Mohon tunggu...
Meri Yanti
Meri Yanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

✨ 𝔹𝕚𝕠𝕥𝕖𝕔𝕙𝕟𝕠𝕝𝕠𝕘𝕪 '𝟚𝟙 ✨ || 😎𝙁𝙖𝙘𝙪𝙡𝙩𝙮 𝙤𝙛 𝙏𝙚𝙘𝙝𝙣𝙤𝙗𝙞𝙤𝙡𝙤𝙜𝙮😎 || 🌞𝖀𝖓𝖎𝖛𝖊𝖗𝖘𝖎𝖙𝖆𝖘 𝕶𝖆𝖙𝖔𝖑𝖎𝖐 𝕬𝖙𝖒𝖆 𝕵𝖆𝖞𝖆🌞

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kurkumin, Si Tabib Mungil Penyelamat Ginjal!

19 November 2022   04:13 Diperbarui: 19 November 2022   04:20 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1  Skema efek penyakit ginjal kronis terhadap pembentukan aterosklerosis (Sundaraman & Sudhir 2011).

  • Apa itu Penyakit Ginjal Kronis?

Penyakit ginjal kronis merupakan penyakit yang mengancam 8-16% populasi di dunia, dimana fungsi kerja ginjal menurun akibat adanya kerusakan pada organ ginjal yang mana bisa menyebabkan komplikasi seperti penyakit kardiovaskular dan gagal ginjal yang berakhir kematian (Chen et al. 2019). 

Penyakit ginjal kronis bisa berdampak ke kardiovaskular karena penurunan kerja ginjal dalam menyaring senyawa dalam darah dapat meningkatkan tekanan darah dan inflamasi yang menyebabkan meningkatnya pembentukan aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah yang akan berujung pada serangan jantung dan penyakit kardiovaskular lainnya (Sagita & Setiawan 2018).

Karena hal ini, penderita ginjal kronis seringkali diberikan menu diet untuk memperlambat proses kerusakan pada ginjal. Salah satunya adalah hubungan antara bakteri pencernaan dengan penyakit ginjal kronis. Hal ini karena, beberapa hasil metabolit dari bakteri yang ada di pencernaan kita termasuk hasil fermentasinya dapat meningkatkan jumlah protein dan kolina pada darah. Sehingga dapat mempengaruhi seberapa berat kerja ginjal dalam menyaring zat sisa metabolisme tersebut. Semakin banyak zat yang tersisa pada darah maka akan semakin tinggi resiko terjadinya inflamasi dan stress oksidatif pada tubuh (Pivari et al. 2022).

Salah satu alasan mengapa perlu dilakukan pengendalian komposisi mikroba pencernaan adalah proses 'inflammaging' yang merupakan inflamasi sistemik disebabkan oleh penuaan dan seringkali lebih cepat bergantung pada kondisi kesehatan tubuh (Nurmahliati et al. 2020). Hal inilah yang mencetuskan pemberian suplemen neutrasetikal dapat mengontrol komposisi bakteri pencernaan agar dapat mengurangi zat yang menyebabkan inflamasi sistemik dan stress oksidatif secara tidak langsung dan untuk jangka panjang diharapkan memberi dampak positif untuk kesehatan ginjal (Pivari et al. 2022).

  • Apa itu Kurkumin (Meriva)?

Salah satu zat yang nutrasetikal yang akan dipakai adalah senyawa aktif kurkumin yang biasanya ditemukan pada kunyit. Hal ini karena manfaat dari kurkumin yang terbukti memiliki sifat anti-inflamasi sistemik yang telah dibuktikan di berbagai penelitian bahwa kurkumin meningkatkan jumlah alkali fosfatase dan tight junction protein yang dapat memperbaiki kemampuan usus dalam penyerapan senyawa ke dalam sirkulasi darah, sehingga mampu menekan inflamasi sistemik pada darah (Ghosh et al. 2012).

Diantara seluruh kurkumin formulasi, yang dipakai adalah kurkumin Meriva yang merupakan kurkumin yang telah diformulasi dan dengan fosfolipid dan terbukti dapat diserap lebih baik dalam tubuh dibandingkan kurkumin murni ketika diberikan sebagai suplemen. Indikator yang bisa diukur untuk mengetahui keefektifan kurkumin Meriva adalah jumlah albuminuria dan stres oksidatif pada pasien (Cuomo et al. 2011).

  • Efek Terhadap Penderita Penyakit Ginjal Kronis 

Untuk mengetahui potensi manfaat dari kurkumin Meriva untuk menghambat penyakit ginjal kronis, dilakukanlah riset dengan mengambil pasien dari Nephrology and Dialysis Unit of the Azienda Socio-Sanitaria (A.S.S.T.) Santi Paolo and Carlo. Hal yang diteliti adalah bagaimana hubungan antara nutrisi, inflamasi, dan status antioksidan berdasarkan data dengan komposisi bakteri pencernaan, serta dampak yang dihasilkan terhadap kondisi ginjal pasien dibandingkan dengan banyaknya kurkumin yang dikonsumsi dalam kurun waktu 3 - 6 bulan.

  • Hasil Data

3.1  Efek Meriva terhadap fat mass, fat-free mass, dan BMI.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan secara bertahap selama 6 bulan, terlihat penurunan yang cukup signifikan terhadap persentase fat mass (FM) sedangkan pada fat free mass (FFM) terjadi peningkatan selama 3 bulan pertama, setelahnya tidak terjadi peningkatan yang begitu signifikan. Kemudian, pada nilai body mass index (BMI) tidak terjadi perubahan yang cukup signifikan (Pivari et al. 2022).

Gambar 2  Grafik pengaruh Meriva  terhadap fat mass, fat-free mass, dan BMI (Pivari et al. 2022).
Gambar 2  Grafik pengaruh Meriva  terhadap fat mass, fat-free mass, dan BMI (Pivari et al. 2022).

3.2  Nutrisi 

Pemasukan nutrisi dianalisis pada waktu T0 (sebelum), T1 (3 bulan), dan T2 (6 bulan) juga dibandingkan dengan kebiasaan makan yang telah dilaporkan oleh grup kontrol. Hasil menunjukan penurunan yang signifikan dalam asupan energi harian selama 3 bulan pertama. Awalnya, terlihat pasien PGK (Penyakit Ginjal Kronis) mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat daripada populasi kontrol. Dengan penambahan suplemen kurkumin ini terjadi penurunan secara signifikan pada jumlah total karbohidrat ini setelah tiga - enam bulan dari pemberian suplemen kurkumin.

Secara khusus, pengurangan secara signifikan pada asupan pati selama 6 bulan dan penurunan karbohidrat terlarut selama seluruh semester. Kemudian, terjadi juga penurunan konsumsi protein total yang signifikan pada 3 bulan pertama dan penurunan konsumsi protein nabati setelah 3 dan 6 bulan.

Pada lipid tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Selain itu, jumlah asupan serat total menurun secara signifikan pada waktu T1 serta terdapat penurunan konsumsi fosfor dan kalium setelah 3 bulan dari data asupan mikronutrien utama, secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan asupan grup kontrol (Pivari et al. 2022).

3.3  Inflamasi pada Penderita Penyakit Gangguan Ginjal

Dalam jangka waktu selama 6 bulan, pasien dengan PGK mengalami perubahan secara signifikan dalam 3 bulan pertama, terjadi penurunan monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1/CCL2) yang dapat membantu dalam mengatur migrasi serta infiltrasi pada monosit/ makrofag (Deshmane et al. 2009). Kemudian, dalam 3 bulan setelahnya tidak terjadi perubahan yang signifikan (Pivari et al. 2022).

3.4  Peroksidasi Lipid

Dalam 3 bulan pertama, terjadi penurunan yang signifikan dalam penurunan yang signifikan pada kadar plasma TBARS (Indikator peroksida lipid) pasien PGK dilengkapi dengan fitosom kurkumin. penurunan TBARS lebih lanjut diamati setelah 6 bulan. (Pivari et al. 2022).

3.5  Uremia

Uremic toxins merupakan senyawa yang dapat mengakumulasi cairan dalam tubuh sehingga mengakibatkan penyakit gangguan ginjal (Glassock et al. 2022). Indoxyl sulfate dan p-cresyl sulfate merupakan senyawa yang seringkali mengakibatkan PGK. Dalam pemberian suplemen kurkumin bertahap selama 3 dan 6 bulan, didapatkan perubahan yang kurang signifikan terhadap pengurangan konsentrasi pada uremic toxins (Pivari et al. 2022).

3.6 Analisis Mikroba dalam usus

3.6.1 Bacterial Biodiversity in the Dataset

Dalam melihat perubahan yang dapat terjadi, dilakukan perbandingan keanekaragaman hayati mikrobiota usus kelompok kontrol dengan PGK, sebelum dan sesudah suplementasi kurkumin. Berdasarkan keanekaragamannya, pada saat sebelum pemberian suplemen terlihat bahwa keanekaragaman bakteri lebih tinggi daripada kontrol. Akan tetapi, terjadi penurunan tepat setelah diberikan penambahan kurkumin Meriva sehingga memberikan hasil yang mendekati dengan kontrol (Pivari et al. 2022).

