Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pemerintah dan Keadilan Sosial-Sebuah Tinjauan Kritis Terhadap Kondisi Masyarakat Indonesia

22 September 2024   21:43 Diperbarui: 22 September 2024   21:43 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam konteks pembangunan bangsa dan negara, peran pemerintah dalam menjaga stabilitas dan kesejahteraan rakyat menjadi hal yang mutlak. Namun, ada kalanya pemerintah dianggap gagal memahami atau bahkan mengabaikan realitas yang dialami oleh masyarakat, terutama mereka yang berada di lapisan paling bawah dalam struktur sosial dan ekonomi.

Ketidakpuasan masyarakat terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang dirasa tidak adil telah lama menjadi topik diskusi di berbagai forum, baik di tingkat lokal maupun nasional.

Salah satu isu utama yang sering kali muncul adalah ketidakpedulian pemerintah terhadap penderitaan rakyat kecil, yang seolah semakin terpinggirkan di tengah perkembangan zaman.

Salah satu potret nyata dari penderitaan ini adalah hilangnya mata pencaharian bagi sebagian besar masyarakat di pedesaan dan daerah terpencil. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak warga yang menggantungkan hidup dari kegiatan berladang ditangkap karena dianggap melanggar hukum lingkungan, khususnya terkait dengan pembakaran hutan.

Praktik ladang berpindah yang telah menjadi tradisi turun-temurun di banyak daerah, kini dianggap sebagai ancaman terhadap kelestarian hutan. Memang, kebakaran hutan merupakan masalah serius, terutama jika kita mempertimbangkan dampaknya terhadap perubahan iklim dan kerusakan ekosistem.

Namun, yang menjadi masalah adalah pendekatan represif yang diambil pemerintah dalam menangani kasus ini. Banyak warga ditangkap dan bahkan mengalami penyiksaan oleh aparat penegak hukum, padahal bagi mereka, berladang adalah satu-satunya cara untuk bertahan hidup.

Fenomena ini menunjukkan ketidakmampuan pemerintah untuk melihat permasalahan dari perspektif masyarakat kecil. Dalam kasus ini, tindakan represif bukanlah solusi yang adil dan berkelanjutan.

Sebaliknya, pemerintah seharusnya mencari solusi yang lebih komprehensif, seperti memberikan pelatihan tentang teknik pertanian yang lebih ramah lingkungan, menyediakan alternatif pekerjaan, atau bahkan memberikan akses yang lebih mudah ke lahan-lahan yang aman untuk digarap. Sayangnya, pendekatan semacam ini sering kali diabaikan, dan yang muncul adalah tindakan-tindakan yang justru menambah penderitaan masyarakat.

Selain berladang, sektor pertambangan emas rakyat juga menjadi sasaran tindakan represif dari pemerintah. Di berbagai daerah, banyak penambang emas skala kecil yang ditangkap, dan mesin-mesin mereka dibakar oleh aparat penegak hukum. Ironisnya, banyak dari mesin-mesin tersebut masih dalam proses kredit dengan bank.

Hal ini tidak hanya merugikan para penambang dari sisi hukum, tetapi juga dari sisi ekonomi. Mereka kehilangan alat produksi mereka, yang pada gilirannya menghancurkan mata pencaharian mereka dan menjerat mereka dalam utang yang semakin sulit untuk dilunasi.

Di sisi lain, perusahaan-perusahaan besar yang terlibat dalam eksploitasi sumber daya alam sering kali lolos dari tindakan hukum, meskipun kerusakan lingkungan yang mereka timbulkan jauh lebih besar.

Pemerintah sering kali berdalih bahwa tindakan ini diambil demi menjaga kelestarian lingkungan dan menegakkan hukum. Namun, masyarakat mempertanyakan apakah hukum ini benar-benar ditegakkan dengan adil.

Ada kesan kuat bahwa hukum hanya tajam ke bawah, sementara para pelanggar yang memiliki koneksi dengan kekuasaan justru dibiarkan bebas. Kasus-kasus seperti ini memperkuat pandangan masyarakat bahwa pemerintah lebih berpihak kepada korporasi besar ketimbang rakyat kecil yang sebenarnya hanya berusaha untuk bertahan hidup.

Di sektor lain, para pekerja kayu belian juga mengalami nasib yang serupa. Banyak dari mereka yang ditangkap karena dianggap melakukan penebangan liar. Padahal, di banyak daerah, pekerjaan ini telah menjadi mata pencaharian turun-temurun dan merupakan satu-satunya sumber penghasilan bagi banyak keluarga.

Pemerintah memang beralasan bahwa penebangan liar dapat merusak lingkungan, tetapi lagi-lagi, pendekatan represif yang diambil sering kali tidak memerhatikan kondisi sosial-ekonomi masyarakat setempat. Pemerintah seharusnya dapat menyediakan solusi alternatif yang lebih adil, seperti mengizinkan penebangan dengan syarat-syarat tertentu atau memberikan insentif bagi mereka yang mau beralih ke pekerjaan lain yang lebih ramah lingkungan.

Selain masalah penegakan hukum yang dirasa tidak adil, masyarakat juga merasakan ketidakadilan dalam aspek-aspek kehidupan lainnya. Premanisme, misalnya, masih menjadi masalah yang meresahkan di banyak daerah.

