Di sebuah kampung sekitar rumah, misalnya, terdapat 75 perajin sepatu dan sandal yang gulung tikar. Alhasil, pertambahan orang miskin baru (OMB) menaik pesat dengan segala imbas sosialnya.Â
Suaeb, pengemudi ojol, dan keluarga sejak awal Ramadan berbuka puasa seadanya: nasi putih, kerupuk, dan air putih. Sejak pagebluk menghantam bumi manusia awal 2020, dan pemberlakuan PSBB di Kabupaten Bogor, Suaeb mencari penumpang ojol ibarat mencari jarum dalam lautan.Â
Pesanan barang kelontong dan makanan tak seperti ojol di daerah pekotaan. Suaeb, yang juga Ketua RT, sejak Februari lalu kerap makan sekali sehari. Istrinya, seorang penjaja sayuran dan kelontong sudah dua bulan terseok-seok mencari pembeli. Modal kerja sering tak dapat kembali.
Bansos baru sekali terbagi di wilayah pemukiman mereka, Desa Sukaharja, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Ada sepetak tanah sebagai katup pengaman ekonomi, pun dipinjamkan kepada adik ipar yang juga morat-marit akibat pagebluk.
Adapun Lutfi, seorang koordinator pedagang asongan di Stasiun KRL Bogor, telah pontang-panting terimbas oleh pagebluk sejak 3 bulan lalu. Pada awal tahun, misalnya, untuk memperoleh omset Rp 200-300 ribu masih tergolong mudah. Kini, mencari Rp 50 ribu saja sulit.
Terkait PSBB, selaku koordinator ia kesulitan mengatur tabiat sebagian pedagang asal luar Kota Bogor, yang harus mencari uang lebih guna membayar kontrakan selama berjualan di Stasiun KRL Bogor. Penertiban oleh Tim Satgas Covid-19 Kota Bogor sering ditentang.
Lutfi mengeluhkan para pengutip iuran resmi dan tak resmi semakin aktif kala pagebluk. Selain iuran untuk Dinas Kota Bogor, ada pula oknum polisi dan tentara dan Ormas tertentu mengutip iuran "tak resmi".
Namun, sebaliknya tatkala untuk melancarkan pemberlakuan PSBB masa pandemi, sejumlah oknum polisi berbaik hati membelikan rokok dan makanan ringan.
Tim Satgas Covid-19 Kota Bogor membagikan sembako kepada para pedagang asalkan mereka tak berjualan pada malam hari untuk mengurangi penularan Covid-19.
Sebuah pertanyaan khas warga kota metropolitan, terutama yang bermukim di apartemen dan perumahan kota dibandingkan dengan perumahan di desa kaki Gunung Salak.
Alih-alih membeli CCTV untuk rumah dan perumahan atau menggaji satpam, para pengemudi ojol, Satpam dan penjaja di tepi gunung ini telah tertatih-tatih membayar cicilan motor, iuran air, dan sampah dan cicilan rumah murah bersubsidi BTN.
Potret buram ini memperlihatkan bahwa pagebluk ini telah menguak habis kelas-kelas sosial. Kelas sosial yang dapat bertahan adalah mereka yang masih mendapatkan gaji (swasta dan ASN), mereka yang masih memiliki tabungan dan asset lekas cair.
Adapun mereka yang mencari uang dari sektor informal telah dan akan tertatih-tatih untuk beberapa saat ke depan.
Di sebuah kampung sekitar rumah, misalnya, terdapat 75 perajin sepatu dan sandal yang gulung tikar. Alhasil, pertambahan orang miskin baru (OMB) menaik pesat dengan segala imbas sosialnya.
Indef dan sejumlah lembaga riset memperkirakan akan ada sekitar 40 juta orang miskin baru plus kaum papa sekitar 25 juta jiwa yang telah ada sebelum masa pagebluk. Maka, pasca pagebluk para OMB ini dapat mengalami gegar budaya baru lantaran korporasi digital, kelompok sosial berpunya dan melek digital mulai membicarakan kehidupan normal baru (new normal life), yakni melakukan kegiatan sehari-hari dengan cara baru, cara digital.
Sementara itu, puluhan juta OMB yang minim modal untuk sekadar membeli pulsa akan senyum kecut supaya dapat hidup sesuai dengan cara baru, cara ekonomi digital ini.Â
Para OMB ini bukan tak mungkin akan mengalami gegar budaya baru: disorientasi nilai dan kegalauan jiwa untuk beberapa saat. Dan ini akan berkelindan dengan peningkatan kasus kriminalitas dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Tak heran, dua hari lalu saya amat prihatin mendengar seorang tetangga, pengemudi ojol berusia 35 tahun, melakukan KDRT kepada sang isteri yang baru saja melahirkan anak mereka yang ketiga.
Dan dari kampung di Kalimantan saya mendapatkan kabar dari sanak saudara bahwa perhelatan upacara adat pasca panen padi berbagai puak Dayak -- dikenal sebagai Gawai Dayak -- Â ditiadakan guna mengurangi penularan Covid-19. Â Â
Semoga Sang Maha Kuasa memberikan kemudahan kepada umat manusia dalam menemukan vaksin Covid-19 dan rizki kepada para OMB.
Lembah Cijulang, 7 Mei 2020