Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pentingkah Saya? Sebuah Wacana tentang Perasaan yang Terabaikan

1 November 2024   16:17 Diperbarui: 1 November 2024   16:32 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan notifikasi yang mengingatkan secara konstan, baik dalam bentuk suara, getaran, maupun peringatan visual yang menyala terang, tidak mungkin seseorang benar-benar tidak tahu bahwa ada pesan menunggu.

Bahkan, ketika ponsel berada dalam mode diam atau getar, tetap saja, notifikasi itu masih terasa atau terlihat bagi penggunanya. Maka, ketika seseorang dengan sengaja tidak membuka pesan yang telah kita kirim, rasa sakit hati dan kekecewaan tentu saja muncul.

Ketika pesan kita tidak direspons, pemikiran pertama yang sering muncul adalah bahwa kita mungkin tidak cukup penting bagi mereka.

Ponsel, benda kecil yang hampir selalu dalam genggaman, seolah-olah menjadi saksi diam dari ketidakpedulian yang membuat hati berdebar cemas.

Kita bertanya-tanya, "Mengapa dia memilih untuk tidak membalas?" dan sering kali jawabannya mengarah pada perasaan bahwa kita hanyalah seseorang yang mudah diabaikan dalam dunianya.

Mungkin bukan hanya tentang pesan yang tak terbaca, tetapi tentang rasa kita yang terlalu rentan terhadap tanda-tanda kecil. Kehilangan balasan atau perhatian dalam dunia yang ramai dan hiruk-pikuk adalah kenyataan yang menyakitkan, tapi barangkali juga pengingat akan batasan manusia di balik layar.

Akhirnya, keheningan sebuah pesan bisa menjadi kisah sendiri. Bukan hanya kisah yang bicara tentang tidak peduli, tapi juga tentang harapan yang hilang, ruang pribadi yang harus dihormati, dan pergulatan batin antara teknologi dan emosi manusia.

Bagi si pengirim, keheningan bisa terasa seperti hukuman, bagi si penerima, itu bisa menjadi benteng perlindungan. Inilah ironi zaman kita, di mana segala sesuatu begitu mudah dijangkau, tetapi perasaan tetap tak sepenuhnya bisa dipahami.

Jika pesan WhatsApp kita tidak dibaca atau tidak dibalas, itu bisa menjadi pengalaman yang mengecewakan, tetapi cobalah untuk tidak mengizinkan hal itu merusak kedamaian hati atau kepercayaan diri kita.

Mengemis perhatian atau validasi dari seseorang yang tidak menghargai kehadiran kita bukanlah sesuatu yang sehat atau layak dilakukan.

Ada kalanya, mengabaikan mereka yang mengabaikan kita adalah pilihan yang lebih bijaksana. Menghargai diri sendiri berarti memahami bahwa perhatian kita adalah sesuatu yang berharga, yang tidak seharusnya diberikan kepada mereka yang tidak menghargai keberadaan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun