Sore itu Sabtu
Aku dipanggil Ibu
Sepeda dituntun mataku terpaku
Lagi-lagi latihan itu
Meringis serta merta aku
Dengkulku masih kaku
Luka semalam belum sembuh
Sekarang harus kembali naik benda itu?
Ibu
Ijinkan aku sedikit mengaduh
Hanya melihat benda itu
Jantungku berdetak gaduh
Teringat kemarin aku jatuh
Semak dan aspal menghantam dengkul dan siku
Perih, darah pun mengucur
Ibu
Kau juga tahu
Ibu yang belai dan balut
Ibu yang hibur dan peluk
Aku masih takut
Sungguh!
Ah, Â Ibu
Hari ini kau terlihat tak mau tahu
Dingin dan kejam tatap matamu
Aku tak punya anak pengecut, katamu
Itu sepeda kau dorong keluar pintu
Lalu kau seret aku juga ke situ
Bawa dan kendarai, jangan berani pulang kau tuntun
Selamanya Ibu tutup pintu
Lupakan saja Ibu
Ibu
Air mataku jatuh
Ibu sayangkah padaku?
Ini sepeda menyusahkan selalu
Kesal aku
Aku sayangkan Ibu
Takut aku
Kalau Ibu tak bukakan pintu
Mau jadi apa aku?
Kuraih sepeda itu
Kudorong dan pergi kutuntun
Kemana yang lapang tujuanku
Berkendara sepeda biarlah terus terjatuh
Sampai sepeda takluk
Dan aku tak lagi jatuh
Peduli setan air hujan yang deras turun
Sore itu Sabtu
Aku dipanggil Ibu
Ibu bawa payung juga handuk
Kukendarai sepeda menuju Ibu
Ternyata Ibu tak tunggu di balik pintu
Ibu turut ke tujuanku
Tepat di belakang punggungku
Sore berikutnya Minggu
Aku dimarahi Ibu
Bermain sepeda sampai lupa waktu
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI