Polri 2024 menjadi tamparan keras bagi mereka yang telah menaruh harapan besar untuk mengabdi pada tanah kelahirannya.Â
Langit Nusa Tenggara Timur (NTT) seolah meredup. Awan mendung menggelayut, menyelimuti hati ribuan pemuda-pemudi yang telah berjuang mati-matian demi selembar tiket menuju cita-cita. Pengumuman kelulusan seleksi BintaraBetapa tidak, daftar nama yang tertera didominasi oleh mereka yang berasal dari luar NTT. Mimpi NTT seakan terenggut, digantikan oleh rasa miris dan kecewa yang mendalam.
Nestapa Putra Daerah, Potret Buram Seleksi
Kemampuan dan dedikasi putra-putri NTT seakan terabaikan. Mereka yang telah berlatih keras, mengasah diri dengan tekun, dan berkorban demi mewujudkan impian menjadi Bintara Polri, harus menelan pil pahit kegagalan. Sementara itu, mereka yang berasal dari luar NTT, yang mungkin tak memiliki ikatan emosional dan pemahaman mendalam tentang budaya dan tantangan di NTT, justru berhasil meraih posisi yang didambakan.
Fenomena ini tentu menimbulkan pertanyaan besar tentang transparansi dan keadilan dalam proses seleksi. Apakah standar yang digunakan benar-benar objektif dan mengakomodasi potensi putra daerah? Apakah ada faktor-faktor non-teknis yang mempengaruhi hasil akhir? Pertanyaan-pertanyaan ini menggantung di udara, menuntut jawaban yang memuaskan dari pihak berwenang.
Mimpi yang Terkubur, Semangat yang Terkikis
Dampak dari situasi ini tidak hanya dirasakan oleh individu yang gagal lolos seleksi, tetapi juga oleh masyarakat NTT secara keseluruhan. Mimpi untuk melihat putra-putri daerah berkontribusi dalam menjaga keamanan dan ketertiban di tanah kelahirannya seakan terkubur dalam-dalam. Semangat generasi muda untuk mengabdi pada NTT pun terkikis, digantikan oleh rasa pesimistis dan apatis.
Padahal, NTT memiliki segudang potensi yang dapat dikembangkan. Pemuda-pemudi NTT dikenal tangguh, pekerja keras, dan memiliki semangat juang yang tinggi. Mereka adalah aset berharga yang seharusnya diberdayakan dan diberi kesempatan untuk berkontribusi bagi kemajuan daerah.
Mencari Solusi, Menuntut Keadilan
Situasi ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Perlu ada langkah konkret untuk mengatasi permasalahan ini dan memastikan bahwa proses seleksi Bintara Polri di NTT berjalan dengan adil dan transparan. Beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan antara lain:
Evaluasi Standar Seleksi: Standar seleksi perlu dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa standar tersebut relevan dengan kebutuhan dan tantangan di NTT. Selain itu, standar tersebut juga harus mengakomodasi potensi dan keunikan putra daerah.
Penguatan Pengawasan: Pengawasan terhadap proses seleksi perlu diperketat untuk mencegah terjadinya praktik-praktik kecurangan dan manipulasi.Â