3.6.2 Perbandingan dengan healthy subjects

Dalam melihat perubahan pada usus yang spesifik, dilakukan perbandingan antara subjek yang sehat dengan pasien PGK dengan fokus pada komposisi dari bagian usus sebelum konsumsi. Sebelum konsumsi, terlihat pada famili Lactoridaceae  dan Bacteroides yang cukup sedikit pada pasien PGK serta terdapat lachnoclostridium spp. dan Escherichia-Shigella. Setelah diberikan suplemen Meriva dan dibandingkan datanya terlihat terjadi penurunan pada Verrucomicrobia. Kemudian, pada famili Enterobacteriaceae seperti Enterobacter dan Escherichia-Shigella terjadi penurunan yang sangat signifikan. Namun, pada Lachnoclostridium terjadi kenaikan yang cukup signifikan (Pivari et al. 2022).

3.6.3 Korelasi antara mikrobiota usus dan parameter klinis

Pada analisis yang telah dilakukan, pemberian kurkumin mampu memberikan pengaruh terhadap perubahan mikrobiota usus dalam parameter klinis. Dalam jangka waktu panjang konsumsi, terlihat efektifitas bakteri enterobacteriaceae spp. mampu menghambat indoxyl sulfate yang merupakan salah satu senyawa dari uremic toxin (Pivari et al. 2022).

  • Kesimpulan 

Senyawa kurkumin Meriva yang telah diformulasi menjadi curcumine phytosome memberikan dampak yang menjanjikan untuk menangani penderita gagal ginjal kronis. Melalui penelitian yang telah dilakukan, terbukti adanya kemajuan secara positif, akibat dari penurunan bakteri Escerichia-Shigella dan peningkatan bakteri Lachnoclostridium yang membuat adanya penurunan plasma yang berpotensi menjadi agen terjadinya inflamasi sistemik seperti MCP-1, IFN-, dan IL-4 serta penurunan tingkat peroksidasi lipid.

Hal ini membuat kondisi ginjal pasien berangsur angsur membaik dan resiko komplikasi kardiovaskularnya menurun. Selain terbukti bermanfaat, kurkumin formulasi ini juga tidak menunjukkan efek samping setelah digunakan dalam jangka panjang yaitu dalam kurun waktu 3-6 bulan sehingga bisa dikatakan bahwa ada hubungan antara bakteri dalam pencernaan dengan fungsi kerja ginjal dari penderita gagal ginjal kronis. Hal ini bisa diredakan dan dijaga proses perusakannya dengan konsumsi neutrasetika, salah satunya kurkumin merk Meriva yang telah dibuktikan memberi dampak yang positif terhadap penderita penyakit ginjal kronis.

  • Referensi

Chen TK, Knicely DH, Grams ME. 2019. Chronic kidney disease diagnosis and management: A review: A review. JAMA. 322(13):1294--1304.

Cuomo J, Appendino G, Dern AS, Schneider E, McKinnon TP, Brown MJ, Togni S, Dixon BM. 2011. Comparative absorption of a standardized curcuminoid mixture and its lecithin formulation. J Nat Prod. 74(4): 664--669. doi:10.1021/np1007262.

Deshmane SL, Kremley S, Amini S, Sawaya BE. 2009. Monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1): An overview. 29(6): 313-326.

Ghosh SS, Krieg R, Massey HD, Sica DA, Fakhry I, Ghosh S, Gehr TWB. 2012. Curcumin and enalapril ameliorate renal failure by antagonizing inflammation in 5/6 nephrectomized rats: role of phospholipase and cyclooxygenase. Am J Physiol Renal Physiol. 302(4): 439-454. doi:10.1152/ajprenal.00356.2010.

Glassock RJ, Massry SG. 2021. Nutritional Management of Renal Disease. Ed ke-4. English (Ang): Elsevier.

Nurmahliati H. Widodo F. Puspita OE. 2020. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Lesitin Kedelai dan Asam Kolat pada Karakterisitk Transfersom Pterostilben. Pharmaceutical Journal of Indonesia. 5(2): 109 - 115.

Pivari F, Mingione A, Piazzini G, Ceccarani C, Ottaviano E, Brasacchio C, Dei Cas M, Vischi M, Cozzolino MG, Fogagnolo P, et al. 2022. Curcumin supplementation (Meriva) modulates inflammation, lipid peroxidation and gut Microbiota composition in chronic kidney disease. Nutrients. 14(1):231. doi:10.3390/nu14010231.

Sagita TC, Setiawan AA. 2018. HUBUNGAN DERAJAT KEPARAHAN GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER. Jurnal Kedokteran Diponegoro. 7(2): 472-484.

Sundararaman S, Sudhir VS. 2011. Novel inflammatory mechanisms of accelerated atherosclerosis in kidney disease. Kidney International. 80(5): 453-463. DOI: 10.1038/ki.2011.178.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun