Meskipun ada beberapa ganjalan kecil, seperti kontroversi seputar azan dan kekhawatiran akan kerusakan rumput, acara ini tetap menjadi momen bersejarah yang penuh dengan kedamaian dan sukacita.
Ribuan umat merasakan kehangatan kasih dan penyertaan Tuhan dalam perayaan Misa yang khidmat dan berkesan tersebut. Mereka pulang ke rumah masing-masing dengan membawa hati yang penuh syukur, mengingat kembali momen-momen indah ketika hujan berhenti seolah atas permohonan mereka, dan mereka bisa merayakan iman bersama di bawah langit Jakarta yang akhirnya cerah.
Sejatinya, peristiwa ini mengingatkan kita semua bahwa di tengah perbedaan yang ada, kasih dan pengertian adalah yang terpenting. Bapa Paus datang untuk meneguhkan iman, bukan untuk menimbulkan perpecahan.
Kehadirannya adalah bukti bahwa di dunia ini, selalu ada ruang untuk saling mengasihi dan menghormati, terlepas dari segala perbedaan yang ada. Dan pada hari itu, di Stadion GBK, kasih itu nyata dirasakan oleh semua orang yang hadir.
Dalam setiap doa yang terucap, dalam setiap nyanyian pujian yang dilantunkan, ada satu pesan yang kuat dan jelas: persatuan dalam keberagaman, cinta kasih dalam perbedaan, dan iman yang tak tergoyahkan kepada Tuhan yang Maha Esa.
Momen itu menjadi simbol dari harapan dan kedamaian, yang akan selalu dikenang oleh mereka yang hadir, dan menjadi cerita yang akan terus diceritakan di masa-masa mendatang.
Pada akhirnya, perayaan Misa di GBK bersama Bapa Paus ini adalah bukti nyata bagaimana iman dan doa bisa menyatukan ribuan jiwa dalam satu kebersamaan yang indah.
Di bawah langit Jakarta yang cerah, umat Katolik di Indonesia merasakan kehadiran Tuhan yang begitu dekat, dan mereka tahu bahwa di balik semua peristiwa yang terjadi, Tuhan selalu hadir dan bekerja dengan cara-Nya yang ajaib.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H