Pemberlakuan seragam sekolah menurut saya sudah cukup baik adanya, menjadi salah satu pertanda bahwa sekolah tersebut memiliki keteraturan. Dengan fungsi utama pada umumnya, pemakaian seragam sekolah diharapkan mampu mengurangi kesenjangan sosial antarsiswa.
Sebab sebagian besar lembaga pendidikan formal yang tersebar di Indonesia isinya adalah sekolah yang heterogen, baik siswa-siswinya maupun gurunya itu sendiri. Bahkan tidak jarang guru-guru di sekolah juga mengenakan seragam seperti halnya anak-anak didiknya.Â
Namun, ada hal yang perlu dikritisi terkait dengan polemik seragam sekolah ini yaitu kuantitasnya. Seragam yang kita ketahui paling umum itu baju putih merah untuk tingkat SD/MI, putih dongker untuk SMP/MTs dan putih abu-abu untuk siswa-siswi tingkat SMA/SMK/MA. Baik sekolah negeri maupun swasta tidak ada bedanya.Â
Kemudian, seiring bergulirnya waktu ketambahan seragam olahraga dan pramuka. Ini juga sudah umum dikenakan di berbagai daerah se-Indonesia saat ini.Â
Tetapi, tahukah kamu ada beberapa daerah yang sekolahnya memberlakukan aturan seragam sebanyak 6 pasang baju dalam sepekan. Ya, setiap hari ganti baju seragam.Â
Tak perlu jauh-jauh, itulah sekolah saya tingkat SMA yang ada di Provinsi Riau. Begini saya jabarkan seragam sekolah apa saja berikut hari pemakaiannya.Â
1. Seragam putih abu-abu dikenakan pada Hari Senin
2. Seragam biru dongker (ikonik sekolah) dikenakan pada Hari Selasa
3. Seragam Batik Riau dikenakan pada Hari Rabu
4. Seragam pramuka dikenakan pada Hari Kamis
5. Seragam baju kurung Melayu dikenakan pada Hari Jumat
6. Seragam olahraga dikenakan pada Hari Sabtu (sebelum fullday school)Â
Sudah keseluruhannyakah? Tentu saja belum. Di awal-awal masuk sekolah ada juga diberikan yang namanya baju MOS (Masa Orientasi Sekolah).Â
Kemudian, jika siswa-siswi mengikuti ekstrakurikuler seperti PMR (Palang Merah Remaja), olahraga (basket, voli, sepak bola, dan lain sebagainya) juga mengenakan seragam khusus tersendiri.Â
Bayangkan saudara-saudara betapa banyaknya seragam yang mesti dikoleksi di sekolah kami. Hal ini pula yang cukup membuat uang pangkal sekolah menjadi bengkak di awal pendaftaran. Sejujurnya tentu saja memberatkan, bukan?Â
Jikapun diberlakukan aturan tidak mengenakan seragam lagi, rasanya tidak ideal saja untuk anak sekolah. Seperti pernyataan saya di awal tulisan ini, pemberlakuan seragam sekolah sudah cukup baik adanya hanya saja kuantitasnya yang perlu dikurangi menurut saya. Tentunya hal ini tidak akan mengurangi keefektifan kegiatan belajar mengajar di sekolah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H