Yang sangat menggelikan adalah saat teman saya yang tinggal di Papua Barat selama 5 bulan bercerita sekembalinya dari sana. Dia bercerita kalau orang-orang di Papua Barat itu sudah membangun rumah batu dengan dalih itu bantuan dari Pemerintah, jadi terima saja dan kita bangun rumah batu supaya kita jadi maju, jadi beradab.Â
Padahal dengan kondisi Papua yang sangat kaya mineral menjadikan matahari seolah ada dua di siang hari, sehingga panas dan gerah terasa dengan sangat disana. Jadilah mereka tetap membangun rumah panggung di belakang rumah batu "bantuan Pemerintah". Siang hari mereka berdiam di rumah belakang, saat malam menjelang kalau mereka mau baru mereka berpindah ke rumah batu yang di depan.
Betul, bahwa masih banyak hal yang perlu dibenahi dari rumah adat asli Indonesia. Mulai dari sanitasi, ventilasi maupun aspek kesehatan lainnya. Namun apakah pemerataan konsep kesejahteraan menjadi solusi?
Peribahasa "dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung" apakah benar-benar telah menjadi bahan bercandaan semata?
Semoga nanti aku bisa membangun rumah untukku yang sesuai dengan bumi tempat rumah itu berada.
Kan katanya semua itu harus dimulai dari diri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H