Wajah-wajah simpang siur
Seolah dekat tapi tak kukenal
Satu dua, tatapannya kabur
Entahlah, mereka masih tak kukenal
Sang Berbaju Putih berbicara padaku
Apakah sakit?
Aku menggeleng
Apakah pusing?
Aku menggeleng
Apakah mual?
Aku menggeleng
Kenapa tak ditanyakannya tentang muak?
Jadi sekali saja aku mengangguk
Perempuan berkemben biru di ujung tempat tidurku
Tersenyum lega lalu duduk di sebelah lelaki muda
Sang Berbaju Putih bilang dia Ibu dari segala ibu
Tak melahirkanku, tapi sayang padaku
Lelaki muda itu, kata Sang Berbaju Putih, adikku?
Duh, tolongÂ
Aku sesak dengan semua perhatian itu
Semua cinta di ruangan ini, layakkah aku?
Benarkah aku yang dicari?
Benarkah aku yang dirindukan?
Aku siapa?
Kugerakkan kepala memandang berkeliling ruangan
Siapa tahu ada kamera seperti acara di televisi
Nihil!
Tunggu, acara televisi mana?
Aku menonton dimana?
Kujambak rambutku yang tak bersalah
Mohon maaf Ibu, Bapak! Sang Berbaju Putih berkata
Pasien butuh istirahat, mari ikut saya
Mereka pergi
Aku sendiri
Ya, lebih baik begini
Walau sepi
Tenang sekali
Aku berbaring lalu menguap berkali
Pintu terbuka lagi
Laki-laki muda itu lagi
Dia pikir aku tidur
Dia duduk di sebelah kanan atau kiri?
Tak tahu aku
Dia menangis?
Suaranya tersedak
Dosaku, Gendari
Kala matamu celik
Kau memilih lupakan dirimu sendiri
Layakkah aku kau ampuni?
Aku, Gendari?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H