Ketika kerja ingin rampung.
pola ,cara hendak dicapai.
Guna usai segala urusan.
Semua bertaut alasan.
Mereka butuh rumus.
Hidup terpola dengan ketetapannya.
Lalui hari tembusi malam.
Bergulir seiring waktu yang saling berganti.
Bergerak diatas roda yang tak sama.
Semuanya sudah dirumuskan.
Seperti burung berangkat pagi pulang setelah kenyang.
Sama seperti kemarin meski hinggap pada dahan yang berbeda.
Mereka tahu kemana arah hendak dituju.
Mengarak, mengalir terbang lepas di angkasa.
Menjejak pada pohon-pohon tinggi.
Apakah mereka tahu, karena sudah paham rumusnya??
Ketika puisi hadir tuk mengikat kata.
Merangkai banyak kata dalam sedikit bait.
Menjawab soalan beratus alinea.
Ini menyangkut rasa, menaut hati.
Butuh rumus untuk mencipta jembatan kata.
Rumus adalah titian jalan mencari tahu.
Terhampar tanda-tanda dalam ritme nan dinamis.
Seberangi ide menuju paham membentang,
Hening menghiasi waktu, kerutan kening terlukis jelas.
Pada wajah-wajah anak bangsa.Â
Kenangkan negeri yang bergerak tak seiring sejalan.
Tak sama ketika semua telah dirumuskan seperi sediakala.
Entah harus sedih atau berada di atas bingung.
Namun hidup harus terus mengalir.
Mengarunginya sesuai dengan rumus meski tak sama
berpola , merancang dalam tautan alur mekanisme Ilahi.
Jangan letih menapaki,Â
Meski aral memaksa langkah terhenti sebab itulah ujianÂ
Sebab rumus adalah pedoman dari ketetapanNYA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H