Mohon tunggu...
Meri Hartati
Meri Hartati Mohon Tunggu... Guru - Apa yang kamu pikirkan sekarang akan terjadi dimasa depan , apa yang terjadi sekarang adalah buah pikiran masa lalu.

Guru di SD Negeri 243 Palembang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru sebagai Pemimpin Pembelajaran

13 April 2021   06:56 Diperbarui: 13 April 2021   06:58 1263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi guru sebagai pemimpin pembelajaran-olahan pribadi

Pandangan Ki hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka yaitu Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani yang diterjemahkan menjadi "di depan memberi teladan", "di tengah membangun motivasi", dan "di belakang memberikan dukungan". Filosofi tersebut hingga sekarang ini masih kontekstual  didalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran  kita sebagai guru harus menjadi tauladan bagi murid jadi keputusan yang kita ambil benar-benar dipikirkan  jadi ini sesuai dengan filosofi dari Ki Hajar Dewantara  "Ing Ngarso Sung Tulodo".

Berdasarkan paradigma, prinsip dan sembilan langkah pengambilan keputusan  mulai dari mengenali bahwa ada situasi yang bertentangan dengan situasi ini, menetukan siapa yang terlibat, kumpulkan fakta-fakta tentang situasi yang akan diambil keputusan, pengujian benar dan salah melalui uji legal, uji regulasi, uji instuisi, uji halaman depan koran , kemudian lakukan  prinsip penyelesaian dilema baik berfikir hasil akhir, berbasis peraturan dan berbasis rasa peduli, lakukan investasi opsi trilema yang mana kita  mencari opsi-opsi lain kemuadian membuat keputusan dan berikutnya refleksikan keputusannya tersebut.

Menjadi seorang guru dan tauladan bagi murid tentu kita harus menanamkan nilai-nilai mandiri dalam menjalan tugas dan peran sesuai tugas pokkok fungsi sebagai guru, reflektif terhadap semua hal, mengutamakan kolaborasi terhadap kepala sekolah , rekan sejawat dan murid, melakukan kegiatan inovatif dalam pembelajaran sehingga murid tidak bosan sehingga  menjadi guru yang dirindukan, serta melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid dengan menerapkan pembelajaran differensiasi baik konten, proses muapun produk unjuk kerja.

Kesadaran penuh (mindfulness) menurut Kabat - Zinn (dalam Hawkins, 2017, hal. 15) dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan (The awareness that arises when we pay attention, on purpose, in the present moment, with curiosity and kindness). Konsep kesadaran penuh yang guru lakukan dalam pembelajaran dapat meningkatkan stabilitas emosional seorang guru yang pada akhirnya akan total dalam menaruh perhatian terhadap kelas yang sedang diajarnya.

Kesadaran penuh (mindfulness) dapat dilatih dan ditumbuhkan melalui berbagai kegiatan. Artinya, kita dapat melatih kemampuan untuk memberikan perhatian yang berkualitas pada apa yang kita lakukan. Kegiatan-kegiatan seperti latihan menyadari nafas (mindful breathing); latihan bergerak sadar (mindful movement), yaitu bergerak yang disertai kesadaran tentang intensi dan tujuan gerakan; latihan berjalan sadar (mindful walking) dengan menyadari gerakan tubuh saat berjalan, dan berbagai kegiatan sehari-hari yang mengasah indera (sharpening the senses) dengan melibatkan mata, telinga, hidung, indera perasa, sensori di ujung jari, dan sensori peraba kita. Kegiatan-kegiatan di atas seperti bernapas dengan sadar, bergerak dengan sadar, berjalan dengan sadar dan menyadari seluruh tubuh dengan sadar dapat diawali dengan cara yang paling sederhana yaitu dengan menyadari nafas.

Menurut Hawkins (2017), latihan berkesadaran penuh (mindfulness) dapat membangun keterhubungan diri sendiri (self-awareness) dengan berbagai kompetensi emosi dan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, sebelum memberikan respon dalam sebuah situasi sosial yang menantang, kita berhenti, bernafas dengan sadar, mengamati pikiran, perasaan diri sendiri maupun orang lain, dan mengambil tindakan yang lebih responsif, bukan reaktif.

Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu 'menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. oleh sebab itu peran seorang coach (pendidik) adalah menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. 

Dalam proses coaching, murid diberi kebebasan namun pendidik sebagai 'pamong' dalam memberi tuntunan dan arahan agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang 'pamong' dapat memberikan 'tuntunan' melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya.

Dalam konteks pendidikan Indonesia saat ini, coaching menjadi salah satu proses 'menuntun' kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah. Coaching menjadi proses yang sangat penting dilakukan di sekolah terutama dengan diluncurkannya program merdeka belajar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. 

Program ini dapat membuat murid menjadi lebih merdeka dalam belajar untuk mengeksplorasi diri guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan potensinya. Harapannya, proses coaching dapat menjadi salah satu langkah tepat bagi guru untuk membantu murid mencapai tujuannya yaitu kemerdekaan dalam belajar.

Masih terkait dengan kemerdekaan belajar, proses coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif dalam dapat membuat murid melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam. Yang akhirnya, murid dapat menemukan potensi dan mengembangkannya.

Murid kita di sekolah tentunya memiliki potensi yang berbeda-beda dan menunggu untuk dikembangkan. Pengembangan potensi inilah yang menjadi tugas seorang guru. Apakah pengembangan diri anak ini cepat, perlahan-lahan atau bahkan berhenti adalah tanggung jawab seorang guru. Pengembangan diri anak dapat dimaksimalkan dengan proses coaching.

Coaching, sebagaimana telah dijelaskan pengertiannya dari awal memiliki peran yang sangat penting karena dapat digunakan untuk menggali potensi murid sekaligus mengembangkannya dengan berbagai strategi yang disepakati bersama. JIka proses coaching berhasil dengan baik, masalah-masalah pembelajaran atau masalah eksternal yang mengganggu proses pembelajaran dan dapat menurunkan potensi murid akan dapat diatasi.

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik yaitu mandiri, reflektif, kolaborasi, Inovatif dan berpihak pada murid, jadi keputusan yang diambil harus didasari atas nilia-nilai tersebut.

Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman tentunya harus disesuaikan dengan paradigma pengambilan keputusan yang terdiri dari :

  1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)
  2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
  3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
  4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Prinsip pengambilan keputusan dapat dibedakan menjadi tiga bagian yang terdiri dari :

  1. Berpikir berdasarkan hasil Akhir (End-Based Thinking) yaitu proses berpikir dalam pengambilan keputusan yang saya lakukan karena terbaik untuk kebanyakan orang.
  2. Berpikir berbasiskan peraturan (Rule-Based Thinking) yaitu proses berpikir dalam pengambilan keputusan berdasarkan prinsip atau aturan-aturan yang telah ditetapkan.
  3. Berpikir berbasiskan rasa perduli (Care-Based Thinking) Yaitu proses berpikir dalam memutuskan sesuatu dengan pemikiran apa yang anda harapkan orang lakukan terhadap anda.

Proses pengambilan keputusan menggunakan sembilan langkah yaitu :

  1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini
  2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.
  3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
  4. Pengujian benar atau salah dengan cara uji legal, uji regulasi/ standar profesional, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji panutan/idola.
  5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar yaitu individu lawan masyarakat (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
  6. Melakukan Prinsip Resolusi yaitu Berpikir berdasarkan hasil Akhir (End-Based Thinking), Berpikir berbasiskan peraturan (Rule-Based Thinking), Berpikir berbasiskan rasa perduli (Care-Based Thinking)
  7. Investigasi Opsi Trilema
  8. Buat Keputusan
  9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Dengan menerapkan sembilan langkah pengambilan keputusan tentunya seorang guru Sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat menjadi lebih bijaksana bisa menerapkan nilai-nilai dan peran seorang guru sehingga keputusan sulit bisa diatasi karena menurut  Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu 'menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya sesuai dengan Pandangan Ki hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka yaitu Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani yang diterjemahkan menjadi "di depan memberi teladan", "di tengah membangun motivasi", dan "di belakang memberikan dukungan".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun