Mohon tunggu...
Fransiskus Batlayeri
Fransiskus Batlayeri Mohon Tunggu... Lainnya - Batlayeri.jr

Seorang perantau yang lahir dan besar di mabilabol, komplek kecil di Tengah kota Oksibil, Pegunungan Bintang, Papua.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Taruhan Piala Dunia Qatar 2022 dan Harga Diri

7 Desember 2022   09:04 Diperbarui: 9 Desember 2022   07:48 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instagram@fifaworldcup.com

Prolog

Piala Dunia adalah pesta bola kaki dunia sejagat yang ditunggu-tunggu oleh para fans dari berbagai negara peserta bahkan di beberapa negara lain pun ikut turut dalam euforia yang digelar empat tahunan sekali ini. Tidak terlepas dari euforia itu ternyata di Papua khususnya di kota Jayapura warga juga turut memeriahkan pesta sepakbola dunia sejagat ini dengan 'nonton bareng' dan pawai bersama. Warga kota Jayapura terlihat begitu antusias menikmati pergelaran empat tahunan ini. Terbukti dari massa yang membludak saat pawai di jalan raya. Mereka ini adalah pendukung dari beberapa negara seperti Jerman, Argentina, Brasil, Belanda, Senegal, dan lain sebagainya. Fenomena ini mengingatkan kita semua bahwa memang cabang olahraga sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang paling populer dan paling terbaik di dunia. Olahraga ini mampu menjadi simbol persatuan dan kesatuan, menjadi simbol kegembiraan dan penghiburan juga menjadi simbol kemanusiaan yang menjunjung tinggi martabat kemanusiaan seperti adanya penolakan terhadap rasisme dll. 

Di tengah perhelatan piala dunia Yang kali ini di selenggarakan di Qatar, ada hal menarik dan unik yang terjadi di kota Jayapura sebagai kota yang paling antusias menyambut gelaran piala dunia ini. Ada beberapa ulah dari oknum-oknum yang ternyata fanatik dengan negara yang didukungnya sehingga membuat 'taruhan' itu serasa konyol dan tidak bermartabat. Orang meluapkan emosinya dengan bersemangat sehingga lupa akan jati diri dan harga dirinya. Lupa akan identitasnya bahkan yang lebih miris lagi pawai yang diselenggarakan memakan korban jiwa akibat kecelakaan lalulintas. 

Harga Diri

Di tengah antusiasme warga Kota Jayapura yang menyambut pesta Piala Dunia Qatar 2022 ternyata ada harga yang harus dibayar mahal soal kemanusiaan yakni harga diri. Taruhan-taruhan yang dibuat antara beberapa oknum memang sangatlah miris dan memprihatinkan. Sebagai kenyataannya ada seseorang pemuda mengatakan kepada temannya bahwa jika negara yang didukungnya kalah maka ia akan berjalan 'telanjang' hanya menggunakan celana dalam sepanjang jalan raya hingga lampu merah. Ada yang mengatakan jika negara yang didukungnya kalah maka ia rela di tempeleng pacarnya di depan teman-teman prianya. Ada juga yang mengatakan ketika negara yang didukungnya kalah maka ia akan mandi lumpur selama seminggu lamanya. Aneh bin ajaib fenomena seperti begini tapi serasa lumrah karena taruhan yang menggantikan judi itu sudah seperti biasa terjadi di sini. Mirisnya lagi hal ini menjadi bahan bulian, candaan dan dianggap lelucon yang pantas terjadi bagi mereka yang kalah.

Ada satu kemunduran yang terjadi di sini yakni harga diri. Serendah itu kah harga diri manusia sehingga rela diinjak-injak demi fanatisme bola semata? Orang sudah menjadi buta hati. Tidak melihat mana yang harus diprioritaskan dalam hidup mereka. Hobi menonton dan mendukung dalam taraf yang normal mungkin lebih baik dibanding dengan harus mempermalukan diri sendiri karena fanatisme yang berlebihan. 

Orang menonton bola dan mendukung negara tertentu di Piala dunia dengan berbagai macam alasan; misalnya ada yang mendukung Belanda karena dulu orang-orang Belanda datang bukan menjadi penjajah tetapi menkaderkan banyak  manusia menjadi lebih baik, ada yang mendukung Brasil karena para pemainnya  bertabur bintang, ada yang mendukung Jerman karena mereka yang membawa membawa Injil masuk di Papua, ada yang mendukung Argentina dan Portugal karena idola dengan dua mega bintang Messi dan Ronaldo. Berbagai macam alasan ini yang kemudian terkadang memperkeruh suasana karena mereka akan saling membuli habis-habisan. Fenomena  bulian yang tampak nyata adalah melalui platform media sosial seperti FB, WA, IG dll. Tak jarang konflik pun tak terhindarkan akibat bulian ini. 

Epilog

Fenomena bulian dan taruhan bukan menjadi hal baru di kota ini tetapi jika dibiarkan maka harga diri manusia akan terus terinjak-injak. Sepak bola adalah cabang olahraga yang menjunjung tinggi martabat kemanusiaan melalui kampanye rasis dll. bahkan organisasi dunia seperti UNICEF pun bekerja sama dengan beberapa klub sepakbola untuk melindungi dan membantu anak-anak pengungsi, miskin dan terlantar. 

Jangan merusak keindahan dunia sepakbola dengan fanatisme berlebihan yang berujung pada perendahan harga diri manusia. Jangan saling menjatuhkan karena tim yang didukung kalah. Jangan saling membuli karena tim yang didukung dikkalahkan oleh negara lain. 

Gunakanlah kesempatan ini untuk menonton dan menghibur diri, menjadi tempat rekreasi yang nyaman bagi jiwa yang lelah akibat pekerjaan kantor yang menumpuk dan beban hidup keluarga yang merusak kebahagiaan. Gunakanlah ini sebagai ajang untuk mengenal satu sama lain membangun persaudaraan karena yang "baku dukung satu negara belum tentu baku kenal sapa tahu lewat ajang ini bisa saling kenal bahkan dapat jodoh?" 

Jadikanlah ajang ini sebagai ajang yang membawa situasi positif karena sepak bola itu mempersatukan bukan memecah belah. Sepak bola itu membangun persaudaraan bukan membuat perselisihan dan konflik. Semoga kita sadar jangan sampai harga diri kita direndahkan hanya karena "kalah taruhan" dalam ajang ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun