Tapi semuanya itu omong kosong belaka. Bahkamn untuik meminta bantuan untuk meminjam beberapa puluh juta saja dengan jaminan sertifikat tanah, mereka tidak mau membantu.
Beberapa orang Ramon hubungi melalui pesan WA, tetapi jangankan di balas, di baca saja tidak. Malahan HP mereka memakai pengatur waktu lagi, sehingga beberapa jam kemudian otomatis terhapus sendiri.
Namun Damon juga ingin mengingatkan mereka: kekuasaan itu fana. Rakyat seperti Damon mungkin diam sekarang, tetapi tidak selamanya. Di balik diamnya, ada kemarahan yang terus menyala.
Suatu hari, suara rakyat akan lebih keras dari pidato mereka. Dan pada hari itu, para penguasa akan kehilangan segalanya.
Damon akhirnya berhasil mendapatkan pinjaman, bukan dari pejabat atau anggota partai, tetapi dari seorang teman lama yang juga rakyat kecil seperti dirinya. Teman itu tidak punya kebun sawit, tidak punya proyek besar, tidak punya mobil mewah.
Tapi ia punya hati. Dengan bantuan kecil itu, anak Damon akhirnya bisa pergi ke Perancis.
Ketika ia mengantar anaknya ke bandara, Damon berdiri di sudut, menghapus air mata. Ia merasa lega, tetapi juga penuh kekecewaan. Ia tahu bahwa ia harus terus berjuang, tidak untuk dirinya sendiri, tetapi untuk anaknya. Dan dalam hati kecilnya, ia berjanji: ia akan mengajarkan anaknya untuk tidak pernah menjadi seperti para pejabat itu.
Hal ini adalah sindiran pedas bagi mereka yang telah lupa pada janji-janjinya. Bagi mereka yang hanya peduli pada kepentingan sendiri. Bagi mereka yang telah mengkhianati kepercayaan rakyat.
Karena sejatinya, pengentasan kemiskinan itu tidak membutuhkan slogan besar atau program megah. Yang dibutuhkan hanyalah hati yang peduli dan tindakan nyata.
***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI