Selepas senja
Menjelang saat berbuka puasa
Manusia berjejal memenuhi hasratnya
Memenuhi janji perutnya pada menu kelezatan
Setelahnya malam menjejak
Masih terlihat hilir mudik
Penghias malam
Malam ini adalah rangkaian malam...
Malam -malam terakhir
Di bulan  nan mulia
Secuil manusia kan merasaÂ
Hari-hari perpisahan
Kian mendekat
Meski tak semua merasaÂ
Mereka melarut dengan gegap gempita dunia
Malam-malam terakhir
Penuh haru
Sebentar lagi meninggalkan kita
Padanya terpampang bonus
Keberkahan, kemuliaan
Pengharapan atas pengampunan
Pada malam-malam terakhir
Pada bilangan 10 terakhir ramadhan
Semakin terpatrilah cinta PadaNYA
Begitu teramat berat melepaskanÂ
Dekapan malam-malam terakhir ini
Dalam hening, khusyuk
Menguaklah tabir
Betapa tak berartinya diri di hadapanNYA
Malam ini.
Biarlah air mata mengalir deras
Dalam ucap doa
Pada tubuh berlumur debu-debu dosa
Berikan hak tubuh untuk berkhalwat padaNYA
Untuk mengikatkan hati agar tak berpaling.
 Malam-malam terakhir.
Tidakkah kalian merasa
Bisa jadi inilah Ramadhan terakhirmu
Apatahlagi malam terakhir pada bilangan ganjil
Kemulian malam 1000 bulan
Malam ini, ada waktu mengajakmuÂ
Untuk bemalam-malam terakhir
Buatlah kopi menjadi saksi dan penguat
Atas diri menjaga mata  untuk bermalam terakhir
Itu tak seberapa dengan dari sekian purnama
Yang engkau habiskan menikmati manis dunia.
Menuliskan malam serupa melukis malam
Mengisi harinya mencari cintaNYA
Menulis malam.
Ditulis pada saat malamÂ
Berhening dari jeda waktu
bersisa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H