•Faktor lingkungan, contohnya daerah padat penduduk dan sanitasi yang buruk.
•Penurunan kuantitas flora normal saluran gastrointestinal, seperti kondisi malnutrisi dan konsumsi antibiotik spektrum luas
•Kebersihan tangan, terutama selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih setelah dari kamar mandi dan saat akan mengolah makanan
•Kebiasaan memakai jamban
•Kebiasaan jajan makanan diluar rumah
2.Patofisiologi demam tifoidÂ
Patofisiologi demam tifoid diawali dengan paparan Salmonella typhi yang menular secara fekal-oral. Patofisiologi bergantung pada virulensi, imunitas inang, dan load bakteri. Virulensi Salmonella typhi disebabkan karena bakteri ini dapat memproduksi toksin tifoid, antigen Vi (kapsul polisakarida), antigen liposakarida O, dan antigen flagellar H yang masing-masing memegang peran penting dalam proses infeksi inangnya yaitu manusia.
Fungsi utama antigen Vi adalah sebagai agen antifagositik (mencegah fungsi fagosit makrofag), melindungi antigen O dari antibodi yang memberi resistensi serum. Antigen flagellar H merupakan anggota gerak bakteri dan melakukan perlekatan pada dinding mukosa usus yang selanjutnya membantu invasi bakteri ke dalam dinding mukosa usus. Bakteri ini mampu melewati lambung karena tahan terhadap suasana asam di lambung hingga pH 1,5. Masa inkubasi demam tifoid adalah 6–30 hari.
Faktor Sanitasi Lingkungan yang mempengaruhi kejadian Demam Tifoid
•Kualitas Air Minum: Air yang terkontaminasi dengan bakteri Salmonella typhi, penyebab demam tifoid, dapat menyebabkan penularan penyakit. Kondisi air bersih yang buruk atau tercemar meningkatkan resiko penularan.
•Sanitasi Fasilitas Pembuangan Limbah: Sistem pembuangan limbah yang tidak memadai dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, termasuk sumber air, dengan kuman penyebab demam tifoid. Ini dapat meningkatkan risiko penularan melalui kontaminasi lingkungan.