Dodol, sawah dan stasiun.
Itulah gambaran dari desa kecil nan hangat di Bogor ini. Tetapi masih banyak cerita dibalik itu semua.Â
Desa Tenjo, Kampung Cipare berada di kabupaten bogor dan aksesnya tidak begitu sulit karena dapat menggunakan kereta arah rangkas bitung dan turun di stasiun tenjo. Dari Stasiun Tenjo, kita dapat berjalan ke arah kiri dan terlihatlah sebuah warung sebelah gapura. Itulah gerbang penyambutan Desa Tenjo.Â
Ketika masuk ke desa ini, warga dan anak-anak menyambut dengan ramah dan antusiasme mereka sangat terasa. Kegiatan mengajar kami mulai jam 2 siang tapi anak-anak sudah menunggu dari jam 12 siang. Sampai pernah karena kami ketinggalan kereta kami telah 30 menit sehingga anak-anak pun menelpon kita dan menanyakan kapan sampai.Â
Pada bulan agustus, kampus Universitas Pertamina mengadakan program pengembangan diri untuk mahasiswa mengabdi diri. Disana secara tidak sengaja, kakak kelas dan saya bermain tebak-tebakan dengan anak-anak desa ini dekat warung. Kami menanyakan cita-citanya dan banyak dari mereka bilang ingin menjadi pemain sepakbola.
Mirisnya walaupun akses desa ini tidak jauh dari desa, kepercayaan diri dan pemikiran mereka masih kurang. Â Namun antusiasme mereka dapat terasa dan mereka sangat menerima kedatangan kami. Kemudian tak lama kami dapat kesempatan untuk didanai oleh kampus untuk program pengabdian masyarakat di Tenjo. Lahirlah Laskar Mimpi Tenjo.
Pada hari atlet, diadakan lomba estafet dan senam bersama. Â Kami pun bagi kelompok dengan jumlah anak yang merata dan setiap harinya ada yang dapat mendapatkan bintang. Semangat literasi anak-anak pun sangat tinggi, mereka senang sekali mendengar dongeng dan membaca buku. Pojok baca yang kami buat pun disambut dengan antusias.
Secara umum, yang kami lakukan setiap hari adalah memberi materi singkat tentang profesi, menyanyikan lagu bersama dan meneladani sikap-sikap yang harus dimiliki untuk meraih mimpi tersebut. Sikap seperti pantang menyerah, berani dan kreatif.Â
Kekurangan bukanlah sebuah keterbatasan untuk bermimpi tinggi, kita semua berhak memiliki cita-cita. Di akhir, anak-anak memberikan penampilan bersama menyanyikan lagu untuk para bunda karena tanggal 22 Desember adalah hari ibu. Kemudian anak-anaknya memberikan secarik kertas berisi cita-citanya terhadapa anaknya.Â
Mutiara kecil ini memiliki senja dan pemandangan alam yang sangat indah. Serta anak-anak yang berpotensi. Ada anak yang bermimpi menjadi hafidz quran karena ingin membawa orang tuanya ke surga dan ada yang ingin menjadi dokter karena ingin menyembuhkan banyak orang.Â
Program ini tidak akan berhenti disini dan di tempat ini. Dimana pun dan kapan pun kalian berada, berbagilah kebaikan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H