Mohon tunggu...
Bonifasius Merkel
Bonifasius Merkel Mohon Tunggu... Ilustrator - saya suka gambar, bukan nulis

lebih mending disuruh nulis dari pada gambar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Omongan Itu Doa

4 April 2022   11:44 Diperbarui: 4 April 2022   11:58 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Sejak kapan?”, tanyaku kepada wali kelas dengan nada yang agak berteriak.

Ternyata kejadian tersebut dilihat oleh Puteri yang datang menghampir. Tak mempedulikan para orang tua murid di sekitar, secepat kilat lantas aku menghampiri anakku sambil bertanya dengan suara yang menggelegar.

“Kenapa kamu gak kasih tau Papa, kalo kamu juara tingkat provinsi?”

“Juara apaan Pah? Oalah, berkali-kali Puteri udah kasih tau Papa.”

Wajahku membeku karena terlalu banyak berpikir, dan sesuatu terlintas di benakku. Ternyata perkataanku kemarin benar-benar menjadi sebuah doa yang terkabulkan. Aku mengatakan “Puteri Papa yang Pinter” kemarin, dan kini Puteri benar-benar jadi pelajar yang pintar. Lalu bagaimana dengan ucapanku kemarin mengenai kematianku sendiri?

Setelah sampai di Rumah, kuputuskan untuk tidak keluar-keluar karena takut akan terjadi apa-apa yang menyebabkan kematianku. Apakah aku akan mati karena kelaparan? Pertanyaanku tersebut menyebabkan berdus-dus mie instan dan bergalon-galon air minum kubeli untuk berjaga-jaga. Apakah aku akan mati karena sebuah penyakit yang bisa datang kapan saja? Baju perlengkapan APD dan masker kustok dan langsung kupakai tanpa berpikir panjang. Atau apakah aku akan mati karena bencana alam yang tak terduga?

“Tuhan, aku masih ingin hidup lebih lama lagi, kumohon!”

“Pah, ada apa kok teriak-teriak sendiri di rumah? Ada rentenir po?”, tanya Istriku yang sedang menatapku dengan wajah penuh keheranan.

“Bunda, maafin Papa ya karena sering buat masalah sama Bunda.”

“Lho, emang kenapa pah?”, jawabnya.

“Omongan Papa bener-bener jadi kenyataan, Bun!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun