagu dalam kemasan berbentuk tepung.
Â
Salah satu merek tepung sagu yang berhasil menembus pasar modern di Kota Jayapura adalah Tepung Sagu Meteo. Meteo merupakan kreasi dari seorang mama Papua bernama Marice Waromi, yang akrab di sapa Mama Ice.
Beberapa waktu lalu, penulis berkesempatan mengunjungi pabrik pengolahan tepung  sagu milik Mama Ice di bilangan Kotaraja, Kota Jayapura, Papua.