Mohon tunggu...
Andayo Ahdar Notes
Andayo Ahdar Notes Mohon Tunggu... Freelancer - menulis, membaca satu paket untuk melihat bangsa

membaca dan menulis, semuanya penting. tuk menatap peradaban

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketemu Buku Lama

22 Oktober 2020   16:00 Diperbarui: 22 Oktober 2020   16:02 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sembari duduk mengarahkan dan mempersiapkan laptop untuk di gunakan belajar via online oleh anakku. Matapun tertuju pada lemari yang berderet buku-buku lama.. 

Buku-buku lama yang jarang tersentuh untuk dibaca, tertumbuk pandang pada sebuah buku yang sedikit beraroma debu, berderet diantara buku tebal yang juga berangka tahun lama. Sekilas tampak biasa-biasanya saja. 

Memang diantara sekian buku lama itu, pandangan selalu luput kepadanya. Sampul yang tidak menarik yang lebih pas bila dikatakan hampir-hampir mirip diktat alias buku perkuliahan jadul. 

Oops, memang jadul. Namun daya tarik dari tulisan pada punggung buku itu membuat mata ini lekat tak berpindah. Lalu ditariklah dari sela deretan tempatnya terpampang, Indonesian Reading, Second edition 1981. 

Judul buku tersebut dan pada sampul depannya, gambar salah satu tokoh pewayangan. Rasa penasaranpun kian bertambah, setelah melihat nama yang tertera. John U. Wolff. 

Maka dengan waktu yang tidak lama, lembar sampul buku itu perlahan terkuak. Membaca preface dari buku tersebut untuk mencari selidik tentang siapakah John U.Wolf itu? Penasaran??.

Baiklah, sedikit kutipan dari preface beliau.:

...these materials were prepared in 1974-5 as part of a contract between Cornell University and U.S Office of Education. A great deal of the work was performed in Malang, Indonesia by students in the Department of Malang Teacher's College (IKIP Malang)...

Ternyata beliau adalah seorang peneliti Amerika Serikat yang bekerjasama dengan IKIP Malang dikala itu yang meneliti tentang bahasa Indonesia melalui tuturan tulisan cerita yang di tulis oleh Penulis Indonesia seperti Idrus ( penulis angkatan 45), S.Sastrawinata, Umar Kayam, Suman HS, M. Hatta ( Proklamator Bangsa Indonesia, Wapres RI pertama). 

Dan beberapa penulis lawas lainnya. Dan juga termasuk dalam penelitiannya adalah pidato dari Sukarno (Proklamator Bangsa Indonesia, Presiden RI Pertama).

Penelitian yang menitiKberatkan pada struktur dari gramatikal bahasa Indonesia dan Melayu. Gaya bahasa para penulis dalam menuangkan karyanya seperti : tema,,karakteristik, dan konstruksi redaksional. Bukunya memang terbilang tebal 468 halaman.

Pekerjaaan para peneliti selalu runut dalam sistematika, teori dan metodenya dalam mengerjakan tugasnya. Indonesian readings ditulis dari rangkuman tulisan penulis-penulis Indonesia yang penuh nuansa dalam berkarya.

Sebagai anak bangsa, ada rasa takjub berbalut malu disebabkan oleh kegigihan bangsa lain untuk mempelajari Indonesia. Buku yang baru saja dibaca pada bacaan ke -11 dari bacaan ke 26 yang jadi obyek penelitiannya.

Dari ke 11 bacaan yang saya baca, cara bertuturnya mewakili zamannya. Karena bertutur dengan keadaan atau kondisi kebahasaan pada saat itu. Sarat makna dan penceritaan yang kuat sehingga kita diajak ter'giring' masuk ditahun kejadian penulisan mereka. 

Seperti tahun-tahun masa kehidupan bangsa Indonesia menghadapi masalah sulit penjajahan pada masa Kolonial Belanda bertransisi ke pendudukan jepang hingga tahun awal-awal kemerdekaan Indonesia. 

Dari tulisan tersebut juga dapat diketahui humor-humor jadul mereka, background dan problematika sosial kehidupan manusia Indonesia tempo dulu. 

Kumpulan cerita pendek yang cukup panjang, kalau bisa dikatakan demikian. Lebih menarik lagi bila dikatakan sebagai fiksi ilmiah sejarah dari peradaban bangsa Indonesia pada masa itu. 

Salah satu contoh tulisan yang berjudul Jawa Baru yang ditulis oleh Idrus penulis Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma Berkisah tentang beras sebagai sentral cerita, kesulitan mendapatkan beras dimasa penjajahan Jepang. 

Saking sulitnya orang-orang rela bekerja apa saja untuk mendapatkan beras sementara Jepang mengambil keuntungan dari kesulitan rakyat Indonesia :

"beras susah,setiap orang dapat hanya seperlima liter sehari, tapi orang --orang Nippon dapat lima liter sehari"...

"Tokyo letaknya di Utara, jauh sekali dari pulau Jawa. Tapi jika Tokyo memerlukan beras, menjadi dekat sekali ke pulau Jawa. Seorang Telegrafist bekerja sebentar, dan tempo dua hari sudah itu beras di Tokyo dibawa kapal terbang".

Terkuak, sejarah meski hadir dalam ketidaksamaan namun hadir dalam pola yang sama serupa: kisah heroiknya perjuangan, kisah cinta, budaya dan romantika serta pengkhianatan yang selalu menodai kebenaran yang susah untuk terlupakan. Dari penelitian seorang John, mampu membaca kondisi isi hati bangsa Indonesia dari beberapa generasi.

Teringatlah mendiang Syaikh Ahmad Deedat, dalam bukunya The Choice. Beliau berkata :

"Untuk memahami isi hati suatu kaum, pelajari bahasanya."

Masih didepan laptop disamping buku lama Indonesia Readings By John U. Wolff

Makassar, 11: 54 PM. 11 Juli 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun