Mohon tunggu...
Merahputih Memanggil
Merahputih Memanggil Mohon Tunggu... -

lahir dari keprihatinan terhadap beberapa anak bangsa yang kehilangan jatidiri nasionalisme. Terbuka, positip dan progresif. Nasionalis bukan rasis. Bukan anggota partai politik, bukan pegawai negri dan bukan politisi. Insinyur ITS Surabaya, Magister Ekonomi UI

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Merah Putih Memanggil

8 Maret 2015   18:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:59 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media sosial dan media massa telah merengkut anak - anak kita. Kita tidak mengenali lagi anak - anak kita. popularitas instan ala media sosial telah menjadi alasan mereka untuk mengabaikan nurma - nurma kesopanan. Trending topik menjadi pembenaran untuk melecehkan, menghina dan memfitnah seseorang secara kejam.

Itu semua dapat kita lihat dari trending topik Haji Lulung. Realitanya yang teriak - teriak tidak sopan sambil menunjuk jari saat mediasi adalah Ahok. UPS dibeli tahun 2004 saat DPRD periode ini belum ada, yang beli juga Ahok dan jajarannya. Entah bagaimana manipulasi di bantu media ini, Ahok bisa beropini seolah DPRD periode ini yang korup UPS tahun 2014. Dan masih banyak lagi.

Tetapi semua fakta itu dianggap angin lalu. Justru Haji Lunglung yang ditunjuk tunjuk tidak seopan di bully habis habisan di twitter. Perkara kesalahan penyebutan UPS dengan USB pun di blow up seolah hal yang penting melebihi subtansi APBD2015.

Tidak itu saja, yang lebih menyedihkan, Ibu Haji Lunglung yang tidak ada sangkut pautnya dikatakan menjadi batu. Sangat kejam, memfitnah sekaligus membunuh karakter.

Bahkan Kompas TV membelokkan fakta, kebesaran hati Abraham Lunggana memaafkan pencemoohnya. Dipotong menjadi berita haji Lunglung tidak tahu kalau disindir dan malah bangga menjadi terkenal. Jika media yang harusnya menjadi pencerah anak bangsa justru ikut ikutan menjadi media bully. Apa sebenarnya yang terjadi dengan kompas grup di dalamnya?

Walaupun saya bukan warga betawi, saya menangis melihat realita ini. Jika Haji Lunglung terbukti korupsi silahkan diproses, tetapi bukan dengan mengerahkan orang - orang bayaran untuk memfitnah dan membunuh di media sosial. Saat olok - olok itu menjadi trending topik dunia, harusnya bangsa ini malu bukan justru bangga. Bangsa ini telah memproklamirkan diri menjadi gerombolan pencemooh.

Tentu pihak lawan yang mengerahkan akun bayaran para pencemooh ini harusnya meminta maaf. Orang yang menuding2 di rapat mediasi itulah yang harus diragukan kebersihannya. Bagaimana anda menjelaskan Ahok Center yang memakai anggaran operasional Gubernur? Sudah lupakah mereka dengan relawan yang ambil untung di dana CSR? Sudah lupakah import busway yang melibatkan tim suksesnya, apakah benar kebetulan? Hanya orang bodoh yang masih percaya semua itu bukan sistematika korupsi yang terang benderang.

Jangan biarkan orang - orang itu mengadu domba kita. Para pengadu domba itu sejatinya tidak peduli dengan bangsa ini. Mereka hanya srigala berbulu domba, serba menipu. Adakah Ahok punya urgensi segera menyelesaikan polemik APBD ini walaupun kita tahu DPRD sudah banyak mengalah soal ini?

Setidaknya anda tahu jawabannya ketika Ahok menganggap enteng, serapan rendah APBD do 2013 dan 2014. Orang semacam ini apakah kita percaya dia benar benar peduli pembangunan di DKI, banjir dan macet. Fakta itu lebih dari cukup menjawab siapa sebenarnya Ahok.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun