Tanggal 10 Oktober 2020 adalah waktu yang dinanti-nantikan oleh umat Katolik di seluruh dunia. Dimana pada tanggal tersebut adalah perayaan misa  beatifikasi Carlo Acutis. Salah satunya adalah saya.Â
saya sendiri mengetahui tentang Carlo Acutis baru seminggu sebelum misa beatufikasiNya, padahal prosesnya untuk mendapatkan gelar suci sudah dimulai sejak tahun 2013 dan telah ditetapkan sebagai "Yang Mulia" pada tahun 2008.
Setelah diberitahukan salah satu Romo saat saya mengikuti perayaan Ekaristi secara online bahwa akan ada misa Beatifikasi seorang anak muda milenial yang terkenal dengan pemanfaatanNya internet untuk mewartakan mukjizat Ekaristi, saya kemudian mencari dan membaca artikel-artikel tentang Carlo.Â
Sebagai kaum milenial saya begitu merasa termotivasi oleh kisah hidup Carlo Acutis setelah membaca tentang kisah hidup Carlo Acutis. Berawal dari situlah saya menjadi begitu penasaran dan ingin mengikuti misa Beatifikasi Carlo Autis.
Lewat salah satu channel YouTube yang menayangkan livestream Perayaan misa beatifikasi Carlo Acutis, saya bersyukur berkesempatan mengikutinya.
Tidak  ingin mengetahui dan merasakan sukacita tersebut sendirian, saya ingin berbagi tentang proses beatifikasi Carlo Acutis ini kepada teman-teman semua melalui tulisan ini.Â
Pada tulisan ini saya hanya menerangkan sedikit tentang kisah hidup Carlo Acutis serta teladan-teladan hidup Beato Carlo yang disampaikan oleh Kardinal Agostino Vallini pada homilinya pada misa beatifikasi tersebut.
Perayaan misa beatifikasi Carlo Acutis diadakan di Basilika Fransiskus Asisi dan dipimpin oleh Kardinal Agostino Vallini. Perayaan diawali dengan pembacaan surat apostolik Paus Fransiskus yang isinya mengenai pengakuan gereja bahwa Carlo Acutis adalah hamba Allah yang dengan semangat mudanya telah menumbuhkan persahabatan dengan Yesus, meletakkan ekaristi dan kesaksian cinta kasih sebagai pusat hidupnya. Serta penetapan tanggal 12 Oktober sebagai hari lahirnya di surga dan yang akan dirayakan oleh gereja setiap tahun di dunia, sebagai hari raya Beato Carlo Acutis.
Pada perayaan misa beatifikasi tersebut, juga dibacakan riwayat hidup Beato Carlo acutis. Berikut adalah riwayat hidupNya yang saya ketahui dari RomoÂ
Beato Carlo Acutis lahir pada tanggal 3 Mei 1991 di London, Inggris tempat orang tuanya bekerja. Tidak hidup dan tumbuh lama di London, Carlo Acutis bersama orang tuanya Andrea Acutis dan Antonia Salzano kemudian pindah ke Milan, Italia saat Carlo berusia 3 bulan.
Carlo Acutis adalah seorang programer komputer Katolik Italia. Ia terkenal karena mendokumentasikan mukjizat ekaristi di seluruh dunia dan membuat katalog semuanya dalam situs web miliknya "www.miracolieucaristici.org " yang bisa kita akses sampai saat ini. Ia membuat situs web tersebut pada bulan-bulan sebelum kematiannya.Â
Carlo Acutis meninggal pada tanggal 12 Oktober 2006 pada umurnya 15 tahun karena sakit leukemia. Pada saat penderitaannya menghadapi leukemia, Carlo sengaja mempersembahkan penderitaannya untuk gereja, paus dan untuk orang-orang yang menderita penyakit.
Adapun buah dari  kesaksian hidup Carlo adalah cara hidupnya yang membawa pertobatan mendalam pada ibunya dan Carlo berhasil membawa kerabat dan orang tuanya untuk misa setiap hari dan meyakinkan orang lain untuk menerima komuni setiap hari.
Kehidupan Carlo Acutis terlihat tidak begitu istimewa. Seperti teman-teman pada umumnya dimasa sekarang, Carlo Acutis seorang gamer dan sangat menyukai sepak bola serta yang menjadi keahliannya adalah Carlo mampu mengoperasikan teknologi seperti orang telah menempuh pendidikan di universitas.
Pada saat homili, Kardinal Agostino Vallini mengatakan tentang keistimewaan dan kekhususan Carlo Acutis adalah sejak kecil Ia sudah menerima rahmat khusus dari Tuhan, dimana seorang anak yang berusia 7 tahun, telah memiliki pandangan yang jelas akan jadi apa dirinya di masa yang akan datang, yaitu saat berusia 7 tahun, iya sudah berani meminta menerima komuni dan sudah merasakan atau menemukan Tuhan yang menjadi santapan manusia dalam ekaristi.
Beato Carlo Acutis pernah mengatakan bahwa "Ekaristi adalah jalan tol menuju surga." yang artinya ekaristi adalah jalan yang paling lurus menuju surga dan atau ekaristi adalah surga yang ada di bumi.
Bagi Carlo Acutis "Kesedihan yang paling besar adalah ketika seseorang hanya mengarahkan pandangan pada dirinya sendiri, dan Kebahagiaan yang tak kunjung padam adalah ketika seseorang mampu mengarahkan pandangan pada Tuhan."
Cardinal Agostinho Vallini juga menegaskan tentang teladan-teladan yang dapat diambil dari kehidupan beato Carlo Acutis adalah mengenai pandangannya tentang jejaring sosial. Dimana menurut Carlo, "jejaring sosial bukan sekedar sarana komunikasi melainkan sebuah ruang dialog, pengetahuan untuk saling menghormati, bahan yang harus digunakan dengan penuh tanggung jawab tanpa menjadi budak dan menolak bullying digital.
Jadi, Sebagai generasi yang hidup pada era teknologi, beliau menegaskan sekiranya kita dapat memanfaatkan internet atau teknologi dengan baik . Internet bukan untuk sarana bullying tetapi juga kita gunakan untuk sarana kesaksian dan pewartaan seperti yang dilakukan oleh Beato Carlo Acutis.Â
Carlo Acutis menjadi model dan teladan orang hidup, model umat Kristiani sejati dan terutama menjadi model orang muda Kristiani sejati. Dimana sebagai orang muda kita boleh hidup meneladani Beato Cralo Acutis yang memiliki keutamaan hidup iman yang jelas, mencintai ekaristi dan yang mau berdevosi kepada Bunda Maria dan terutama mampu mewujudkan imannya itu dalam kesaksian nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam akhir homilinya, Kardinal Agostinho kembali mengungkapkan harapannya kepada semua umat Katolik, khususnya kaum muda agar hidup kita tidak hanya mencari kesenangan hanya sifatnya sementara saja, melainkan juga harus hidup untuk mencapai kekekalan suatu saat nanti seperti yang diminta Yesus dalam Injil.
walaupun saya mengikuti perayaan misa beatifikasi calo acutis hanya melalui live streaming, kesakralan upacara dalam perayaan juga dapat saya rasakan. Sebagai bahan permenungan selama misa berlangsung, saya merasa sudah begitu lama melewati kehidupan ini dengan kesia-siaan, dalam arti tanpa ada salah satu karya yang saya lakukan bisa menyenangkan hati Tuhan dan sesama, jika dibandingkan dengan Beato Carlo acutis yang walaupun hidupnya hanya sampai pada usianya 15 tahun, namun Ia telah melakukan begitu banyak karya yang sangat baik yang mampu menyenangkan hati Tuhan, Gereja dan seluruh umat Katolik di mana kita semua boleh hidup meneladaniNya.
Mungkinkah mungkinkah di antara teman-teman juga merenungkan hal yang sama seperti yang saya renungkan? Jika ya ya saya pikir kita semua belum terlambat untuk hidup lebih baik.
 Jadi di sebagai akhir dari tulisan saya ini, saya mengajak teman-teman semua terutama untuk OMK dimanapun kalian berada, marilah kita hidup meneladani Beato Carlo Acutis yang dekat dengan Tuhan Yesus melalui sakramen ekaristi, sering berdevosi dengan bunda Maria dan di era 4.0 ini, kita boleh menggunakan teknologi dengan bijak. Tidak untuk menyebarkan kebencian melainnkan kita dapat memanfaatkan teknologi ini untuk mewartakan hal-hal yang baik kepada semua orang selain kegunaan teknologi informasi untuk mempermudah pekerjaan manusia .
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H