Para preman dibiarkan hidup subur, dan mereka sering kali bertindak semena-mena tanpa ada tindakan tegas dari aparat. Hal ini sangat kontras dengan tindakan keras yang diambil terhadap rakyat kecil yang hanya mencoba bertahan hidup dengan cara mereka sendiri.

Fenomena tukang parkir liar yang menetapkan tarif sesuka hati juga menjadi potret ketidakberdayaan masyarakat menghadapi ketidakadilan yang terjadi di lapangan. Alih-alih diberantas, praktik-praktik seperti ini justru dibiarkan berkembang, seolah-olah pemerintah menutup mata terhadap ketidaknyamanan yang dialami oleh masyarakat.

Isu lain yang tak kalah penting adalah praktik korupsi dan nepotisme yang masih marak di berbagai sektor pemerintahan. Untuk menjadi polisi atau dokter, misalnya, tidak jarang seseorang harus membayar mahal atau memiliki "bekingan" dari orang-orang yang berkuasa.

Hal yang sama juga berlaku untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Proses seleksi yang seharusnya berjalan secara transparan dan adil, sering kali dikotori oleh praktik-praktik suap dan kolusi.

Akibatnya, banyak orang yang layak dan kompeten justru tersingkir, sementara mereka yang memiliki akses ke "jalur belakang" dapat dengan mudah memperoleh posisi-posisi tersebut. Kondisi ini menciptakan ketidakadilan yang mendalam di masyarakat, dan menimbulkan ketidakpercayaan terhadap institusi-institusi pemerintah.

Dalam situasi seperti ini, pemerintah harus menyadari bahwa ketidakpuasan masyarakat bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan begitu saja. Ketika hanya segelintir orang yang protes, mungkin pemerintah masih bisa mengendalikan situasi.

Namun, jika protes ini datang dari seluruh lapisan masyarakat secara serentak, situasinya akan sangat berbeda. Jumlah aparat penegak hukum seperti polisi dan tentara memang terbatas, sementara rakyat Indonesia jumlahnya hampir mencapai 300 juta jiwa.

Jika terjadi aksi protes besar-besaran di seluruh Indonesia, pemerintah akan kewalahan untuk mengatasinya. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk mulai mendengarkan aspirasi masyarakat dan mencari solusi yang lebih adil dan manusiawi dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada.

Pemerintah juga harus memahami bahwa kekuasaan yang mereka miliki berasal dari rakyat, dan sudah menjadi kewajiban mereka untuk melayani rakyat dengan adil dan bijaksana. Tidak bisa dipungkiri, tantangan yang dihadapi oleh pemerintah dalam mengelola negara yang begitu luas dan beragam seperti Indonesia sangatlah besar.

Namun, tantangan ini seharusnya tidak dijadikan alasan untuk mengabaikan kepentingan rakyat kecil. Justru di tengah tantangan inilah, pemerintah harus menunjukkan komitmen mereka dalam memperjuangkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali.

Salah satu langkah yang bisa diambil pemerintah adalah dengan memperbaiki mekanisme penegakan hukum yang ada, sehingga hukum bisa ditegakkan dengan lebih adil dan transparan.

Selain itu, pemerintah juga perlu meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan, terutama yang berkaitan dengan kepentingan mereka langsung. Dengan mendengarkan suara masyarakat, pemerintah bisa mendapatkan perspektif yang lebih luas dan dapat merumuskan kebijakan yang lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

Pendidikan juga memegang peranan penting dalam upaya mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat. Pemerintah perlu memastikan bahwa setiap warga negara memiliki akses yang sama terhadap pendidikan berkualitas, karena hanya dengan pendidikan, masyarakat bisa meningkatkan kualitas hidup mereka dan berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan negara.

Program-program pemberdayaan ekonomi juga harus lebih ditingkatkan, terutama bagi masyarakat yang berada di daerah-daerah terpencil. Pemerintah bisa bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan, sehingga masyarakat tidak perlu lagi bergantung pada praktik-praktik yang merusak lingkungan atau melanggar hukum.

Pada akhirnya, kesejahteraan rakyat adalah cerminan dari keberhasilan suatu pemerintahan. Jika rakyat hidup dalam kemiskinan dan ketidakadilan, maka pemerintahan tersebut bisa dianggap gagal dalam menjalankan tugasnya.

Oleh karena itu, pemerintah harus segera berbenah dan mengambil langkah-langkah konkret untuk memperbaiki kondisi yang ada. Jangan sampai pemerintah menutup mata terhadap penderitaan masyarakat, karena pada akhirnya, kestabilan negara sangat bergantung pada kesejahteraan dan kepuasan rakyatnya.

Jika pemerintah mampu menunjukkan keseriusan dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat, maka kepercayaan rakyat terhadap pemerintah akan meningkat. Sebaliknya, jika pemerintah terus-menerus mengabaikan suara rakyat, maka bukan tidak mungkin akan muncul gelombang protes yang lebih besar di masa depan.

Pemerintah perlu mengingat bahwa kekuatan terbesar suatu bangsa terletak pada rakyatnya, dan sudah menjadi kewajiban mereka untuk melayani dan melindungi rakyat dengan sebaik-baiknya.

***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun