Mohon tunggu...
Merie Rachmat
Merie Rachmat Mohon Tunggu... -

Seorang istri,ibu dua anak. Bekerja dan tinggal di Bandung,Jawa Barat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jangan malu anakku,ibumu bukan pecandu

6 Desember 2013   08:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:15 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Dede gak mau sekolah dianter ibu,sama ayah aja" rengek anakku dipagi itu. Aku hanya bisa diam. Entah harus dengan bahasa apa aku menjelaskan padanya,anakku yang berusia 5tahun itu,bahwa ayahnya entah kapan pulangnya. Bahwasanya dimilikinya hanya aku,ibu nya.

Setelah debat panjang akhirnya mu juga dia kuantar sekolah,walaupun tampangnya kusut karna terpaksa. Anakku,bersabarlah,sesungguhnya Alloh bersama orang orang yang sabar.

Kejadian berulang terus terjadi,hampir setiap hari. Kusangka awalnya karna dia rindu pada sosok lelaki yang dipanggilnya ayah. Ternyata setelah ku tanya berkali-kali,jawabannya sungguh diluar annganku ; dia malu karna ibunya seorang buruh cuci..

Ya Tuhan.. anak sekecil itu tau arti malu??. Ada apa dengan mu nak?..Dengan terisak dia berkata,gak mau setiap hari dia diledek teman nya. Setiap hari dikatai ibu nya cuma si bibi tukang cuci,bukan dokter,pegawai,guru,seperti ibu mereka.

Aku hanya bisa diam,tak mampu menjelaskan pada nya hanya itu lah pekerjaan paruh waktu yang bisa ku dapat saat ini. Pekerjaan yang bisa ku lakukan dengan tidak meninggalkan kewajibanku sebagai ibu untukmu. Pekerjaan yang menopang kehidupan kita. Pekerjaan yang bisa membuatmu beli buku dan pensil. Pekerjaan yang mungkin hina untukmu,tp membuat ku sangat bangga,bisa mencukupi mu walaupun tak selayaknya,tanpa meminta pada yang lain.Tanpa mengesampingkan jatah bulanan dari bapakmu,yg cuma cukup bayar cicilan. 

Bersabarlah nak,sedang ku persiapkan masa depan mu,agar lebih baik dariku. Bantulah ibumu dengan do'a,bukan air mata. Yakinkanlah akulah ibu terbaik yang ada disisimu. Jangan selalu kau bandingkan dengan ayahmu yang seorang dosen berpendidikan tinggi tapi tak perduli keberadaan mu. Yang selalu sibuk mempersiapkan masa depan. Entah masa depan siapa,yang jelas bukan kita.

Semoga suatu saat nanti kau mengerti,semua ku lakukan hanya untukmu,bidadari ku. Kan ku buang jauh harga diriku,untuk apapun,asalkan kau bahagia. Sebab aku lah orang yang paling berbahagia,dengan anugerah Tuhan seperti mu. Do'aku selalu menyertaimu,dimanapun,kapanpun,bahkan saat tak kau inginkan aku. Bersabarlah selalu anakku...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun