Mohon tunggu...
Bonifasius Merkel
Bonifasius Merkel Mohon Tunggu... Ilustrator - saya suka gambar, bukan nulis

lebih mending disuruh nulis dari pada gambar

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dikuasai Waktu Istirahat

9 Mei 2022   11:41 Diperbarui: 11 Mei 2022   17:41 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam masa perkembangan, belajar menjadi fokus utamannya, karena di sanalah seorang anak akan memperoleh bekal yang membuatnya semakin mendekati kata mampu dalam menghadapi dunia yang akan ia hadapi di masa depan. 

Jadi, memang wajar jika belajar menjadi kebutuhan bagi setiap anak, namun belajar tidak memenuhi salah satu aspek yang justru menjadi tujuan bagi banyak orang, yaitu kesenangan pribadi. 

Bagaikan sebuah mesin yang akan panas jika digunakan terus menerus. Seseorang juga akan merasa tertekan ketika sisi kesenangannya tersebut tidak terpenuhi, dan karena hal inilah diperlukannya waktu istirahat bagi setiap orang.

 Dalam kasus belajar, waktu istirahat juga diperlukan bagi seorang anak untuk membuatnya terhindar dari perasaan tertekan itu sendiri. Istirahat juga membuat seseorang dapat bertahan dalam rutinitasnya. Namun, diperlukan tembok yang jelas antara belajar dan istirahat, sehingga tahu kapan harus belajar, serta porsi istirahat yang dibutuhkan. 

Tembok yang kurang jelas inilah yang menjadi permasalahan bagi banyak anak. Porsi istirahat yang berlebih serta kebutuhan belajar yang kurang dipenuhi menjadi wujud nyata dari permasalahannya. 

Anak seringkali lebih memiliki niat yang besar untuk memenuhi kesenangan pribadinya, sehingga rela melewati tembok yang justru menjadi batasan tersebut demi mencapai apa yang ia inginkan. 

Lebih buruknya lagi, sikap yang melewati batasan tembok ini memberikan kebiasaan-kebiasaan buruk kepada seseorang, terlebih seorang anak yang masih dalam tahap mencari jati dirinya sehingga mudah terpengaruh. 

Kebiasaan tersebut berakar pada rasa ingin memenuhi kesenangan diri itu sendiri, sehingga menciptakan kebiasaan malas, serba instan, menolak untuk berusaha, dan lainnya. inilah yang membuat seorang anak berpotensi gagal dalam menjadi pribadi yang baik. 

Lalu bagaimana cara menghindari terciptanya kebiasaan-kebiasaan buruk yang menghalangi seseorang untuk menemukan pribadi yang baik tersebut? modal utama yang diperlukan adalah niat dan tujuan dari diri sendiri. Jika memang sudah terpikirkan bagaimana hidup akan dijalani nantinya, tanpa niat pikiran tersebut hanya akan menjadi omong kosong belaka. 

Tujuan juga berperan penting dalam tetap mengarahkan kemana kita akan menuju, seperti seorang pengendara motor yang memiliki lokasi tujuan. Tujuan jugalah yang menjaga seseorang untuk tetap berada di jalurnya. Dalam kasus belajar, tujuan akan sangat penting bagi seorang anak. Tidak harus tujuan besar seperti cita-cita dan arah hidup, misalnya seperti lulus di ujian, semakin berkembang pada mata pelajaran yang dirasa menjadi kelemahan, mempertahankan prestasi, dan banyak lainnya. -Merkel

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun