JURNAL REFLEKSI MINGGU KE 8
Model 6: Reporting, responding, relating, reasoning, reconstructing (5R)
(Reporting)
Setelah masuk pada modul 1.4 khususnya mengenai “ Budaya Positif “ saya merasa semakin diperjelas tugas sebagai guru, apalagi merenungkan pernyataan ini “sekolah diibaratkan sebagai tanah tempat bercocok tanam sehingga guru harus mengusahakan sekolah jadi lingkungan yang menyenangkan, menjaga, dan melindungi murid dari hal-hal yang tidak baik. Dengan demikian, karakter murid tumbuh dengan baik. Guru diibaratkan sebagai petani yang menanam padi misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya.” Dengan demikian seorang penuntun haruslah pribadi yang sabar, santun, giat dan penuh semangat dalam mengupayakan tumbuhnya peserta didik.
(Responding)
Dengan demikian seorang penuntun haruslah pribadi yang sabar, santun, giat dan penuh semangat dalam mengupayakan tumbuhnya peserta didik. Perlu adanya budaya positif yang dibangun dalam menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan bahagia sehingga baik pendidik maupun peserta didik sama-sama merasakan suasana bahagia sesuai kodratnya.
(Relating)
Seringkali munculnya iklim berlajar yang negatif berasal dari kurang terpenuhinya kebutuhan dasar seseorang baik sebagai anggota keluarga, masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu budaya positif hendaknya dimulai dengan kesadaran untuk saling memberi dan menerima pemenuhan kebutuhan dasar pribadi. Sebagai contoh kita beberapa kali dikejutkan dengan terjadinya kekerasan yang dilakukan oleh peserta didik kepada guru ataupun sebaliknya, itu semua sesungguhnya karena masing-masing pribadi tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya yang berpuncak pada kekerasan fisik, bahkan mungkin juga kekerasan non fisik.
(Reasoning)
Pemahaman mengenai pentingnya membangun budaya positif harus diketahui oleh sekolah sebagai penyelenggara pendidikan, guru, siswa dan semua stakeholder sekolah. Sehingga upaya mewujudkan merdeka belajar bukanlah sebuah program semata namun merasuk kedalam jiwa dan rasa insan pendidik untuk mencapai profil pelajar pancasila sebagaimana diharapkan. Kerjasama menjadi sebuah keyakinan, bahkan kekuatan intrinsik dalam diri semua insan pendidikan adalah modal utama untuk mewujudkan keyakinan bahwa kemajuan pendidikan Indonesia bukan hanya berada ditangan perancang kurikulum namun merupakan tanggungjawab bangsa.
(Reconstructing)
Tidak menutup kemungkinan bahwa beberapa kejadian negatif yang dialami baik oleh guru maupun siswa bisa terjadi di kemudian hari. Sebagai antisipasi adalah biasakan menciptakan budaya positif dalam lingkungan belajar, saling memahami adalah hal yang tak terelakkan, sebagai guru engkau hanya penuntun, sebagai siswa jadikan penuntunmu sebagai bagian dari proses yang tak terpisahkan dalam pertumbuhan sesuai kodratmu.
Merdeka Belajar, Murid Bahagia
“Bergerak dengan hati pulihkan pendidikan”
Guru bergerak Indonesia maju
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H