Kenapa ini semua bisa terjadi? Tidak mungkin para pemangku kepentingan negeri ini tidak tau. Jadi silahkan disimpulkan sendiri.
Intinya, kalau kebocoran2 ini tidak dihentikan, maka selamanya dompet negara akan tetap tipis. Kalau dompet negara tipis, maka program dan proyek2 prestisius ibarat angan2 kosong karena tidak ada dananya. Bisa saja dipaksakan jalan, tapi dari hutang. Apa Indonesia harus terus menambah hutang. Makanya, sebelum bermimpi bikin ini bikin itu, betul kata PS, pastikan dulu uang-uang yang menjadi hak negara betul2 masuk ke kas negara. Bisa dibayangkan kalau pemerintah bisa menutup keran2 kebocoran diatas, maka kapasitas belanja pemerintah bisa naik 3x lipat.Â
Dengan kemampuan itu, negara punya keleluasaan melakukan pembangunan tanpa harus mengandalkan hutang ataupun investor. Amat miris bila program2 vital yang harusnya tanggung jawab negara, malah dikerjakan oleh investor. Sementara tidak ada satupun di dunia ini yang namanya investor kerja sosial, semua dalam rangka mencari keuntungan. Kalau investor untung, yang ujung-ujungnya ketiban rugi adalah rakyat. Bayar listrik harus mahal, bayar sekolah harus mahal, beli sembako harus mahal, mau bepergian harus mahal, mau sehat harus mahal dst dst. Menjadi mahal karena investor mengambil untung untuk dirinya, sekaligus untung buat policy maker yang memberi jalan bagi investor untuk menangani proyek2 vital.
Jadi kalau ada yang bilang mau menyediakan ini itu buat rakyat, sementara kondisi uang negara seperti saat ini, maka itu ibarat nafsu besar tenaga kurang. Ingin ini ingin itu tapi gak lihat kemampuan keuangan negara. Kalaupun semua itu terealisasi, maka dipastikan itu adalah berkat hutang atau investor. Disadari atau tidak, pola inilah yang terjadi sekarang. Sementara pemerintah tidak ada melakukan upaya menambah sumber2 pemasukan negara atau menutup kebocoran anggaran, investor malah diberi proyek2 vital yang menguasai hajat hidup rakyat banyak. Maka, buat seluruh rakyat di Indonesia, pesannya cuma satu:Â fasten your belt, apa2 akan semakin sulit.
***
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H