Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakan Universitas Indonesia (DPPM UI), melalui Program Hibah Pengabdian Masyarakat tahun 2023, menyelenggarakan kegiatan psikoedukasi bebas stres dan cegah kekerasan seksual pada 50 siswa/i Sekolah Luar Biasa (SLB) Nusantara di Kota Depok, Jawa Barat pada Jumat, 15 Desember 2023 lalu.
Kegiatan psikoedukasi yang berjudul "Bermain Belajar Bersama Siswa/i SLB Nusantara Depok" tersebut dilakukan oleh Fakultas Psikologi UI Program Studi Magister Psikologi Terapan, dengan peserta siswa/i remaja yang memiliki beragam disabilitas di SLB Nusantara Depok. Acara ini bertujuan untuk mengedukasi siswa/i yang beranjak remaja untuk mengenali ciri emosi stres dan strategi mengatasinya serta batasan-batasan tubuh yang perlu diperhatikan untuk mencegah kekerasan seksual.
Kegiatan yang dipimpin oleh Prof. Farida Kurniawati, M.Sp.Ed.,Ph.D merupakan suatu edukasi yang penting dalam mengatasi kerentanan siswa/i berkebutuhan khusus terhadap kekerasan seksual. Hal ini juga seringkali timbul karena stres yang tidak dikelola dengan baik, sehingga mengalami kecenderungan terjebak dalam hubungan dunia maya yang memiliki risiko tinggi terhadap kekerasan seksual.
Psikoedukasi yang dilakukan dapat membantu siswa/i untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mereka dalam mengatasi stres dan mencegah kekerasan seksual. Kegitan ini juga merupakan langkah yang diambil sesuai dengan tema hari disabilitas internasional tahun 2023 oleh PBB yaitu, "United in action to rescue and achieve the SDGs for, with and by persons with disabilities". Selain itu, kegiatan ini juga mendukung UU nomor 19 tahun 2011 mengenai hak-hak penyandang disabilitas untuk mendapatkan kesetaraan, aksesibilitas, hidup, peningkatan kesadaran, dan bebas eksploitasi serta kekerasan.
Dalam sesi-sesi interaktif, Sunia Fauziah Azmi, S.Psi sebagai narasumber materi memberikan pembelajaran strategi praktis kepada siswa/i untuk mengatasi tekanan sehari-hari, mengidentifikasi sumber stres, serta membangun kemampuan adaptasi yang kuat. Lebih dari itu, para siswa/i juga dibimbing tentang bagaimana memahami dan mengkomunikasikan batasan pribadi, mengidentifikasi situasi berbahaya, serta cara melapor jika menghadapi ancaman kekerasan seksual. Para siswa/i juga terlihat senang dan terlibat aktif dalam sesi interaktif tanya jawab dan aktivitas mewarnai dalam kegiatan psikoedukasi ini.
Dalam sebuah komitmen yang mendalam terhadap hak-hak penyandang disabilitas, program ini dirancang untuk memberikan kesempatan yang setara bagi siswa/i disabilitas dalam mengakses pengetahuan dan keterampilan yang penting dalam menjalani kehidupan sehari-hari mereka terutama ketika mereka mengalami akses yang terbatas sebab berada di lingkungan sekolah jenis asrama.
Kehadiran psikoedukasi ini bukan hanya tentang memberikan informasi tetapi juga tentang membangun rasa percaya diri dan keamanan bagi siswa/i disabilitas. Langkah ini menjadi tonggak awal dalam mengubah paradigma perlindungan dan kesejahteraan siswa/i disabilitas di lingkungan sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H