Menghela napas panjang ketika malam semakin melarut
Sembari memandang dinding menembus cakrawala
Beberapa hari ini, kata demi kata bersemayam di hati
Serasa enggan untuk mewujud dalam goresan pena
Bergelas-gelas kopi berlalu, tak seperti biasanya
Pada keheningan, membiarkan imaji mencari jalannya
Berlalu hingga berhari-hari lamanya
Dari cerita hingga beritaÂ
Tak mampu mengusik pekaÂ
Isak tangismu tak terkecuali
Hati terkunci.
Semua sudah dianggap biasa kini.
Apakah ini pertanda hati menuju kepada kematiannya
Kehilangan rasa
Di seberang sana,
Manusia mengais masalahnya
Berkoloni, bersama-sama mencapai tujuannya
Meski nestapa menerpaÂ
Berjalan tanpa balik kanan, hadap kiri
Semakin larut, semakin sulit memilih diksi
Untuk menjelaskannya
Semuanya masih tertancap di hati
Kerumunan ide ingin menyeruak keluar dari kehendak yang tak mewujud
Hanya rasa pilu sedikit sesal dan kesal
Malam ini, berkawan sepi
Dalam keramaian anganÂ
Dari keinginan untuk berbuatÂ
Biarlah sedikit namun bermakna
Tak perlu banyak-banyak
Begitu pula diri ini butuh untuk menyendiri
Merenungi diri agar tak melampaui diri
Dalam penyampai kabar
Bercerita untuk dipahami
Ahh, jangan memaksa diri untuk selalu menjadi paling paham sesuatu
Tak semua bisa semudah itu untuk paham
Bahkan diri ini pun, masih berusaha untuk paham
Ketika semuanya tersampaikan olehmu
Maka selesailah, sudah.
Agar tidur bisa nyenyak.
Serahkan semuanya padaNYA
Esok masalah pun berganti
Asal tak curang dalam hidup
Dan rasa pedulimu tak hilang
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI