Mohon tunggu...
Merah Delima
Merah Delima Mohon Tunggu... -

Mengasah tulisan dengan ujung pena

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Duka Alam dan Ekonomi

11 Oktober 2014   02:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:31 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14129458041668876507





*

Kebutuhan manusia dikemas oleh keserakahan jangka pendek

telah merusak lingkungan ekosistem,

Semburan lumpur di Muaro Jambi,

kala kegiatan survei seismik bereksplorasi,

Sependeritaan tanah karst Maros yang ditambang,

Warisan prasejarah menarik perhatian dunia ,

pancang cikal bakal manusia purbakala tak dihargai,

Sesal itu datangnya selalu kemudian.

*

Guguran awan panas pun meruyak langit Sinabung...

*

Petani garam seharusnya bersuka cita,

Atas keringnya udara,

Hingga ladang garam melampaui surplus,

Apa lacur nilai tak laik di bawah harga patokan Pemerintah,

Buram pendapatan petani atas panen lebih dini.

*

Dini waktu juga ditawarkan,

Berupa pensiun awal pada perusahaan rokok ternama,

Padahal ia penyerap terbaik tenaga buruh,

Pun juga pemelihara cukai negara,

Apa daya..

Upah Minimum Regional yang terus merangkak naik,

Sigaret Kretek Tangan terkalahkan olahan produksi mesin,

Preferensi kaum perokok bergeser pada aroma lembut mutakhir.

*

Ingat,

Kejar pertumbuhan ekonomi,

Beralamat terciptanya lapangan kerja,

Yang mampu mengabsorpsi 2 juta tenaga usia produktif per tahunnya,

Bukan melulu urus inflasi.

*

Pembatasan uang plastik,

Tidak halangi transaksi konsumsi,

Gesek kartu di pusat-pusat perbelanjaan gemerlap,

Harus berbatas dengan pendapatan jangan silap,

Agar tak lebih besar pasak dari tiangnya.

*

Haram tindak ilegal pencucian uang di Batam,

Tersamar wahana transaksi valas nuansa hitam,

Marak pula selundupan BBM dan madat sabu,

Tak perlu lagi kenal kata malu.

*

Industri kertas sedikit galau,

Oligopoli atau dumping-kah?

Industri hulu atau hilirkah yang dilindungi?

Penyidikan independen KPPI untuk amankan pasar,

Bukti lonjakan impor Tiongkok, Korsel, dan lainnya

Meningkat tiap tahunnya,

Hingga 73.869 ton di tahun kemarin,

HS 4810.13.11.00 atau 4810.14.11.00 atau lainnya?

*

Catatan :

Dumping: sistem penjualan barang di pasaran luar negeri dl jumlah banyak dng harga yg rendah sekali (dng tujuan agar harga pembelian di dl negeri tidak diturunkan sehingga akhirnya dapat menguasai pasaran luar negeri dan dapat menguasai harga kembali) sumber

Sederhananya, harga barang yang diekspor dimurahkan, jauh lebih rendah daripada harga ‘asli’nya di negeri pengekspornya sendiri, bertujuan agar barang tersebut laku di negara pengimpornya, untuk selanjutnya bisa menciptakan ketergantungan pada produk impor tersebut.

KPPI : Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia

HS : Harmonized System

Ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun