Bersama dengan orang-orang tercinta adalah hal yang menenteramkan hati. Â Apalagi kebersamaan yang dibangun dengan kolaborasi yang apik dan saling bersinergi. Â
Terkadang rasa jenuh menggerogoti hati dan pikiran akan aktifitas yang dijalani setiap harinya. Bosan dengan yang itu-itu saja. Maka perlu sesuatu yang  lain.  Seperti halnya Ramadhan yang berlalu. Satu bulan yang sangat berarti dan memberikan keutamaan yang begitu banyak. Satu bulan refresh untuk 11 bulan yang lalu.Â
Refresh dari makan yang berlebih, bertingkah laku yang tidak terkontrol serta meredam hawa nafsu. Setelahnya masuklah bulan syawal. Untuk syawal tahun ini, begitu berarti, ini disebabkan oleh banyaknya arus mudik.Â
Beberapa tahun lalu ketika wabah virus covid 19 melanda, keterbatasan waktu dan ruang untuk beraktifitas menjadi kendala untuk  mudik. Begitu juga kami yang tak ingin kehilangan momen untuk mudik.
Mudik bersama keluarga menuju kampung halaman istri tercinta yang berjarak  sekitar 235,1 KM. Tepat di Paria, Kec. Majauleng, Kabupaten Wajo, terlukislah kecerian, kebahagian yang mengharu biru ketika seluruh keluarga berkumpul  bersama. Begitu ekspresif.
Rumah panggung atau rumah adat suku Bugis Makassar masih banyak terlihat di sana. Hal inilah yang memberi nuansa mudik yang menyatukan anggota keluarga.Â
Berbagai aktifitas yang dilakukan oleh anggota keluarga saat mudik selain silaturahim dan momen kuliner khas kampung adalah menikmati suasana kampung yang masih menyisakan keaslian alamnya.Setelah beberapa anggota keluarga beranjak menuju ke destinasi lainnya. Kami masih tetap di kampung. Sekelumit aktifitas mengisi hari kami pada mudik kali ini.Â
Diantaranya tracking di belakang rumah yang asri  dan  bermain di kebun.  Kebun yang rimbun berisi beraneka ragam tanaman seperti terong, kacang-kacangan dan pohon-pohon berupa kelapa, mangga, dan beberapa jenis lainnya. Anak - anak begitu menikmati sembari bermain dan  berlairian.Â
Lalu pilihan lainnya yang tak kalah menariknya adalah memetik mangga. Mangga yang masih muda namun sengaja untuk dipetik atau dijolok disebabkan diantara buah tersebut banyak berjatuhan dan di makan oleh kelelawar, keseruan dan serius menjolok mangga menjadi terjeda ketika beberpa ekor elang terbang dan salah satu dari mereka hinggap di pohon kelapa yang tertinggi di kebun itu.Â
Iniisiatif untuk mengabadikannya timbul. Meski hasilnya kurang memuaskan karena HP yang digunakan untuk mengambil gambarnya tidak mendukung untuk pengambilan yang jauh meski sudah di zoom. Anak- anak pun begitu surprise  menyaksikan elang terbang dengan leluasa dan bisa dilihat dengan langsung oleh mereka. Mereka begitu terinspirasi dengan kisah Upin-Ipin yang hunting foto dan video tentang Elang Merah.