Mohon tunggu...
Andayo Ahdar Notes
Andayo Ahdar Notes Mohon Tunggu... Freelancer - menulis, membaca satu paket untuk melihat bangsa

membaca dan menulis, semuanya penting. tuk menatap peradaban

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tentang Ingatan

28 Juli 2022   22:26 Diperbarui: 28 Juli 2022   22:41 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zikir (ingatan) kami dalam lima kali sehari (Designed by Humas SMPIT Wahdah Islamiyah Gowa

Mengingat,

Hati bermetamorfosis pada mangkok memori.

Mengaduk ingatan.

Lintasan memori berloncatan seraya jeda

Tak berlama-lama. 

Padahal lupa mengapit ingat.

Tersadar setelah mengingat

Merasa dalam lamun

Ternyata hanya sebentar.

Ketika rambut memutih terkenang kan semasa muda

Bergores kisah masa lalu

Ingin diluputkan namun terkenang

Terkandung dalam lautan emosi

Dalam silamnya ada kelam

Ah, mengapa teringat lagi

Rasa sesal layangkan ingatan

Terekam kembali.

Pada kedalaman hati semua tercurah

Dalam guman membatin mengingat MU

Sepantas ingatan di kandung badan

Ternyata kita hanyalah yang terkecil tak berarti pada NYA.

Berzikir berarti mengingat keperkasaanMU

Indahnya alam ciptaanMU

Namun kurangnya rasa syukur hingga kamipun lalai menyimpuh padaMU

Meski manusia tahu RABB tak pernah tidur dalam penjagaannya

Engkaulah Maha penguak peristiwa yang kami tak mampu menebaknya

Memberi hikmah bagi mereka yang senantiasa merngingatMU

Memberi petaka bagi yang jauh dan semakin jauh padaMU

Zikir sejatinya ingatan yang sesungguhnya.

Oooh, disana ada yang teringat padaMU setelah kesayangannya pergi dan tak kembali

Dalam isak tangis hadirkan perih

Maka teringatlah akannya.

Tertinggal dosa yang belum lagi terhapuskan 

Masih menitik dihati

Maka memohonlah sedalam-dalamnya harapkan ampun atasnya dan dirinya pula

Mengadu dalam ingatan.

Belum begitu lama, terdengar kabar seorang Ibu terkenang anaknya yang mati dalam lara

Tangisnya terpaksa meraung

Kepergian sang Anak dalam ke -tak-wajaran

Mengingatnya pilu dalam dada penuh sesak

Luka beraduk amarah, sungguh pilu bila mengingat senyumnya yang telah beku.

Biadab.

Inginkan keadilan datang namun terhalau dalam selidik yang tak kunjung berkabar

Kembali mengingat, semua sudah menjadi takdir dariNYA

Dalam sehari ingatan ini menghiasi bibir, mendiami hati, berucap asmaMU

Lima kali sehari dalam waktu yang telah ditentukan pada peristiwa mulia diatas langit

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun